30822,
19:00 – Wakil Gubernur Jawa Barat Uu Ruzhanul Ulum lagi-lagi membuat kontroversi
kali soal Poligami dalam mencegah penyebaran HIV-AIDS di daerahnya yang saat
ini menempati peringkat pertama penyebaran penyakit itu di di indonesia.
Istimewa
Wagub
Uu ini mengatakan bahwa menikah dan poligami akan menjauhkan diri dari
perbuatan zina serta meminta para pria yang sudah menikah tidak lagi ‘jajan
sembarangan’ yang berpotensi menularkan HIV/AIDS kepada isteri dan anak-anaknya.
Ucapan
dari pria kelahiran Tasikmalaya 10 Mei 1969 ini terpicu dengan adanya rilisan terbaru
Komisi Penanggulangan AIDS a.k.a. KPA yang mengatakan ada 5,943 kasus positif
HIV di Bandung dalam periode 1991-2021. Dimana 11 persen diantaranya adalah ibu
rumah tangga atau 653 kasus
Lalu
6,97 persen atau 414 kasus adalah mahasiswa, kemudian 31,01 atau setara 1,842
kasus adalah dari golongan pegawai swasta dan 39,52 persen adalah perilaku
heteroseksual
Pernyataan
ini lantas mengundang reaksi dari berbagai kalangan terutama soal isu Poligami
yang mungkin di agama tertentu diperbolehkan, namun apakah ini bisa
menghentikan laju penyebaran HIV AIDS ?
Jawabnya
tidak, kenapa ? memang dari sudut agama mungkin tidak berbahaya namun dari segi
budaya harus kembali diperhatikan lagi
Lagipula
poligami, suami beristeri lebih dari satu orang menurut ndut telah meminggirkan
dan tidak adanya menghormati keberadaan kaum wanita sebagai manusia hanya sebagai pemuas
seksual belaka.
Kemudian
soal usulan segera menikah bagi anak muda tidak lah sangat sederhana itu untuk
menemukan solusi apalagi sama seperti Poligami, karena apa ? menikah di Indonesia
itu biayanya sangat mahal dan itu berlaku di beberapa suku bangsa negeri ini.
Mungkin
dari segi agama bisa dilakukan karena mungkin berkaca pada latar belakang
dirinya dari pesantren namun apakah itu sudah sesuai dengan budaya yang ada di
tanah air ini ?
Dan
juga HIV-AIDS ini tidak selalu identic dengan seks, namun bisa juga melalui
jarum suntik yang dipakai bergantian saat penggunaan narkoba.
Menurut
ndut yang seharusnya dilakukan pemerintah terutama Kementerian Pendidikan,
Riset dan Teknologi bersama Kementerian Perlindungan Perempuan dan BKKBN adalah menyusun soal materi atau kurikulum tentang
pendidikan sex yang berbasis kearifan local agar membuka pandangan kaum muda sedari
dini akan bahaya seks sebelum menikah dan berganti pasangan seksual serta
penggunaan narkoba.
Karena
ndut melihat sampai hari ini, pendidikan seks belum diterapkan secara ilmiah apalagi
ditingkat rumah tangga, mungkin sudah ada namun kebanyakan belum diterapkan dan
masih menganggapnya itu tabu biar mereka cari sendiri, hal inilah yang mungkin
saja menjadi pemicu tingginya angka HIV-AIDS diluar jarum suntik narkoba.
Ndut
punya cerita dulu soal pendidkan seks, dimana ada anak menyebutkan kondom atau penis
saja mulut anak sudah dibungkam mulutnya oleh orang tuanya dengan mengatakan
tidak sopan namun tidak ada penjelasan arti dari kata itu sehingga membuat sang
anak mencari sendiri tanpa ada yang membimbingnya.
Hal
ini lah yang bisa saja terjadi karena tidak adanya penjelasan dan anak bersama
temannya pun mencari refensi yang tidak seharusnya dilihat dan itulah kenapa
HIV-AIDS yang meningkat di luar narkoba.
Ndut
sich berharap kementerian terkait mulai dari kementerian pendidikan dan kementerian
perlindungan perempuan serta BKKBN untuk menyusun pedoman untuk mencegah
meningkatnya HIV-AIDS di luar narkoba seperti materi edukasi seksual dengan
bahasa yang mudah dimengerti.
Kita
nantikan saja bagaimana kementerian dan pihak terkait dalam menurunkan angka
HIV-AIDS di Indonesia ini tanpa menggampangkan sesuatu hal itu dengan menikah apalagi
berpoligami !
Tidak ada komentar:
Posting Komentar