Senin, 19 Februari 2024

Catatkan Sejarah ! ICJ Gelar Sidang Mengenai Pendudukan 57 Tahun Israel di Palestina

19224, 16:15 – Mahkamah Internasional atau ICJ akan segera membuka sesi dengar pendapat bersejarah mengenail legalitas pendudukan selama 57 tahun di Wilayah Palestina.

Hal ini terjadi ketika Tel Aviv luncurkan serangan terbarunya di wilayah Palestina, Gaza yang membuat wilayah tersebut hancur lebur.

Kasus legalitas pendudukan selama 57 tahun oleh Israel ini terpisah dari usaha pengaduan genosida yang diajukan Afrika Selatan kepada ICJ

Persidangan legalita pendudukan selama 57 tahun oleh Israel ini berfokus pada pendudukan Israel di Gaza, Yerusalem Timur dan Tepi Barat sejak tahun 1967.

Palestina inginkan ketiga wilayah tersebut untuk menjadi negara merdeka dan berdaulat. Perwakilan Palestina akan berikan pidato perdana pada Senin 19 Februari 2024 akan berpendapat bahwa pendudukan Israel adalah ilegal karena melanggar tiga prinsip utama.

Perwakilan Palestina ini katakan Israel telah melanggar larangan penaklukan wilayah dengan mencaplok sebagian besar wilayah yang diduduki, menerapkan sistem diskriminasi rasial dan apartheid serta melanggar hak warga Palestina untuk menentukan nasib sendiri.

"Kami ingin mendengar kata-kata baru dari pengadilan," kata Omar Awadallah, kepala departemen organisasi PBB di Kementerian Luar Negeri Palestina kepada media asal Qatar, Al Jazeera.

"Mereka harus mempertimbangkan kata genosida dalam kasus di Afrika Selatan," katanya, mengacu pada kasus terpisah yang diajukan ke pengadilan. "Sekarang kami ingin mereka mempertimbangkan apartheid."

Usai Palestina sampaikan argument mereka, 51 negara dan tiga organisasi, Liga negara Arab, OKI dan Uni Afrika akan berbicara di depan para hakin di Aula Besar Kehakiman ICJ yang berada di Den Hag, Belanda itu.

Israel tidak akan sampaikan argument lisan, dengan begitu mereka tetap akan kirimkan observasi tertulis.

Kasu ini masuk ke pengadilan usai Majelis Umum PBB berikan sudara dengan selisih besar pada bulan Desember 2023 untuk minta panel yang beranggota 15 hakim memberikan pendapat mengenai pendudukan Israel namun pendapat ini nantinya bersifat tidak mengikat.

Permintaan ini diajukan oleh Palestina dan ditentang keras oleh Israel, dimana Tel Avid katakan bahwa setiap Keputusan yang mungkin diambil oleh Pengadilan akan sepenuhnya tidak sah.

Israel rebut Yerusalem Timur, Tepi Barat dan Gaza di tahun 1967 selama perang dengan Mesir, Suriah dan Jordania.

Israel pada 2005 menarik diri dari Gaza namun masih dapat mengontrol perbatasan wilayah tersebut.

Sementara itu menurut kelompok pengawas Peace Now, di Tepi Barat yang diduduki katakan bahwa Israel telah membangun 146 pemukan yang merupakn rumah bagi lebih dari 500.00 pemukim Yahudi.

Lambat laut, populasi pemukiman Tepi Barat telah tumbuh lebih dari 15 persen dalam lima tahun terakhir.

Selain itu Israel juga mengambil alih Yerusalem Timur dan menganggap seluruh kota tersebut sebagai ibu kotanya, tercatat ada 200.000 warga Israel tinggal dipemukiman yang berada di wilayah tersebut.

Para penduduk Palestina di wilayah tersebut, akhirnya menghadapi diskriminasi sistematis.

Aturan yang dibuat Israel sulitkan mereka untuk membangun rumah baru atau memperluas  wilayah rumah yang sudah ada. ***

Jika Sandera Tak Segera Dibebaskan, Israel Ancam Serang Rafah pada Bulan Ramadan

19224, 07:55 – Perang Palestina Israel yang tidak kunjung padam ini membuat pasukan Israel akan menyerang Rafah ketika Ramadan apabila sandera yang ditahan Hamas tidak dibebaskan.

Hal ini disampaikan oleh Kepala Kabinet Israel Benny Gantz pada Minggu 18 Februari 2024.

Ramadan sendiri adalah bulan suci dalam kalender Islam yang pada tahun ini diperkirakan dimulai pada 10 Maret mendatang.

“Saya katakan dengan sangat jelas, Hamas punya pilihan. Mereka bisa menyerah, membebaskan para sandera dan dengan cara ini warga Gaza bisa merayakan ramadan,” kata Gantz dalam sebuah acara jumpa wartawan di Yerusalem.

Tel Aviv umumkan rencana untuk lancarkan serangan darat ke Kota Rafah yang menjadi tempat berlindung dari 1,4 juta warga Gaza dari peperangan.

Menurut Israel, Rafah sebagai tempat terakhir untuk kalahkan battalion Hamas yang diyakini berada di wilayah tersebut.

Warga Palestina banyak yang berlindung di Rafah karena Israel sudah memborbardir jalur Gaza sejak 7 Oktober 2023.

Serangan Isreal ini telah tewaskan hampir 29 ribu orang dan sebabkan kerusakan serta kekurangan kebutuhan pokok bagi warga Palestina.

Gantz yang pernah menjabat Menteri Pertahanan Israel ini mengatakan bahwa invasi ke Rafah akan dilakukan dengan koordinasi bersama Ameriak Serikat dan Mesir demi meminimalisir jatuhnya korban warga sipil.

“Dunia harus tahu, para pemimpin Hamas juga harus tahu, kalau sampai Ramadan para sandera tidak pulang ke rumah, maka pertempuran akan diperpanjang hingga ke Rafah,” kata Gantz, sebagaimana dilansir dari surat kabar The Times of Israel.

Sementara itu Menteri Luar Negeri Jordania, Ayman Safadi tekankan tidak ada yang bisa benarkan kehancuran yang terus menerus pada tempat tinggal 2 juta warga Gaza.

Selain itu kejahatan perang yang dilakukan pada warga Gaza harus segera diakhiri oleh kedua pihak.

Perang Gaza sendiri sudah empat bulan berlangsung dimana beberapa rumah sakit diserang dengan 12 ribu anak anak tewas terbunuh.

“Peperangan ini sudah tidak bisa lagi diterima. Permasalahan yang sesungguhnya ada pada politik Israel, yang tidak mau mengakui hak-hak warga Palestina untuk hidup,” kata Safadi dalam konferensi bidang keamanan di Munich, Jerman, sebagaimana dikutip dari kantor berita Anadolu. 

Safadi pun menambahkan bahwa Israel telah melakukan berbagai cara hingga bahayakan Solusi dua negara.

Warga Palestina bukan hanya punya harapan dan aspirasi, namun mereka juga punya hak yang tersemat dalam hukum internasional, hak jutaan warga untuk hidup di negaranya sendiri secara merdeka dan berdaulat hingga hukum kemanusiaan. ***