Tampilkan postingan dengan label Obituari. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Obituari. Tampilkan semua postingan

Kamis, 30 September 2021

Selamat Jalan Kaka Bung

 8420, 23.00  -- Dunia industry music, film, dan politik sosbud Indonesia sangat kehilangan salah satu kebanggaan negeri ini yang membuat satu negeri kaget serta tidak percaya dengan hal ini.

Itulah yang ndut rasakan berawal dipanggilnya ndut ke kamar oleh firstlady yang menanyakan kabar bahwa Glenn Fredly meninggal dunia dengan memperlihatkan sebuah berita dari laman berita tajam dan terpercaya.

Ndut pun cari tahu mulai dari ganti saluran tipi hingga dengarkan radio, namun hasilnya nihil, ndut baru pasti benar kabar itu dari tayangan Tonight Show di NET sembari kuping satu dengarkan ‘News Update’ dari Gen FM dan benar Glenn Fredly tiada !

Iya, musisi, produser film, filantropis Indonesia, Glenn Fredly Deviano Latuihamallo menghembuskan napas terakhirnya di rumkit Setia Mitra, Jakarta dalam usia 44 tahun akibat penyakit meningitis yang dideritanya, dirinya wafat pada pukul18.00 petang.

Ndut mulai dari jaman SLTP hingga saat ini hidup dengan iringan music karya Nyong Ambon kelahiran Jakarta 30 September 1976 ini mulai dari vokalis di Funk Section bersama Mus Mujiono sampai sekarang menjadi solois dengan band pengiring bakucaka.

Banyak lagu diciptakannya menjadi hits dengan jutaan kopi serta streaming di era digital, siapa yang tidak kenal dengan hits kau, cukup sudah, akhir cerita cinta, terserah, tega, kembali ke awal dan banyak lagi itu semua masih enak didengar tak lekang oleh massa.

Ndut beruntung bisa mengobrol dan bertemu dengan Glenn ketika masih jadi pewarta online di PedomanNews.com ditahun 2012-2013, ndut dua kali bertemu dengan sosok ini ketika premier untuk pewarta film Cahaya dari Timur ! Beta Maluku di Plasa Senayan.

Itu kecintaan dirinya terhadap tanah leluhurnya, Maluku dimana dirinya menjadi produser film tersebut yang mengangkat kisah nyata dari kampung Tulehu, Nusaina, Maluku Tengah ditengah konflik Ambon mereka mampu bersatu dalam team sepakbola.

Bahkan team ini mampu berangkat ke Jakarta dan menangkan tournament Piala Medco U-15, bahkan ndut pernah bertemu dan ngobrol dengan pelatih serta orang dibalik team sepakbola yang juga atlet timnas Indonesia tahun 1988 di Brunei, Sani Tawanella.

Nyong Ambon ini selain cinta akan tanah leluhurnya dirinya juga memberikan perhatian kepada budaya local termasuk cagar budaya negeri ini dan dibuktikan dengan sebuah karya dengan rekaman di lokasi bersejarah di Solo.

Iya ndut pernah diminta datang ke acara launching Album Glenn Fredly oleh Pemred yang sekarang jadi Jubir Presiden, Fadjroel Rachman yang berlangsung pada 2 Oktober bertepatan dengan hari Batik Nasional di Epicentrum XXI, Kuningan.

Jadi Glenn bersama band pengiringnya Bakucaka merilis lagu lama mereka dengan aransemen serta rekaman di studio rekaman legendaris Indonesia, Lokananta yang berada di Kawasan Solo, Jawa Tengah, ada yang tahu ndak Lokananta itu apa ?

Lokananta itu adalah studio rekaman serta label music pertama di Indonesia, didirikan oleh Ir Soekarno ini banyak musisi mengibaratkan studio ini sebagai ‘Abbey Road’nya Indonesia bahkan ada satu alat yang punya hanya dua negara, Indonesia dan Inggris yang ada di BBC London !

Di tempat ini banyak rekaman tokoh dunia, mau dengar pidato Presiden Rusia Nikita Kruvcev atau Jawaharal Nehru bahkan lagu Indonesia Raya pertama kali direkam distudio ini, itulah kecintaan Glenn terhadap music dan budaya local.

Dalam dunia politik pun dia buktikan dengan mengajak anak muda untuk tetap bersatu apapun pilihan politiknya saat pemilu 2014 serta 2019 dirinya tetap mengangkat persatuan tanpa memandang SARA satu sama lain.

Itulah Glenn Fredly yang ingin minta agar ketika meninggalkan jejak dengan karya itu telah dibuktikan pada mala mini, sejumlah orang tidak percaya akan kepergiannya yang mendadak ditengah pandemic covid19 ini.

Kini rakyat Indonesia harus lewati sepi harinya tanpa kehadiran mu lagi, dan biarkan rakyat Indonesia berdiri untuk mengenangmu, perpisahan kali ini untuk rakyat Indonesia akan menjadi kisah dan sedih yang tak berujung.

Selamat jalan kaka bung, Tuhan lebih sayang ama ale, selamat menempuh hidup baru di keabadian kakabung bersama Allah Bapa, kami merindukanmu.. 

Kamis, 09 September 2021

Selamat Jalan Pak Jacob Oetama

9920, 14.00 –- Dunia Pers Indonesia kehilangan sosok guru, pembina dan ayah yang pada hari ini harus menghadap sang ilahi.

Adalah Jacob Oetama, pendiri Harian Kompas hari ini pukul13,05 wafat karena sakit namun tidak diketahui sakit apa yang diidapnya, dalam usia jelang 89 tahun di Rumkit Mitra Keluarga Kelapa Gading, Jakarta Utara

Mengawali karir sebagai Guru SMP Mardi Yuwana, Cipanas pada 1952 dan SMP Van Lith Jakarta pada 1953, dirinya bersama Petrus Kanisius (PK) Ojong dirikan Intisari tahun 1963 dan Kompas pada 1965 yang berkembang sampai hari ini.

Sosok Pak Jo sapaan akrabnya dari akronim namanya sangat dikagumi sifatnya yang Nguwongke atau menyapa orang sebagai manusia apapun latar belakangnya terlebih bila bicara jurnalisme dan jurnalis.

Ndut yang selalu baca Kompas, ini bisa lihat bagaimana perwujudan dari visi-misi Pak Jo dalam membangun Indonesia dimana jurnalisme itu harus sederhana jangan neko-neko lebih kepada bobot dan isi berita bukan berita bunga-bunga yang tidak jelas.

Ndut cukup kaget bisa membaca rincian penghargaan dari penerima medali bintang Mahaputera Kelas III (Bintang utama ) dari negara sebagai insan pers dan anggota MPR tahun 1973, pernah dapat penghargaan dari kantor media ndut pada 2010 sementara ndut baru gabung pada 2011.

Kabarnya jenazah Pak Jo akan disemayamkan di lobi Kompas-Gramedia sebelum diadakan misa keluarga yang akan dilayani oleh Kardinal/Uskup Agung Mgr Suharyo dikediamannya Kawasan Sriwijaya, Kebayoran.

Pemakaman dilakukan secara militer setelah keluarga serahkan kepada negara diwakili oleh Ketua MPR, Bambang Soesatyo dan Inspektur Upacara dipimpin oleh mantan Wakil Presiden 2004/09-2014/19, Jusuf Kalla.

Pak Jo sugeng tindak, ilmu dan bimbingan mu terkait Pers dan jurnalisme akan kami kenang dan teruskan perjuanganmu, selamat menempuh hidup baru bersama sang pecipta dan keluarga diberikan kekuatan dan ketabahan terutama keluarga besar Kompas-Gramedia.