16524, 23:59 – Untuk pertama kalinya kembali sejak terakhir pada tahun 2014 lalu w mengikuti kegitan dalam skala nasional.
Iya
w mengikuti kegitan the 14th PANDI Annual Meeting dengan mengambil
tema Indonesia Berdaulat Digital yang berlangsung di Hotel mewah Ritz Carlton,
Mega Kuningan pada hari ini hingga besok sore.
W
pun datang ke Hotel Ritz Carlton pun sekitar 08.30 atau setengah jam dari
jadwal yang dirancang oleh PANDI pada pukul 09.00 WIB dengan agenda acara
pembukaan oleh Menteri Kominfo, Budi Arie Setiadi.
Cukup
lama w menunggu di ballroom hotel ini, namun sejalan waktu banyak peserta yang
mulai berdatangan setidaknya ada dua kampus yang w lihat ikut serta dimana
kampus pertama berbasis agama abis yang berlokasi di Ciputat, Tangerang
Selatan.
Serta
yang satu lagi adalah kampus yang berlokasi di Meruya, yang sempat mengirimkan
info PPMB ke WA W tanpa pernah menjawab pertanyaan w darimana mereka
mendapatkannya.
Selain
dari kampus ada pula para personel Kementerian Pertahanan dan Mabes TNI yang
hadir karena narasumber yang hadir nantinya adalah dari Kemhan dan Lemhanas.
Namun
bukan Indonesia kalau tidak keluar penyakitnya yaitu norak dan kampungan, sorry
to say w bilang seperti itu dan terbukti kok, ketika nunggu acara disediakan
sarapan ala kadarnya.
Namun
ya namanya (maaf) orang Indonesia masuk Hotel ternama dan internasional pula ya
keluarlah kampungannya, tanpa perlu w jelaskan seberapa kampungan mereka namun
bisa dipastikan seperti itu.
Seperti
membawa makanan berupa kue kue melebihi piringnya dan tidak habis ( ndak inget
apa kalo masih banyak teman teman dan saudara kalian di wilayah Terluar, Terdalam
dan terdepan yang masih bertanya apakah hari ini saya makan atau tidak!)
Itu baru pagi, lalu bagaimana siang ? lebih parah ! hotel sekelas Internasional kekurangan piring dan habis makanan sementara peserta banyak yang tidak kebagian !
Beruntung dan bersyukur w masih dapat walaupun sedikti mengais ngais kuah dari lauk yang disajikan
seperti yang ambil gambarnya.
Dan
w pun bertanya sendiri dalam hati, ini panitia tidak menghitung kembali jumlah
peserta dan mengonfirmasikan ke pihak hotel atau bagaimana ? karena banyak yang
tidak dapat makanan.
Sementara
ya kembali lagi, muncul lagi norak dan kampungan yang mungkin sudah menjadi
budaya kita, dimana W menemukan banyak sekali piring dengan makanan yang
tersisa cukup banyak !
Ini
menjadi Pelajaran bagi kita semua agar cobalah kurang kurangi norak dan
kampungan kalian ketika berada dalam acara di tempat yang nota bene
internasional jangan bikin malu bangsa dan negara lah !
Okelah
kita tinggalkan soal norak dan kampungan dari para peserta yang kebanyakan
nyari makan siang gratis tersebut (kayak program bapak itu ya yang lagi pusing
nyari duitnya dari pos APBN yang mana ya
#eaaa)
Apakah Indonesia sudah berdaulat digital saat ini ? menurut w belum sepenuhnya berdaulat kenapa ? karena kita masih bergantung pada asing terutama China.
Dalam
hal penggunaan domain nama saja, w baru tahu kalau presentasinya cukup kecil
yaitu 0,3 persen dari jumlah penduduk Indonesia atau pengguna internet di
negeri ini atau secara angka sekitar 170 juta.
Domain
dalam hal ini adalah nama website yang berakhiran (dot) ID bukan (dot) com ya
ternyata kecil sekali.
Coba
bila kita lihat Australia sebagiaman dipaparkan oleh John Sihar Simanjuntak
(sama pula marganya sama w hadeuh..) dimana negara kangguru tersebut empat juta
domain berbanding 25-30 juta penduduknya.
Belum
lagi di Jerman yang mencapai 17 juta dari 80 juta penduduknya, jadi kita sangat
kecil sekali.
Padahal
dengan menggunakan domain (dot)ID berarti kita telah menjaga kedaulatan dari
ranah digital yang semakin hari semakin massif.
Lalu
apa yang membuat domain (dot)ID belum dilirik oleh masyarakat yang W lihat sich
pertama mungkin kurangnya literasi atau melek digital dari para masyarakat kita
akan teknologi walaupun tidak dipungkiri kita pengguna sosial media tertinggi
di dunia.
Kemudian
harga dari domain itu sendiri mungkin untuk biaya hosting atau penyimpanan
datanya yang masih terlalu mahal dilihat oleh masyrakat kita ditambah mungkin
adanya kurang percaya dengan produk dalam negeri mungkin sistem keamanannya.
Seperti
apakah aman web site Perusahaan saya dari peretasan dan pencurian data atau
lainnya ?
Selain
itu biaya belanja dari penyedia internet pun juga yang cukup mahal sehingga
belum bisa memberikan harga murah kepada konsumen dalam hal domain, ini asumsi
w aja sich.
Selain
domain (dot)ID yang masih kurang dilirik oleh masyrakat Indonesia, persoalan
lainnya yang ditangkap dari pertemuan ini adalah soal infrastruktur penunjang
kedaulatan digitalnya.
W
baru tahu di forum ini kalau Base Tranceiver Station atau dikenal dengan BTS
(bukan grup Idol ya) kita yang berjumlah 610,581 buah ini belum bisa tembus
hingga ke Kecamatan atau desa yang ada di Indonesia.
Hal
ini berbanding dengan jumlah pengguna internet pada 2024 sekitar 221,5 juta
orang dari 270 juta jiwa penduduk Indonesia.
Jadi
perlu peningkatan lagi terutama pelayanan BTS harus bisa sampai ke desa agar
banyak desa sudah bisa masuk internet, sehingga wilayah Indonesia dapat dikenal
luas lagi tidak hanya soal Bali dan Bali lagi.
Itu baru infrastruktur lalu bagaimana dengan kejahatan siber atau serangan siber yang sekarang lagi marak, dalam forum ini w baru tahu kalau ada sekitar 74 juta anomali trafik mulai dari Januari hingga Mei 2024 dan ini bisa bertambah lagi.
Dan
parahnya adalah lebih dari 44 juta aktifivasl malware jadi segera proteksi
segala yang berbau internet di kalian terutama password kalian dibuat lebih
kuat lagi
Dan
ini menjadi tantangan sendiri bagi negeri kita dalam menghadapi perang
sesungguhnya yang bukan lagi angkat senjata namun lebih kepada perang teknologi
dan serangan malware.
Hal
ini diungkapkan oleh Deputi Bidang Keamanan Siber dan Sandi Perekonomian, Badan
Siber dan Sandi Negara, BSSN Slamet Aji Pamungkas, dan juga Kepala Pusat Pertahanan
dan Siber Kemhan, Brigjen Tri Rana Subekti
Selain
itu juga dalam forum ini dibahas mengenai judi online dimana ndut setuju dengan
ucapan dari Samuel Abrijani Pengerapan dari Kominfo yang mengatakan bahwa Judi
Online ini dimasukkan dalam kategori TPPU, Tindak Pidana Pencucian Uang.
Kenapa ? karena kalau judi saja, banyak negara seperti Kamboja, Philipina yang melegalkan Judi sehingga kita tidak bisa proses hukum, namun kalau pake TPPU negara dan personel polisi kita bisa menangkap dan memproses hukumnya para pelaku.
Kominfo
pun tidak tinggal diam karena keterbatasan soal itu dengan cara pemblokiran
namun itu saja tidak cukup karena hanya membatasi ruang gerak bukan
mengeliminasi secara penuh.
W
pun akhirnya mengikuti acara ini hingga sesi kedua saja dan yang ketiga yaitu
soal Berdaulat Digital Melalui Ekosistem Bisnis dan Teknologi mengingat waktu
juga dan kendaraan umum yang akan w gunakan menunju rumah ditambah jam rawan
macet.
Sebelum
pulang w pun mampir ke booth yang ada di sana, kebetulan ada booth yang
menyediakan promo harga domain beragama (Dot)ID dengan harga Cuma Cuma namun
kembali lagi yang mahal adalah hosting atau penyimpanan datanya.
Walau murah namun dihitunganya bukan per tahun namun per bulan inilah yang mungkin masih jadi permasalahan yang terjadi.
Setelah
melihat booth dan lengkap sudah stemple dari booth tersebut, w putuskan pulang
pukul 15.30 dari Hotel Ritz Carlton setelah menukarkan 6 stempel dari tiap tiap
booth yang ada disana untuk ditukarkan dengan merchandise menarik yaitu kipas
angin tangan dengan kabel USB-C dan perangkat alat tulis serta gantungan
Ketika
nyampe di pintu keluar Hotel, nampak saja suara gemuruh yang ternyata berasal
dari suara demo teman teman dari kawasan Timur Indonesia yang sedang demo entah
apa yang membuat mereka demo.
Tapi
aneh aja demo cuma modal toa sama sekitar 15 orang orang saja, demo apaan itu,
petugas yang jaga pun hanya bisa mengamati saja dengan santai sembari memeriksa
barang bawaan tamu yang lewat di jalur pejalan kaki.
Itulah
kegiatan w selama sehari ini, dan terima kasih yang telah membacanya, nantinya
kisah selanjutnya ya…
Mega Kuningan, Mei 2024
.jpg)















