31822,
13:25 – Dalam pemenuhan kebutuhan pertahanan laut Indonesia, Tentara Nasional
Indonesia Angkatan Laut a.k.a. TNI AL menambah armada laut.
Istimewa
Sebagaimana
ndut baca pada laman resmi TNI AL, hari ini Wakil Kepala Staf Angkatan Laut
a.k.a. Wakasad Laksamana Madya Ahmadi Heri Purwono resmikan dua Kapal Perang
Indonesia a.k.a. KRI Dorang-874 dan KRI Bawal-875 di Dermaga Marina Batavia, Pademangan,
Jakarta Utara.
Kedua
kapal perang tersebut termasuk type patroli cepat 60 meter tersebut diproduksi
oleh galangan kapal dalam negeri yaitu PT Caputra Mitra Sejati (CMS). Kedua KRI
ini resmi menjadi bagian dari TNI AL setelah serah terima dari pihak PT CMS
kepada Kepala Dinas Pengadaan TNI AL a.k.a. Kadisadal Laksamana Pertama Maman Rohman.
Dalam
acara peresmian ini juga dilantik dimana Mayor Laut (P) Ardita Yudha Prawira
sebagai komandan KRI Dorang-874 dan Mayor Laut (P) Ary Mahayasa sebagai
komandan KRI Bawal-875.
KRI
Dorang-874 dan KRI Bawal-875 menjadi Kapal Perang Indonesia ke-18 yang masuk
dalam jajaran alutsista TNI AL sejak dua tahun terakhir.
Nantinya,
kedua kapal perang ini akan bertugas di Pangkalan Utama TNI AL a.k.a. Lantamal
IX/Ambon dan Lantamal XIV Sorong yang berada di bawah Komando Armada III a.k.a.
Koarmada III.
Ndut
apresiasi dengan apa yang dilakukan oleh TNI AL dalam memperkuat armada tempur
khususnya dalam menjaga pertahanan laut Indonesia.
Soal
KRI ini ndut coba baca, bahwa kapal ini memiliki spesifikasi dengan panjang 60
meter dengan lebar 8,5 meter dan berbobot total 520 ton.
Kedua
KRI ini dapat menampung masing-masing kapal 55 personel dan memiliki kemampuan
kecepatan maksimal 24 knot.
Lantas
bagaimana segi persenjataan, kedua KRI ini diperkuat dengan senjata 1 pucuk Meriam
Bofors 40 milimeter dan dua pucuk senjata mitraliur 12,5 milimeter, dengan
dukungan radar surveillance yang mampu jangkau sekitar 100 mil dengan harga
pengadaan per unit KRI senilai Rp200 miliar.
Yang
menariknya adalah komposisi tingkatan kandungan dalam negeri a.k.a. TKDN
produksi kedua kapal ini lebih dari 40 persen termasuk dari sisi pekerja seluruhnya
pekerja local serta penggunaan baja untuk kapal adalah dalam negeri. Walau mesin,
alat sensor masih bergantung negara lain.
Ndut
berharap ke depannya jajaran TNI mampu produksi alutsista mulai dari tampilan
fisik hingga perintilan seperti sensor dan persenjataannya dengan menggunakan penuh
tenaga pekerja local tanpa bergantung dari negara lain.
Kita
nantikan saja perkembangan alutsista TNI, semoga ke depannya bisa memproduksi
dan menghasilkan karya sendiri dengan kebanggaan tanpa bergantung dari negara
lain.





