Tampilkan postingan dengan label tulisan. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label tulisan. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 25 Mei 2024

Menelusuri La Tansa Tanah Sereal Bogor

Tulisan kali ini w kembali mengeksplor Kota Bogor yang sebentar lagi akan berulang tahun ke 542 pada 3 Juni mendatang.

Kali ini w melakukan walking tour bersama kaka kaka hebat dari Eat Chat Walk atau ECW dan Rambah Kota.

W pun tiba di titik kumpul yaitu di Indomaret Fresh Air Mancur pada pukul 08.10 WIB dan pada pukul 08.30 kami pun memulai acara.

W pun berada di kelompok dua dengan kaka Leo dari Rambah Kota, pemberhetian pertama adalah Air Mancur

(ini berdasarkan penelusuran dari banyak sumber, bukan dari tour guide Ka Leo, karena ketika menyampaikan itu, berbarengan dengan bisiknya suara kendaraan bermotor)


Dimana sebelum air mancur ini ada terdapat tugu yang dibangun oleh bangsa Belanda yang diberi nama Witte Paal yang didirikan oleh tahun 1839 oleh Gubernur Jenderal De Eerens,

Bahkan pada 1941, tugu ini dicat dengan warna gelap sesuai arahan Komisi Dewan Kota untuk menyamarkan tugu dan bangunan lain di sekitarnya dari serangan udara Jepang kala itu.

Bahkan tidak berlangsung lama, sebulan kemudian warna tugu dikembalikan ke warna semula dan selamat dari perang setelah Jepang kalah dari sekutu tugu ini tetap berdiri kokoh,

Pada jaman Jepang, tugu ini diganti dengan huruf kanji sebagai identitas dari Jepang hingga akhirnya pada 20 Mei 1958, tugu ini pun dibongkar dengan biaya kala itu Rp 15,000 dengan alasan sebagai bukti kesombongan dari Belanda.

Dan diganti dengan Air Mancur yang dikenal hingga saat ini, dulunya kata Ka Leo ada kolam yang selalu warga Kota Bogor melempar koin berharap keberuntungan dan anak kecil pun banyak memungutinya.

Air mancurnya pun masih berfungsi dengan baik, walau ketika kami berkunjung ke sana tidak menyala, kami pun berphoto bersama.

Lepas dari air mancur kami pun beranjak menuju ke gedung belakang air mancur yang ternyata adalah tempat penampungan air yang mengaliri air hingga ke Jakarta.

(ini dari berbagai sumber ya..) Jadi bangunan yang sudah berdiri dari tahun 1922 ini, dimana dulu Batavia pernah menyanddang gelar Queen of the East dimana salah satu pendatang terkesan adalah air sungai Ciliwung yang sangat bersih dan jernih hingga bisa langsung diminum.

Namun masa indah itu sudah berakhir, dimana pada awal abad ke 19 Batavia menjadi kota yang cukup kumuh, bahkan sungai ciliwung yang dulunya jernih pun tercemar limbah dan lumpur.

Nah, untuk penuhi kebutuhan air bersih itulah sejak tahun 1843 dibangun beberapa sumur pompa di beberapa lokasi namun yang dihasilkan kurang berkualitas baik, bahkan sumur yang ada di Glodok dan Tanah Abang harus ditutup karena airnya yang cukup asin.

Pejabat pemerintahan kala itu pun mencari solusi demi terpenuhi kebutuhan manusian yang paling vital tersebut, pada 1918 mulailah penelitian di salah satu mata air yang ada di daerah Ciomas, Ciburial, Bogor.

Sumber air di Ciomas, terletak di 270 mdpl di kaki Gunung Salak dan berada dalam kawasan dengan luar 15,000 meter persegi, kapasitas air yang dihasilkan ketika itu sekitar 500 liter perdetik.

Lalu dibuatkan laha sarana dan prasaran sumur air tersebut yang dimulai pada bulan September 1920,

Dari sumber ari tersebut, air bersih dialirkan melalui pipa pipa yang ditanam sepanjang jalan hingga lewati jalan Pintu ledeng sampai ke Bubulak.

Untuk melancarkan aliran air bersih ke Jakarta, dibangunlah beberapa jembatan di antaranya jembatan Cisadane sepajang 10 meter, Sindangbarang (Sindangsari) jembatan sepanjang 20 meter yang melintasi Sungai Cidepit dekat Jl Semeru dan jembatan yang sudah ada di atas Sungai Cipankancilan yaitu Jembatan Bubulak atau dikenal Jembatan Pangaduan.

Aliran air tersebut ditampun di Gardu penampungan air yann beradad dekat Obelisk dan Jalan Raya Post atau Gardu Air Mancur.

Gardu ini dikenal dengan sebutan Gardu Air Mancur selesai dibangun pada bulan Juli 1922.

Gardu yang dulunya merupakan tempat penampungan dan penyaluran air pertama yang dimiliki pemerintah Hindia Belanda.

Di dalam bangunan ini terdapat bak penampungan air yang dilengkapi dengan alat ukur dan mesin pompa untuk alirkan air bersih menunju Batavia melalui pipa yang tertanama sepanjang jalan post.

Lepas dari Gardu Air, kami pun beranjak menunju sebuah rumah no 22 yang tertutup dengan seng dari luar sehingga tidak bisa melihat ke dalam, namun yang pasti bangunan yang ada di dalam adalah memiliki nilai sejarah, kenapa ?

Karena rumah ini dulunya adalah kediaman dari Sri Hana dan Sri Hani ? siapa mereka ? mereka adalah Ir Sukarno dan Hartini, nama Sri Hana dan Sri Hani adalah nama samaran atau nama pena yang diberikan oleh Ir Sukarno dalam berkorespondensi agar tidak terlacak oleh tentara Belanda kala itu.

Bangunan rumah ini sendiri dirancang bangun oleh Fredrich Silaban ? siapa dia ? dialah yang merancang Masjid terbesar di Indonesia dan Asia Tenggara, Istiqlal.

Lepas dari rumah Sri Hana dan Sri Hani, kami pun menyusuri jalur pedestrian Kota Bogor dibawah asyip sayup gerimis hujan hingga kami tiba di sebuah kompek yang ternyata adalah GOR Padjadjaran.



Di dalam GOR Padjajaran ini terhadap lapangan basket indoor dan outdoor, panahan, lapangan sepakbola, namun sebelum berfungsi sebagai GOR, lokasi ini adalah area pacuan kuda.

Namun pada tahun 1974, areal pacuan kuda ini tidak digunakan dan diubah menjadi GOR dengan berbagai macam kegiatan olahraga.

GOR atau Stadion Padjajaran ini pernah menjadi kandang dari PSB Bogor ketika kompetisi Galatama berlangsun kala itu dari tahun 1989-1994

Stadion Padjajaran sendiri saat ini hanya digunakan sebagai tempat mengambil nilai bagi anak sekola atau test fisik dan lari bagi para anggota TNI/Polri dan terbuka untuk umum.

Lanjut dari GOR Padjajaran, kami menunju keluar dan tepat di depan GOR terdapat pabrik ban pertama di Indonesia yaitu Pabrik Ban Goodyear walaupun saat ini tidak ada pabriknya.

Pabrik yang berdiri pada 1934 dan beroperasi pada 1935 ini hingga saat ini masih berproduksi ban yang awalnya untuk kebutuhan delman bersamaan dengan adanya areal Pacuan Kuda tadi.

Lepas dari depan Kantor Goodyear kami pun kembali ke dalam namun ke arah yang berbeda dan menuju ke Kantor PWI Bogor dimana pada jaman dulu adalah kantor Dewan Pers pertama dimana ketuanya adalah Tirto Adhi Sorjo yang mendirikan harian Medan Priyayi dimana cetak di Batavia yang berisikan dengan kritikan dirinya terhadap pemerintahan Hindia Belanda.

Namanya kini diabadikan sebagai nama jalan di Bogor dan sebuah Taman Pemakaman Umum di Pondok Rumput.

Setelah itu lanjut lagi ke Gallery dan Workshop Batik Bogor Tradisiku dimana disinilah kalau ingin menjadi Batik khas bogor.

Batik Bogor sangat jelas berbeda dengan batik lainnya karena para pengerajin Batik Bogor mengangkat ikon kota ini yaitu Angkot, Kujang dan Bunga Teratai sebagai bahan dan motif dari batik ini.

W yang melihat lihat pun cukup kagum dengan kreatifitas dari para pengrajin ini dan w abadikan lewat beberapa photo.


Lanjut lagi, usai dari Batik Bogor Tradisiku kami menuju ke arah utara dan tepat di depan bangunan yang ditutup seng ini ternyata terdapat bangunan bersejarah yaitu kediaman dari Sri Sultan Hamengkubumo dengan istri kelimanya yaitu KRA Norma Nindya Kirana

Rumah yang diberi nama Kedaton Swarna Bumi menariknya adalah ada meja tulis di kamar mandi sebagai tempat menuangkan insiprasi Sri Sultan ketika menemukan ide atau gagasan.

Semetara Ibu Norma atau KRA Norma Nidnya Kirana adalah bukan putri bangsawan beliau berasal dari Bangka yang lahir pada 3 Desember 1930.

Ibu Norma ini adalah sekretaris mantan presiden Sukarno dari 1960 hinga 1964, Ibu Norma menikah dengan Sri Sultan pada tahun 1976

Ibu Norma sendiri wafat pada 2 September 2015, bangunan ini saat ini berada dalam lingkungan Kantor Imigrasi Kota Bogor, untuk masuk bisa tentunya dengan perizinan sebagaimana mestinya.

Lanjut lagi, kali ini kami diajak ke rumah pejagalan hewan yang satu kompleks dengan kantor DPRD Kota Bogor.


Iya sebelum dibangun Gedung DPRD Kota Bogor, kawasan ini adalah rumah pejagalan hewan yang sudah ada sejak tahun 1926 dan beroperasi pada 1928 karena dulu tidak ada tempat untuk potong hewan makanya didirikan lah rumah pejagalan tersebut.

Jadi ketika kita beli dari pasar hewan yang lokasinya tidak jauh kemudian di bawahlah ke rumah potong hewan untuk dijagal dan dhitung per kepala atau sekarang dikenal per ekor.

Namun tidak diketahui kapan berakhirnya keaktifan dari rumah jagal ini. Dan sekarang menjadi cagar budaya.


Kelar dari sana, kami pun lanjut ke destinasi selanjutnya yaitu Kantor Dinas PUPR Kota Bogor dimana terdapat sebuah tugu berupa mesin Stoom.

Stoom ini telah berjasa bagi negara termasuk Kota Bogor, karena awalnya digunakan oleh tenaga manusia kemudian hewan dan sekaran mesin Stoom, mesin ini digunakan untuk meratakan atau menghaluskan permukaan tanah yang kasar.

Dan mesin Stoom ini digunakan untuk meratakan tanah proyek jalan Anyer-Panarukan yang cukup terkenal tersebut.

Setelah dari Kantor Dinas PUPR Kota Bogor kami melangkah menuju ke sebuah sekolah yang telah menjadi sekolah terbaik Se Jawa Barat pada 2023 yaitu SMKN 1 Kota Bogor atau yang cukup dikenal dengan nama SMEA, banyak program studinya yaitu Akuntansi, Perkantoran serta Multimedia dan masih banyak lagi.

Dan usai dari SMKN 1 Kota Bogor kami pun berkumpul di Tamang Heulang yang cukup rimbun dan sejuk, sebelum menuju ke Taman Heulang w sempat menyicipi dimsum yang cukup terjangkau yaitu Rp 10,000 isi 3 atau Rp 15.000 isi 5.

Di taman Heulang ini banyak sekali jajanan yang cukup meneteskan air di ujung lidah kita, setelah melalangbuana waktunya berakhirnya petualanangan di La Tansa Tanah Sereal Kota Bogor.

Setelah bercakap cakap dan kata sambitan dari ECW dan Rambah Kota saatnya menunjukkan berapa langkah kita telah melangkah ternyata  mencapai 6,662 langkah dengan habiskan kalori 700 dan telah memakan jarak selama 5 kilo.

Namun di aplikasi berjalan w cukup beda, dimana w sudah berjalan dari rumah pukul 05.15 kemudian berkeliling Bogor dan kembali ke rumah adalah 823,2 kalori dengan 11,46 kilometer dengan jumlah langkah kaki 16,860.

Usai dari Taman Heulang kami membubarkan diri, dimana Pak Jauhari dengan beberapa kaka kaka lainnya memilih makan siang di Sate Kambing Hanjawar sementara w, ka Nita dan Ka Haniel memilih untuk ke toko roti yang cukup melegenda…

Apalagi kalo bukan Tan ek Tjoan, toko roti yang sudah ada sejak tahun 1920 ini  cukup familiar dan menjadi langganan w sejak kecil dimana bokap selalu beli roti tawar atau roti manisnya seperti roti gambang.

W pun yang melihat banyaknya roti yang ditawarkan cukup kaget dengan roti gambang dengan rasa keju dan w pun membelinya bersama dengan roti manis pisan keju.

Dimana roti pisang kejunya sang Tan Ek Tjoan sekali dengan khasnya perpaduan antara pisang dan kejunya sangat merata dan melting dimulut.

Sementara gambang Kejunya pun begitu menyicipnya sudah pasti kalo roti itu produksi Tan Ek Tjoan ditambah dengan keju yang mungkin di parut terlebih ditambah dengan seruput kopi dikala senja atau pagi hari pasti enak binggidss.

Lepas dari Toko Tan Ek Tjoan kami pun berjalan menyusuri jalan Siliwiangi menuju kawasan Surya Kencana untuk makan siang, setelah itu kami pun menuju ke Stasiun Bogor untuk pulang ke tempat masing masing,

Kami bertiga tiba di Stasiun Bogor pukul 15.00 dan naik kereta serta berangkat pukul 15.05 hingga akhirnya berpisah di Stasiun Manggarai karena Ka Nita ke arah Tenabang dan w ke Bekasi.

W pun tiba di rumah pukul 17.55 dengan badan dan kaki yang sudah cukup pegal sekali bahkan pengen sekali selonjoran di Kasur.

Itulah seharian bersama w dengan kaka kaka hebat dari Eat Chat Walk dan Rambah kota yang mungkin saat w kepada kaka kaka Rambah kota agar ke depannya bisa pakai mic untuk menceritakan soal Kota Bogor bisa lebih terdengar lagi.

Bukan suaranya kecil namun tidak sebandin dengan polusi suara yang ditimbulkan oleh kendaraaan bermotor yang lewat sekitaranya, itu aja sich, sukses terus untuk kaka kaka Rambah Kota…

Nantikan walking tour selanjutnya…

Bogor, 25 Mei 2025…

 

Kamis, 16 Mei 2024

Indonesia (Belum) Berdaulat Digital

16524, 23:59 – Untuk pertama kalinya kembali sejak terakhir pada tahun 2014 lalu w mengikuti kegitan dalam skala nasional.

Iya w mengikuti kegitan the 14th PANDI Annual Meeting dengan mengambil tema Indonesia Berdaulat Digital yang berlangsung di Hotel mewah Ritz Carlton, Mega Kuningan pada hari ini hingga besok sore.

W pun datang ke Hotel Ritz Carlton pun sekitar 08.30 atau setengah jam dari jadwal yang dirancang oleh PANDI pada pukul 09.00 WIB dengan agenda acara pembukaan oleh Menteri Kominfo, Budi Arie Setiadi.

Cukup lama w menunggu di ballroom hotel ini, namun sejalan waktu banyak peserta yang mulai berdatangan setidaknya ada dua kampus yang w lihat ikut serta dimana kampus pertama berbasis agama abis yang berlokasi di Ciputat, Tangerang Selatan.

Serta yang satu lagi adalah kampus yang berlokasi di Meruya, yang sempat mengirimkan info PPMB ke WA W tanpa pernah menjawab pertanyaan w darimana mereka mendapatkannya.

Selain dari kampus ada pula para personel Kementerian Pertahanan dan Mabes TNI yang hadir karena narasumber yang hadir nantinya adalah dari Kemhan dan Lemhanas.

Namun bukan Indonesia kalau tidak keluar penyakitnya yaitu norak dan kampungan, sorry to say w bilang seperti itu dan terbukti kok, ketika nunggu acara disediakan sarapan ala kadarnya.

Namun ya namanya (maaf) orang Indonesia masuk Hotel ternama dan internasional pula ya keluarlah kampungannya, tanpa perlu w jelaskan seberapa kampungan mereka namun bisa dipastikan seperti itu.

Seperti membawa makanan berupa kue kue melebihi piringnya dan tidak habis ( ndak inget apa kalo masih banyak teman teman dan saudara kalian di wilayah Terluar, Terdalam dan terdepan yang masih bertanya apakah hari ini saya makan atau tidak!)

Itu baru pagi, lalu bagaimana siang ? lebih parah ! hotel sekelas Internasional kekurangan piring dan habis makanan sementara peserta banyak yang tidak kebagian !

Beruntung dan bersyukur w masih dapat walaupun sedikti mengais ngais kuah dari lauk yang disajikan seperti yang ambil gambarnya.

Dan w pun bertanya sendiri dalam hati, ini panitia tidak menghitung kembali jumlah peserta dan mengonfirmasikan ke pihak hotel atau bagaimana ? karena banyak yang tidak dapat makanan.

Sementara ya kembali lagi, muncul lagi norak dan kampungan yang mungkin sudah menjadi budaya kita, dimana W menemukan banyak sekali piring dengan makanan yang tersisa cukup banyak !

Ini menjadi Pelajaran bagi kita semua agar cobalah kurang kurangi norak dan kampungan kalian ketika berada dalam acara di tempat yang nota bene internasional jangan bikin malu bangsa dan negara lah !

Okelah kita tinggalkan soal norak dan kampungan dari para peserta yang kebanyakan nyari makan siang gratis tersebut (kayak program bapak itu ya yang lagi pusing nyari duitnya dari pos APBN yang mana ya  #eaaa)

Apakah Indonesia sudah berdaulat digital saat ini ? menurut w belum sepenuhnya berdaulat kenapa ? karena kita masih bergantung pada asing terutama China.

Dalam hal penggunaan domain nama saja, w baru tahu kalau presentasinya cukup kecil yaitu 0,3 persen dari jumlah penduduk Indonesia atau pengguna internet di negeri ini atau secara angka sekitar 170 juta.

Domain dalam hal ini adalah nama website yang berakhiran (dot) ID bukan (dot) com ya ternyata kecil sekali.

Coba bila kita lihat Australia sebagiaman dipaparkan oleh John Sihar Simanjuntak (sama pula marganya sama w hadeuh..)  dimana negara kangguru tersebut empat juta domain berbanding 25-30 juta penduduknya.

Belum lagi di Jerman yang mencapai 17 juta dari 80 juta penduduknya, jadi kita sangat kecil sekali.

Padahal dengan menggunakan domain (dot)ID berarti kita telah menjaga kedaulatan dari ranah digital yang semakin hari semakin massif.

Lalu apa yang membuat domain (dot)ID belum dilirik oleh masyarakat yang W lihat sich pertama mungkin kurangnya literasi atau melek digital dari para masyarakat kita akan teknologi walaupun tidak dipungkiri kita pengguna sosial media tertinggi di dunia.

Kemudian harga dari domain itu sendiri mungkin untuk biaya hosting atau penyimpanan datanya yang masih terlalu mahal dilihat oleh masyrakat kita ditambah mungkin adanya kurang percaya dengan produk dalam negeri mungkin sistem keamanannya.

Seperti apakah aman web site Perusahaan saya dari peretasan dan pencurian data atau lainnya ?

Selain itu biaya belanja dari penyedia internet pun juga yang cukup mahal sehingga belum bisa memberikan harga murah kepada konsumen dalam hal domain, ini asumsi w aja sich.

Selain domain (dot)ID yang masih kurang dilirik oleh masyrakat Indonesia, persoalan lainnya yang ditangkap dari pertemuan ini adalah soal infrastruktur penunjang kedaulatan digitalnya.

W baru tahu di forum ini kalau Base Tranceiver Station atau dikenal dengan BTS (bukan grup Idol ya) kita yang berjumlah 610,581 buah ini belum bisa tembus hingga ke Kecamatan atau desa yang ada di Indonesia.

Hal ini berbanding dengan jumlah pengguna internet pada 2024 sekitar 221,5 juta orang dari 270 juta jiwa penduduk Indonesia.

Jadi perlu peningkatan lagi terutama pelayanan BTS harus bisa sampai ke desa agar banyak desa sudah bisa masuk internet, sehingga wilayah Indonesia dapat dikenal luas lagi tidak hanya soal Bali dan Bali lagi.

Itu baru infrastruktur lalu bagaimana dengan kejahatan siber atau serangan siber yang sekarang lagi marak, dalam forum ini w baru tahu kalau ada sekitar 74 juta anomali trafik mulai dari Januari hingga Mei 2024 dan ini bisa bertambah lagi.

Dan parahnya adalah lebih dari 44 juta aktifivasl malware jadi segera proteksi segala yang berbau internet di kalian terutama password kalian dibuat lebih kuat lagi

Dan ini menjadi tantangan sendiri bagi negeri kita dalam menghadapi perang sesungguhnya yang bukan lagi angkat senjata namun lebih kepada perang teknologi dan serangan malware.

Hal ini diungkapkan oleh Deputi Bidang Keamanan Siber dan Sandi Perekonomian, Badan Siber dan Sandi Negara, BSSN Slamet Aji Pamungkas, dan juga Kepala Pusat Pertahanan dan Siber Kemhan, Brigjen Tri Rana Subekti

Selain itu juga dalam forum ini dibahas mengenai judi online dimana ndut setuju dengan ucapan dari Samuel Abrijani Pengerapan dari Kominfo yang mengatakan bahwa Judi Online ini dimasukkan dalam kategori TPPU, Tindak Pidana Pencucian Uang.

Kenapa ? karena kalau judi saja, banyak negara seperti Kamboja, Philipina yang melegalkan Judi sehingga kita tidak bisa proses hukum, namun kalau pake TPPU negara dan personel polisi kita bisa menangkap dan memproses hukumnya para pelaku.

Kominfo pun tidak tinggal diam karena keterbatasan soal itu dengan cara pemblokiran namun itu saja tidak cukup karena hanya membatasi ruang gerak bukan mengeliminasi secara penuh.

W pun akhirnya mengikuti acara ini hingga sesi kedua saja dan yang ketiga yaitu soal Berdaulat Digital Melalui Ekosistem Bisnis dan Teknologi mengingat waktu juga dan kendaraan umum yang akan w gunakan menunju rumah ditambah jam rawan macet.

Sebelum pulang w pun mampir ke booth yang ada di sana, kebetulan ada booth yang menyediakan promo harga domain beragama (Dot)ID dengan harga Cuma Cuma namun kembali lagi yang mahal adalah hosting atau penyimpanan datanya.

Walau murah namun dihitunganya bukan per tahun namun per bulan inilah yang mungkin masih jadi permasalahan yang terjadi.

Setelah melihat booth dan lengkap sudah stemple dari booth tersebut, w putuskan pulang pukul 15.30 dari Hotel Ritz Carlton setelah menukarkan 6 stempel dari tiap tiap booth yang ada disana untuk ditukarkan dengan merchandise menarik yaitu kipas angin tangan dengan kabel USB-C dan perangkat alat tulis serta gantungan

Ketika nyampe di pintu keluar Hotel, nampak saja suara gemuruh yang ternyata berasal dari suara demo teman teman dari kawasan Timur Indonesia yang sedang demo entah apa yang membuat mereka demo.

Tapi aneh aja demo cuma modal toa sama sekitar 15 orang orang saja, demo apaan itu, petugas yang jaga pun hanya bisa mengamati saja dengan santai sembari memeriksa barang bawaan tamu yang lewat di jalur pejalan kaki.

Itulah kegiatan w selama sehari ini, dan terima kasih yang telah membacanya, nantinya kisah selanjutnya ya…

Mega Kuningan, Mei 2024

Aja Aja Ada Kelakuan Netizen Indonesia

x.com/LawrenceWongST
16524, 17:00 – Netizen Indonesia kembali bikin heboh dunia maya karena mengkritik rapat cabinet pertama Singapura di bawah pemerintahan Perdana Menteri yang baru yaitu Lawrence Wong

Jadi sang PM Lawrence Wong yang baru saja dilantik mengadakan rapat cabinet pertamanya setelah dilantik jadi Perdana Menteri Singapura.

Nah ketika melakukan rapat cabinet tersebut diunggah oleh sang PM ke akun media sosialnya yiatu X (twitter) langsung saja bukan netizen Indonesia kalau tidak berceloteh di akun sosial media.

Pasalnya dalam photo tersebut terdapat meja yang tidak mana semesetinya seperti yang ada di Indonesia, kali ini mejanya hanya berisikan kertas dan materi rapat serta mic, jelas saja ini menjadi bahan pegunjingan netizen Indonesia.

Langsung saja para netizen Indonesia menyerbu akun Lawrence Wong yang mempertanyakan kenapa meja rapat kabinetnya kosong begitu saja, tidak ada cemilan atau air mineral atau papan nama dari kayu bahkan ajudan yang melayani sebagaimana lazimnya rapat cabinet di Indonesia.

Bahkan seorang stand up comedian Gilang Bhaskara pun mencuitkan bahwa ruang cabinet tersebut tanpa papan nama dari kayu sebagaimana yang biasa kita lihat di ruang rapat cabinet Indonesia.

"Your meeting room is no good, you should make everybody’s name in wood ornaments," tulis Gilbhas

Bahkan ada yang menyindir dengan keteknologian Singapura yang hi-tech namun meja kabinetnya tidak ada makanan atau ornament lainnya.

“Kabinet apa ini? Negara dengan paspor terkuat di dunia dan GDP terbesar di ASEAN meja rapatnya bersih. Dimana ajudannya? Dimana Banquet mewahnya? Dimana Tablet mahalnya? Dimana barang Hi tech yg cuma dipake buat PPT-nya? Kalian semua kalah sama kabinet Indonesia, pak Wong!"

Itulah kelakuan dari para netizen Indonesia yang selalu ada saja bahan untuk menyindir dan kali ini sang PM Singapura Lawrence Wong yang menjadi bulan bulanan netizen karena menggelar rapat cabinet tidak biasanya.

Sejauh ini belum ada tanggapan dari PM Lawrence Wong, dan sepertinya juga tidak perlu minta maaf atau apapun toch yang menyindir bukan warganya !

Mungkin di Singapura yang penting pemahaman dan pencapaian target yang diseriusin ketimbang kebutuhan yang lainnya yang menurutnya tidak penting.

Hal ini bisa dimengerti sih, bagimana Singapura bisa maju, seharusnya Indonesia bisa mencontohnya bukan hanya mencibirnya.

Toch dengan seperti yang dilakukan oleh sang PM Lawrence Wong bisa menghemat anggaran negara dan mencegah korupsi

Memangnya di Indonesia tiap rapat yang penting konsumsi dan hal receh lainnya ketimbang materi dan target dari rapat itu sendiri, dan inilah yang sering meningkatkanya budget !

Ingat, utang negara kita sudah tambah besar dengan apa kita bisa bayar kalau tiap rapat selalu ada budget untuk makan dan hal receh lainnya, cobalah contoh rapat cabinet PM Lawrence Wong ini.

W tantangin buat Pak Prabowo, bisa ndak rapat cabinet pertamanya TANPA ADA bunga banquet, papan nama dari kayu, apalagi makanan dan cemilan macam kacang di ruang rapat cabinet di Istana negara baik di Jakarta maupun di IKN, bisa ndak pak ?!

Buat H.E. Lawrence Wong, selamat atas jabatan baru anda, dan mohon maaf atas kelakuan para netizen Indonesia yang kurang kerjaan ini.

Semoga situasi rapat cabinet anda bisa menjadi contoh bagi negara saya agar tidak boros dalam anggaran, sekali lagi terima kasih dan mohon maaf.  ***


Senin, 29 Januari 2024

Mengenal Lebih Dekat dengan Kebajoran Kota Setelit Batavia

instagram.com/komunitashistoria
29124, 21:00 – kembali lagi w melakukan jalan jalan bersama Komunitas Historia Indonesia dan kali ini akan mengeksplore tentang Kebajoran yang pernah menjadi Kota Satelit jaman Batavia.

W pun keluar rumah pukul 05.50 dikarenakan dari pukul 23.30 malam sudah turun hujan dan hujannya parah banget dach ditambah pukul 03.00 hujan turun lagi sampai w berangkat.

W pun tiba di Halte Masjid Agung pukul 06.53 dan melakukan perjalanan menuju Taman Mataram yang sedikit keliru, pikir w taman mataram yang ada tulisannya ternyata yang berada di dekat jalan besar.

Sesampainya disana ternyata ada beberapa peserta juga sedang menunggu panitia dan singkat cerita karena terjebak dengan hujan maka ka Arief pun datang pukul 08.00.

Setelah berbasa basi dan perkenalan sejenak, perjalanan dimulai dari Taman Mataram sendiri yang ternyata dulunya adalah SPBU atau Pom Bensin.

Kebayoraan sendiri berasal dari bahasa Betawi yang artinya Kebayuran yang artinya tempat penyimpanan kayu bayur, kayu bayur sendiri dianggap sangat kuat dan tahan terhadap serangan rayap.

Kebayoran sendiri sudah ada dalam peta tahun 1883, namun 1945 Hindia Belanda menjadikan Kabayoran sebagai Kota Satelit yang lengkap dengan pertokoan hingga pusat hiburan.

Ada macam blok yang menghiasi wilayah Keboyoran ini seperti Gereja GPIB Effatha yang terletak di Blok B, pasar Mayestik di Blok E

Bicara taman Mataram di sini ada patung kosmonout Soviet yang pernah menjadi manusia pertama di rungan angkasa selama 108 menit dan sekali mengelilingi orbit bumi pada 12 April 1961 dengan menggunakan Wahana Vostok 1 siapa kah dia ?

Beliau adalah Yuri Alekseyevich Gagarin, atas prestasi tersebut dirinya mendapatkan penghargaan tertinggi kelas II dari Ir Sukarno pada Juni tahun 1961.

Patung ini berdiri pada tahun 2021 dengan ditandatangani oleh tiga pejabat yaitu Gubernur DKI kala itu Anies Baswedan, Dubes Rusia H.E. Mrs Lyudmila Vorobieva dan H.E. Mr Mahendra Siregar selaku Wamenlu RI.

Patung Yuri Gagarin ini dibuat oleh A.D. Leonov pada 2019 dan terbuat dari bahan perunggu dengan berat 500 kg dan tinggi 282 cm.

Patung Yuri Gagarin ini dihibahkan pemerintah dan rakyat Federasi Rusia kepada Pemerintah dan rakyat Indonesia dalam rangkat 70 tahun hubungan diplomatic kedua negara dan juga rasa persahabatan kedua negara.

Usai dari taman Mataram, kami pun berjalan menyusri jalan dan berhenti pertama di komplek Masjid Agung Al Azhar

Siapa yang tidak kenal Masjid Agung Al Azhar ini, sejarahnya adalah bentuk inisiasi dari 14 tokoh partai Masyumi Baru.

Atas anjuran Menteri Sosial kala itu, Sjamsuddin Sutan Makmur, ke 14 tokoh partai Masyumi Baru ini mendirikan Yayasan Pesantren Islam yang akan menaungi masjid dan sekolah.

Pemerintah DKI Jakarta sendiri menghibahkan tanah yang sekarang menjadi komplek Masjid Agung Al Azhar seluar empat hektar di pinggiran Kabayoran Baru.

Menariknya, seorang ulama dan aktivis Islam Buya Hamka ikut sumbang saran agar sebuah masjid dibangun masjid dengan kantor terlebih dahulu ketimbang sekolah.

Alasan Buya Hamkah kala itu, agar Masjid tetap beraktivitas penuh termasuk kelas pendidikannya.

Dengan dasar itulah pada 19 November 1953 dimulailah pembangunan masjid dengan kantor dan ruang rapat hingga selesainya pada tahun 1958.

Setelah membangun masjid dan ruangan serta kantor barulah dibangun untuk pendidikan sekolah yang pertama adalah Taman Kanak Kanak (TK) pada 1967 hingga Universitas Al Azhar pada tahun 2000

Lalu Kenapa namanya Al Azhar, sebagai info yang w baca di berbagai sumber ini adalah pemberian dari Imam Besar Al Azhar Syekh Mahmud Syaltut dalam kunjungan kenegaraannya ke Indonesia.

Dirinya mengusulkan hal itu sebagai pengakuan atas peran dan ketokohan dari Prof. Dr. H. Abdul Malik Karim Amrullah Datuk Indomo a.k.a Buya Hamka.

Masjid Al Azhar ini pun sudah tercatat sebgaai cagar budaya lewat Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata RI Nomor PM 13/PW.007/MKP/05 dan juga SK Gubernur DKI Jakarta No. 475/1993

Di komplek ini terdapat puun korma namun tidak berbuah karena tidak cocok ditanam di wilayah lembab dan basah karena harus di wilayah kering.

Ada fakta sejarah dimana Buya Hamkah pernah ditangkap oleh aparat usai mengisi kegiatan ceramah di Masjid Al Azhar dengan tuduhan makar.

Usai dari Masjid Al Azhar kami pun beranjak keluar dan menuju depan Kantor ASEAN dimana dulunya bernama CSW atau yang sekarang dikenal sebgaai Cakra Selaras Wahana

CSW sendiri adalah Centrale Stichting Wederopbouw atau dikenal dengan CSW, sebuah Yayasan yang dibentuk oleh pemerintah Kotapraja pada 1 Juni 1948,

Yayasan ini bertugas sebagai pelaksana kota baru di Onderdistrict Kebajoran Ilir bersamaan dengan itu dimulai lah dengan pembangunan kota baru Kebajoran.

Usai terjadi pengakuan kedaulatan pada 27 Desember 1949, CSW berganti nama menjadi Jajaran Pemugaran Pusat.

Wilayah ini dirancang oleh H. Moh Soesilo pada tahun 1948 dimana Soesilo sendiri adalah murid Thomas Karsten, seorang arsitek Hindia Belanda yang ikut merancang kota Bandung, Malang dan Bogor pada masa penjajahan.

Konsepnya adalah Kota Taman dimana ruang terbuka hijau sebagai ruang milik publik mendapatkan perhatian khusus.

Kantor CSW ini dulunya berada di antara Kantor PLN, ASEAN dan Kejaksaan Agung yang sekarang menjadi Halte transit besar Transjakarta.

Lanjut ke pusatnya anak gaul Jakarta dan juga Jakarta Selatan saat ini apalagi kalo bukan M Bloc Space.

Tempat ini dulunya adalah gudang dari Perusahaan Uang Negara atau Peruri yang berdiri pada tahun 1955 terbengkalai dan bak rumah hantu pada 1995 Peruri pun berpindah ke Karawang.

Pada akhirnya di tanggal 26 September 2019 komplek ini berubah menjadi tempat ajang kreativitas anak muda.



Bangunan dari perumahan Peruri ini tetap dilestarikan walaupun kondisinya yang w lihat agak suram dan tidak terawat namun mungkin hal otentik itu kali ya yang dijual kepada wisatawan asing.

Pada bagian belakang terdapat mesin mesin yang dipakai oleh Peruri kala itu misalnya terdapat mesin penghitung uang koin, kemudian ada mesin potong kertas, timbangan.




Usai dari ruang museum ini terdapat auditorioum untuk menggelar acara kreativitas anak muda atau konser.

Konsep M Bloc ini diprakarsai oleh sejumlah anak muda seperti Handoko Hendroyono, Jacob Gatot Sura, Lance Mengong, Mario Sugianto, Wendi Putranto dan tentunya Musisi legendaris Glenn Fredly.

Bentuk bangunan tersebut yang ada di belakang tetap dijaga bahkan bentuk pemasangan batu batanya pun sangat berbeda dengan jaman sekarang.

Usai dari M Bloc Space kami pun berjalan sembari berhujan ria karena hujannya tidak mau berkompromi.

Kami pun masuk ke terminal paling legendaris di Jakarta yaitu terminal Blok M, namun sebelum masuk w melihat ada sebuah bus yang cukup w kenal yaitu bus pemain dari sebuah tim yang cukup dikenal di tanah Pulau Garam.

Tiada lain tiada bukan adalah bus tim Madura United yang terparkir di pintu masuk terminal Blok M, asusmsi w kalo ada bus tim berarti ada pemain Madura Unitednya donk tapi dimana mereka menginap ?

Apakah sedang menggelar latihan jelang pembukaan putaran kedua BRI Liga 1 ? mungkin saja.

Kembali ke terminal Blok M, adalah terminal kelas 2 di wilayah Jakarta dimana jaman dahulu terdapat Bus tingkat, Metromini dan Kopaja serta PPD hingga akhir masanya pada 2018.

Blok M sendiri adalah kawasan bisnis dan perbelanjaan yang terdapat di Kebayoran Baru dimana segala macam hal ada di wilayah ini, bahkan kalau pagi ada pasar subuh dan sore ada warung lesehan.

Blok M sendiri ternyata ada kepanjangan dari Bakal lokasi Mejeng. Bicara Blok M tidak lepas dari cerita cerita masa lalu yang alami masa keemasan pada tahun 80-90an.

Dimana lokasi ini menjadi tempat cabut para anak sekolah se jabodetabek, selain itu pernah menjadi pusat preman dan tukang palak hingga akhirnya diberantas karena dulu ada siswa polisi yang tengah kuliah di PTIK tewas ditikam preman Blok M.

Di basementnya terdapat pusat perbelanjaan dengan hiruk pikuk dan dentuman keras lagu lagu dari Dewa 19, PowerSlave atau Musisi rock luar negeri.

Namun kini nasibnya merana dimana hanya sebagian saja toko yang buka sisanya hanya meninggalkan senyap penuh kesepian dengan rolling door yang tertutup dan jalanan koridor yang sepi.

Usai dari Blok M, kami menyusuri jalan Melawai yang terkenal dengan julukan lintas melawai pada era 80-90an.

Di Melawai ini kami melihat dari Seberang restaurant KFC yang menampilkan menu jadoel ketika mereka baru buka pertama kali di Indonesia yaitu combo classic.

Kami pun masuk ke Melawai Plaza tempat pusat hiburan dan perbelanjaan dimana dulunya terdapa pusat penyewaan video player, kemudian baju kerja dan juga ada permainan kalo sekarang dikenal seperti timezone.

Sekarang Melawai Plaza menjadi pusat emas dan perhiasan di DKI Jakarta.

Karena hujan deras, perberhentian selanjutnya yang mesti kami datangi yaitu GPIB Effatha dan makam Ade Irma Suryani harus dihentikan.

Namun ka Arief menjelaskan bahwa Gereja Effatha didirikan oleh 14 keluarga dari Maluku yang juga mantan tentara KNIL atau Koninklijk Nederlands-Indische Leger.

Sehingga mau tidak mau mereka dan ke 69 tentara KNIL ini mengembangkan agama Kristen di Batavia.

GPIB Effatha sendiri berdiri pada 17 November 1985 dan berada di wilayah Melawai I/2 Jakarta Selatan

Nah berhubung kita sudah berhenti maka Ka Arief telah menghitung langkah kita sebanyak 2,98 km dengan habiskan 3,800 langkah dengan mengurangi kalori 1.280 cal.

Akhirnya kami berpisah, w bersama tim Ka Arief, Ka Erent, Ka Erin dan Ka Milana berteduh di KFC Melawai, sembari mencicipi menu jadoel khas mereka yaitu combo Classic

Dimulai pada pukul 11.00 hingga akhirnya kami berpisah di terminal Blok M pukul 15.00, w pun sampai rumah Pukul 17.00 WIB.

Bahkan sempat berphoto dulu sebelum berpisah

Itulah keseruan w bersama tim Komunitas Historia Indonesia belajar sejarah kota Kebajoran yang terkenal dengan Kota Satelit di jaman Hindia Belanda.

Untuk materi berdasarkan ucapan Ka Arief dan w pun sedikit menambahkan dengan riset ke sana kemari lewat mbah google.

Sampai jumpa di perjalanan w lainnya…..

Sabtu, 30 Desember 2023

Ngebolang di Jatinegara

301223, 20:00 – Kembali lagi w melakukan perjalanan sejarah kali ini bersama teman teman dari Timegap.id.

W pun dari rumah berangkat pukul 06.10 untuk ke Stasiun Bekasi tidak butuh waktu lama untuk menunggu kereta w pun berangkat dengan menggunakan kereta dengan jurusan Kampung Bandan via Senen.

Dan tibalah di Stasiun Jatinegara pukul 06.58 sementara waktu bertemu di titik kumpul pukul 08.30 WIB

Akhirnya w pun menunggu di tempat menunggu untuk kereta jarak jauh hingga pukul 07.45 WIB kemudian untuk menunggu teman teman lainnya w pun berkeliling di Stasiun Jatinegara.

Akhirnya di pukul 08.30 WIB w akhirnya bertemua dengan mbak Yuli selaku tour guide dari Timegap.id

Setelah menunggu peserta lainnya yang kesemuanya adalah perempuan dan w sendiri adalah satu satunya laki laki.

Kami pun berjalan di samping Stasiun Jatinegara, mbak Yuli pun menceritakan sejarah dari Stasiun Jatinegara.


Kenapa namanya Jatinegara ? karena dulunya adalah hutan Jati dan Jatinegara ini sudah digunakan sejak Pangeran Jayakarta yang berarti negara yang sejati yang sudah lebih dulu mendirikan perkampungan Jatinegara Kaum usai Belanda hancurkan Keraton Sunda Kelapa.

Stasiun Jatinegara sendiri berdiri pada 5 Maret 1887 dan mulai pembangunan oleh perancang Snuyf.

Menarik dari Stasiun Jatinegara ini adalah pembangunan peronnya menggunakan rangka atap baja yang didatangkan langsung dari Belanda kecuali Stasiun Manggarai yang menggunakan Pohon Jati.

Namun sempat tekendala karena pecahnya Perang Dunia II sehingga Belanda tidak lagi mengimpor Baja karena Baja ini digunakan untuk membuat Panser dan perangkat perang lainnya.

Stasiun ini dibuat besar sebagai persinggahan kereta api menuju Bandung dengan harapan penumpang dari Weltervreden yang saat ini kita kenal Pasar Baru, Thamrin, Medan Merdeka kala itu memilih stasiun ini daripada Stasiun Kemayoran

Stasiun Jatinegara ini menjadi stasiun penghubung yang penting sebagai rangkaian baru ke Stasiun Weltervreden dan jalur yang ada ke Tanjung Priok melalui Pasar Senen.

Salah satu kemajuan dari Belanda membuat Stasiun kereta ini adalah tidak ingin membuat kemacetan dan dibangunlah sebuah jembatan yang kini ada di Matraman yang berdiri pada tahun 1900an.

Sebelum melangkah menunju perberhentian selanjutnya, kami pun dibagikan satu persatu produk Bali Nougat dan berphoto bersama dengan produk tersebut.

Lepas dari Stasiun Jatinegara, kami pun bergeser ke Taman Benyamin Sueb yang dahulunya adalah bekas Markas Kodim 0505 Bekasi.

Namun sebelum dijadikan markas kodim adalah bekas kantor bupati jaman penjajahan Belanda pada 1939-1942, kemudian dikuasai Jepang dari tahun 1945-1949.

Dan baru digunakan sebagai markas Kodim pada tahun 1953 di atas luas tanah sekitar 1.800 m2 ini.

Konon, ada cerita di tahun 1998 ketika sedang terjadi pergolakan di kalangan mahasiswa yang menuntut Soeharto mundur, sejumlah mahasiswa diperiksa di tempat ini dan tidak pernah lagi keluar dari kantor Kodim hingga detik ini.

Taman Benyamin Sueb sendiri berdiri dan diresmikan oleh Gubernur DKI Jakarta kala itu Anies Baswedan pada 9 Agustus 2018.

Sebelum masuk ke dalam, kita disambut dengan sepasang patung Ondel Ondel dimana melambangkan putih merefleksikan kelembutan pada wanita dan merah pada pria melambangkan keberanian dan kekuasaan.

Ondel ondel sendiri juga merefleksikan bahwa tentang dunia dan akherat, Ondel ondel ini sendiri dipercaya dalam menghalau bala atau bahaya

Lantas siapa Benyamin Sueb ? sosok ini adalah boleh dibilang legenda budaya Betawi  karena beliau sangat multitalenta sejati.

Beliau dari usia 5 tahun sudah memulai ngamen keliling kampung dengan gitar kecilnya dengan gaya yang lucu membuat orang pun tidak segan memberikan permen atau uang.

menariknya adalah jika ada yang memberinya uang, uang tersebut diberikan kepada sang ibu untuk membiayai sekolah abang abangnya. Dirinya anak bontot dari 5 bersaudara

pada usia 20 tahun, dirinya menjadi kondektur, namun dirinya diajari korupsi kecil keciloan dengan modus tidak memberikan karcis kepada penumpang yang bayar dan karcis yang tidak diberikan itu kemudian dijual kembali.

Karena hal itulah dirinya tidak bertahan lama menjadi kondektur, kemudian diriya bergabung dengan keroncong Kalideres yang juga merekrut Ida Royani yang di masa mendatang akan menjadi duet abadi dalam bernyanyi.





Sepajang berkarya di dunia seni, Benyamin Sueb hasilkan 73 album dengan 53 film dan berbuah prestasi 2 kali Piala Citra yaitu pada film Intan Berduri di tahun 1973 dan Si Doel Anak Sekolah pada 1975.

Namun sayang diumur 56 tahun dirinya dipanggil Yang Maha Kuasa ketika sedang melakukan syuting sinetron Si Doel Anak Sekolahan.

Dirinya dimakamkan di TPU Karet Bivak di sebelah makam idolanya Bing Slamet sebagaimana wasiat yang dirinya katakan kepada keluarganya.

Di ruangan ini terdapat koleksi photo, tanda mata dari berbagai pihak, baju yang digunakan dalam film serta kaset namun baru sebagian kecil saja karena masih berada di kediaman dan pihak keluarga pun belum menyerahkannya.

Nama Benyamin Sueb diabadikan sebagai nama jalan berdampingan dengan nama jalan sang kakek yaitu H Ung atau Jiung yang berada di kawasan kemayoran bekas runway bandara.

Taman Benyamin Sueb ini terbuka untuk umum dan bisa digunakan namun hanya untuk kegiatan seni saja tidak untuk acara pernikahan atau reuni.

Lepas dari Taman Benyamin Sueb ini, kami pun berjalan ke jalan yang dikenal dengan nama Gang Padang ini dimana terdapat bangunan yang terdiri dari Vihara dan Kleteng yang hidup berdampingan.

Nama klenteng tersebut adalah Shia Jin Kong berdiri pada 1944 oleh Mpe Thung Djie Hoey (maaf kalo salah ya), sedangkan nama Viharanya adalah Dharma Kumala

Ada yang tahu ndak perbedaan Vihara dengan Klenteng ? kalo Klenteng itu adalah rumah ibadah untuk agama Kong Hu Chu sedangkan Vihara itu untuk agama Budha, jangan sampai salah ya.

Ok, lepas dari Klenteng dan Vihara, kami pun berjalan lagi menuju pasar yang awalnya adalah pusat perbelanjaan Ramayana namun karena tahun 98 terjadi penjarahan dan pembakaran membuat pusat perbelanjaan ini tutup.

Selang beberapa tahun, dibangunlah bangunan baru dengan standar internasional dan diperuntukkan untuk para pedagang batu akik untuk diperkenalkan ke seluruh Indonesia dan luar negeri.

Tempat ini dapat menampung 1,000 pedagang namun kini hanya bertahan 300 pedagang saja dengan mengalami masa tenarnya pada 2014 hingga 2016.

Selain menjadi pusat batu akik dan terbesar di Asia Tenggara, pasar Rawa Bening ini juga terdapat tempat klenik untuk mendapatkan jabatan dengan cepat atau jodoh.


Namanya Toko Ferdy disini menjual segala keperluan yang membuat anda cepat kaya atau dapat jabatan dengan cepat dan juga jodoh, selain itu juga diperlihatkan juga bonek jenglot namun yang belum ada isi isiannya.

Akhirnya kami cukup lama di pasar ini karena  ada beberapa peserta yang membeli asesoris dari batu akik dengan harga yang cukup murah.

Lepas dari pasar batu akik, kami pun menyebrang menuju kopi Sedan yang cukup legendaris tersebut yang berdiri dari tahun 1950 atau 1952.

Namun sayangnya toko kopinya pun tutup karena menyambut tahun baru akhirnya kami pun bergeser ke pasar Binatang Jatinegara dimana terdapat beberapa jenis Binatang bahkan ada yang langka namun tidak lama kami berada disana karena ada beberapa hal.

Lepas dari Pasar Binatang Jatinegara, kami pun bergeser ke Mester untuk melihat satu gang yang isinya adalah toko obat namun kami beruntung dan menggantikan kopi sedan dengan mengunjungi Toko Roti Gelora yang melegenda di Jakarta Timur.

Kami pun menyusuri gang kecil dan menemukan sebuah rumah yang menjadi pabrik roti dan kue yang melegenda dan banyak wara wiri di sosial media terutama Instagram dan Tik Tok.



W pun mencoba membeli roti manis dan roti sobek rasa keju cokelat, setelah mencicipi rasanya pun enak, sangat lembut dan perpaduan cokelat kejunya pun mantap, pokoknya rekomen dech.

Masuknya dari jembatan penyebarangan masuk ke ujung kemudian ke kanan temu gang kecil ikuti gang itu mentok ke kanan kemudian ke kiri lalu ikuti lagi hingga satu belokan lagi, klo nyasar tanya saja warga setempat pasti dikasih tahu kok arahnya.

Warga di situ cukup ramah dalam menerima kunjungan atau yang mau ke toko roti Gelora jadi jangan kuatir nyasar ya.

Lepas dari Toko Roti Gelora kami pun berjalan kembali menunju ke gereja GPIB Koinonia dengan menyusri jalan Jatinegara.

Sesampainya kami di halaman gereja untuk istirahat sejenak kami disamperin petugas keamanan gereja untuk menanyakan perihal kedatangan kami, namun sayangnya karena menyambut tahun baru, kami tidak diperkenankan masuk ke dalam.

Akhirnya kami keluar dan berada di depan pintu masuk gereja, GPIB Koinonia adalah gereja pertama yang ada di wilayah Timur Batavia kala itu.

Jadi begini, ada tokoh Belanda yang juga guru agama bernama Cornelis van Senen mencoba mendaftarkan sebagai pendeta namun ditolak yang akhirnya diberikan sepetak tanah di samping Ciliwung yang kini dikenal dengan Jatinegara.

Mester itu adalah penggilan untuk guru yang dialamatkan kepada Cornelis van Senen, dirinya sering memberikan khotbah bahasa Melayu dan Portugis Kreol di Gereja Koinonia.

Gereja Koinonia sendiri dibangun sekitar tahun 1889 oleh seorang bernama Keuchenius. Dia adalah mantan Ketua Mahkamah Tinggi di Batavia.

Kemudian Gereja direnovasi pada tahun 1911 - 1916 dan diberi nama Gereja Bethelkerk, oleh De Protestantsche Kerk in Nederlandsch-Indie, atau lebih dikenal dengan Indische Kerk.

Namun seiring dengan kepemilikan gereja tersebut gereja juga berubah namanya, bahkan hingga sebagaimana yang w lihat dari laman resmi GPIB Jemaat Koinonia, berdasarkan Surat Keputusan Wakil Tinggi Keraan di Indonesia tanggal 1 Desember 1948 No.2 gereja ini beralih kepemilikan ke Gereja Protestan di Indonesia Bagian Barta dan diberi nama GPIB Jemaat Bethel.

Lalu pada 1 Januari 1961 namanya kembali berubah menjadi GPIB Jemaat Koinonia hingga saat ini yang berarti Persekutuan.

Di depan gereja Koinonia terdapat dua patung pejuang Jatinegara diamana satu patung dengan tinggi 2 meter mempresentasikan laki laki dewasa dan yang satu berukuran 1 meter yang merepresentasikan anak kecil.

Patung pejuang Jatingeara ini diresmikan oleh Gubernur DKI Jakarta yang juga seniman Tjokropranolo pada 7 Juni 1982.

Patung ini dibuat untuk merepresentasikan atau simbol perjuangan 16 daerah di Jakarta Timur Pasar Jangkrik, Paseban, Jatinegara, Kampung Melayu, Pulomas, Kampung Ambon, Pal Mariam, Gang Bunga, pinggir jalan Vidiaducht (jembatan dekat teater), Pasar Mode (Gang Kemuning), Leo Nilan (By Pass),

Kemudian Domis Park (Belakang stasiun Jatinegara) Kayumanis V Lama, Gang Nambru (pohon kelapa tinggi, Depo Jatinegara dan Klender.

Para rakyat ke 16 daerah di Jakarta Timur ini tergabung dalam pasukan Pemberontakan Rakyat Indonesia (PPRI) yang dipimpin oleh Haji Darip dan Bang Pi’i.

Dari Gereja Koinonia kami pun menutup acara siang itu, namun sejatinya kami akan dibawa ke Warung Makan Ibu Haji namun karena cuaca tidak mendukung kami pun berpisah.

W bersama rombongan Bekasi dan Tanah Abang pun memilih Stasiun Matraman untuk pulang.

Kami pun mendapatkan kereta pukul 12:48 dan w tiba di Kranji pada pukul 13.00 dan sampai rumah pukul 14.00 WIB.

Itulah sepenggal cerita tentang ngebolang w di Jatinegara bersama teman teman dan juga Mbak Yuli dari Timegap.id

Buat mbak Yuli terima kasih buat cerita sejarahnya tentang Jatinegara cukup menarik dan menantikan acara selanjutnya..

Sampai jumpa di cerita selanjutnya…