Sabtu, 30 Desember 2023

Ngebolang di Jatinegara

301223, 20:00 – Kembali lagi w melakukan perjalanan sejarah kali ini bersama teman teman dari Timegap.id.

W pun dari rumah berangkat pukul 06.10 untuk ke Stasiun Bekasi tidak butuh waktu lama untuk menunggu kereta w pun berangkat dengan menggunakan kereta dengan jurusan Kampung Bandan via Senen.

Dan tibalah di Stasiun Jatinegara pukul 06.58 sementara waktu bertemu di titik kumpul pukul 08.30 WIB

Akhirnya w pun menunggu di tempat menunggu untuk kereta jarak jauh hingga pukul 07.45 WIB kemudian untuk menunggu teman teman lainnya w pun berkeliling di Stasiun Jatinegara.

Akhirnya di pukul 08.30 WIB w akhirnya bertemua dengan mbak Yuli selaku tour guide dari Timegap.id

Setelah menunggu peserta lainnya yang kesemuanya adalah perempuan dan w sendiri adalah satu satunya laki laki.

Kami pun berjalan di samping Stasiun Jatinegara, mbak Yuli pun menceritakan sejarah dari Stasiun Jatinegara.


Kenapa namanya Jatinegara ? karena dulunya adalah hutan Jati dan Jatinegara ini sudah digunakan sejak Pangeran Jayakarta yang berarti negara yang sejati yang sudah lebih dulu mendirikan perkampungan Jatinegara Kaum usai Belanda hancurkan Keraton Sunda Kelapa.

Stasiun Jatinegara sendiri berdiri pada 5 Maret 1887 dan mulai pembangunan oleh perancang Snuyf.

Menarik dari Stasiun Jatinegara ini adalah pembangunan peronnya menggunakan rangka atap baja yang didatangkan langsung dari Belanda kecuali Stasiun Manggarai yang menggunakan Pohon Jati.

Namun sempat tekendala karena pecahnya Perang Dunia II sehingga Belanda tidak lagi mengimpor Baja karena Baja ini digunakan untuk membuat Panser dan perangkat perang lainnya.

Stasiun ini dibuat besar sebagai persinggahan kereta api menuju Bandung dengan harapan penumpang dari Weltervreden yang saat ini kita kenal Pasar Baru, Thamrin, Medan Merdeka kala itu memilih stasiun ini daripada Stasiun Kemayoran

Stasiun Jatinegara ini menjadi stasiun penghubung yang penting sebagai rangkaian baru ke Stasiun Weltervreden dan jalur yang ada ke Tanjung Priok melalui Pasar Senen.

Salah satu kemajuan dari Belanda membuat Stasiun kereta ini adalah tidak ingin membuat kemacetan dan dibangunlah sebuah jembatan yang kini ada di Matraman yang berdiri pada tahun 1900an.

Sebelum melangkah menunju perberhentian selanjutnya, kami pun dibagikan satu persatu produk Bali Nougat dan berphoto bersama dengan produk tersebut.

Lepas dari Stasiun Jatinegara, kami pun bergeser ke Taman Benyamin Sueb yang dahulunya adalah bekas Markas Kodim 0505 Bekasi.

Namun sebelum dijadikan markas kodim adalah bekas kantor bupati jaman penjajahan Belanda pada 1939-1942, kemudian dikuasai Jepang dari tahun 1945-1949.

Dan baru digunakan sebagai markas Kodim pada tahun 1953 di atas luas tanah sekitar 1.800 m2 ini.

Konon, ada cerita di tahun 1998 ketika sedang terjadi pergolakan di kalangan mahasiswa yang menuntut Soeharto mundur, sejumlah mahasiswa diperiksa di tempat ini dan tidak pernah lagi keluar dari kantor Kodim hingga detik ini.

Taman Benyamin Sueb sendiri berdiri dan diresmikan oleh Gubernur DKI Jakarta kala itu Anies Baswedan pada 9 Agustus 2018.

Sebelum masuk ke dalam, kita disambut dengan sepasang patung Ondel Ondel dimana melambangkan putih merefleksikan kelembutan pada wanita dan merah pada pria melambangkan keberanian dan kekuasaan.

Ondel ondel sendiri juga merefleksikan bahwa tentang dunia dan akherat, Ondel ondel ini sendiri dipercaya dalam menghalau bala atau bahaya

Lantas siapa Benyamin Sueb ? sosok ini adalah boleh dibilang legenda budaya Betawi  karena beliau sangat multitalenta sejati.

Beliau dari usia 5 tahun sudah memulai ngamen keliling kampung dengan gitar kecilnya dengan gaya yang lucu membuat orang pun tidak segan memberikan permen atau uang.

menariknya adalah jika ada yang memberinya uang, uang tersebut diberikan kepada sang ibu untuk membiayai sekolah abang abangnya. Dirinya anak bontot dari 5 bersaudara

pada usia 20 tahun, dirinya menjadi kondektur, namun dirinya diajari korupsi kecil keciloan dengan modus tidak memberikan karcis kepada penumpang yang bayar dan karcis yang tidak diberikan itu kemudian dijual kembali.

Karena hal itulah dirinya tidak bertahan lama menjadi kondektur, kemudian diriya bergabung dengan keroncong Kalideres yang juga merekrut Ida Royani yang di masa mendatang akan menjadi duet abadi dalam bernyanyi.





Sepajang berkarya di dunia seni, Benyamin Sueb hasilkan 73 album dengan 53 film dan berbuah prestasi 2 kali Piala Citra yaitu pada film Intan Berduri di tahun 1973 dan Si Doel Anak Sekolah pada 1975.

Namun sayang diumur 56 tahun dirinya dipanggil Yang Maha Kuasa ketika sedang melakukan syuting sinetron Si Doel Anak Sekolahan.

Dirinya dimakamkan di TPU Karet Bivak di sebelah makam idolanya Bing Slamet sebagaimana wasiat yang dirinya katakan kepada keluarganya.

Di ruangan ini terdapat koleksi photo, tanda mata dari berbagai pihak, baju yang digunakan dalam film serta kaset namun baru sebagian kecil saja karena masih berada di kediaman dan pihak keluarga pun belum menyerahkannya.

Nama Benyamin Sueb diabadikan sebagai nama jalan berdampingan dengan nama jalan sang kakek yaitu H Ung atau Jiung yang berada di kawasan kemayoran bekas runway bandara.

Taman Benyamin Sueb ini terbuka untuk umum dan bisa digunakan namun hanya untuk kegiatan seni saja tidak untuk acara pernikahan atau reuni.

Lepas dari Taman Benyamin Sueb ini, kami pun berjalan ke jalan yang dikenal dengan nama Gang Padang ini dimana terdapat bangunan yang terdiri dari Vihara dan Kleteng yang hidup berdampingan.

Nama klenteng tersebut adalah Shia Jin Kong berdiri pada 1944 oleh Mpe Thung Djie Hoey (maaf kalo salah ya), sedangkan nama Viharanya adalah Dharma Kumala

Ada yang tahu ndak perbedaan Vihara dengan Klenteng ? kalo Klenteng itu adalah rumah ibadah untuk agama Kong Hu Chu sedangkan Vihara itu untuk agama Budha, jangan sampai salah ya.

Ok, lepas dari Klenteng dan Vihara, kami pun berjalan lagi menuju pasar yang awalnya adalah pusat perbelanjaan Ramayana namun karena tahun 98 terjadi penjarahan dan pembakaran membuat pusat perbelanjaan ini tutup.

Selang beberapa tahun, dibangunlah bangunan baru dengan standar internasional dan diperuntukkan untuk para pedagang batu akik untuk diperkenalkan ke seluruh Indonesia dan luar negeri.

Tempat ini dapat menampung 1,000 pedagang namun kini hanya bertahan 300 pedagang saja dengan mengalami masa tenarnya pada 2014 hingga 2016.

Selain menjadi pusat batu akik dan terbesar di Asia Tenggara, pasar Rawa Bening ini juga terdapat tempat klenik untuk mendapatkan jabatan dengan cepat atau jodoh.


Namanya Toko Ferdy disini menjual segala keperluan yang membuat anda cepat kaya atau dapat jabatan dengan cepat dan juga jodoh, selain itu juga diperlihatkan juga bonek jenglot namun yang belum ada isi isiannya.

Akhirnya kami cukup lama di pasar ini karena  ada beberapa peserta yang membeli asesoris dari batu akik dengan harga yang cukup murah.

Lepas dari pasar batu akik, kami pun menyebrang menuju kopi Sedan yang cukup legendaris tersebut yang berdiri dari tahun 1950 atau 1952.

Namun sayangnya toko kopinya pun tutup karena menyambut tahun baru akhirnya kami pun bergeser ke pasar Binatang Jatinegara dimana terdapat beberapa jenis Binatang bahkan ada yang langka namun tidak lama kami berada disana karena ada beberapa hal.

Lepas dari Pasar Binatang Jatinegara, kami pun bergeser ke Mester untuk melihat satu gang yang isinya adalah toko obat namun kami beruntung dan menggantikan kopi sedan dengan mengunjungi Toko Roti Gelora yang melegenda di Jakarta Timur.

Kami pun menyusuri gang kecil dan menemukan sebuah rumah yang menjadi pabrik roti dan kue yang melegenda dan banyak wara wiri di sosial media terutama Instagram dan Tik Tok.



W pun mencoba membeli roti manis dan roti sobek rasa keju cokelat, setelah mencicipi rasanya pun enak, sangat lembut dan perpaduan cokelat kejunya pun mantap, pokoknya rekomen dech.

Masuknya dari jembatan penyebarangan masuk ke ujung kemudian ke kanan temu gang kecil ikuti gang itu mentok ke kanan kemudian ke kiri lalu ikuti lagi hingga satu belokan lagi, klo nyasar tanya saja warga setempat pasti dikasih tahu kok arahnya.

Warga di situ cukup ramah dalam menerima kunjungan atau yang mau ke toko roti Gelora jadi jangan kuatir nyasar ya.

Lepas dari Toko Roti Gelora kami pun berjalan kembali menunju ke gereja GPIB Koinonia dengan menyusri jalan Jatinegara.

Sesampainya kami di halaman gereja untuk istirahat sejenak kami disamperin petugas keamanan gereja untuk menanyakan perihal kedatangan kami, namun sayangnya karena menyambut tahun baru, kami tidak diperkenankan masuk ke dalam.

Akhirnya kami keluar dan berada di depan pintu masuk gereja, GPIB Koinonia adalah gereja pertama yang ada di wilayah Timur Batavia kala itu.

Jadi begini, ada tokoh Belanda yang juga guru agama bernama Cornelis van Senen mencoba mendaftarkan sebagai pendeta namun ditolak yang akhirnya diberikan sepetak tanah di samping Ciliwung yang kini dikenal dengan Jatinegara.

Mester itu adalah penggilan untuk guru yang dialamatkan kepada Cornelis van Senen, dirinya sering memberikan khotbah bahasa Melayu dan Portugis Kreol di Gereja Koinonia.

Gereja Koinonia sendiri dibangun sekitar tahun 1889 oleh seorang bernama Keuchenius. Dia adalah mantan Ketua Mahkamah Tinggi di Batavia.

Kemudian Gereja direnovasi pada tahun 1911 - 1916 dan diberi nama Gereja Bethelkerk, oleh De Protestantsche Kerk in Nederlandsch-Indie, atau lebih dikenal dengan Indische Kerk.

Namun seiring dengan kepemilikan gereja tersebut gereja juga berubah namanya, bahkan hingga sebagaimana yang w lihat dari laman resmi GPIB Jemaat Koinonia, berdasarkan Surat Keputusan Wakil Tinggi Keraan di Indonesia tanggal 1 Desember 1948 No.2 gereja ini beralih kepemilikan ke Gereja Protestan di Indonesia Bagian Barta dan diberi nama GPIB Jemaat Bethel.

Lalu pada 1 Januari 1961 namanya kembali berubah menjadi GPIB Jemaat Koinonia hingga saat ini yang berarti Persekutuan.

Di depan gereja Koinonia terdapat dua patung pejuang Jatinegara diamana satu patung dengan tinggi 2 meter mempresentasikan laki laki dewasa dan yang satu berukuran 1 meter yang merepresentasikan anak kecil.

Patung pejuang Jatingeara ini diresmikan oleh Gubernur DKI Jakarta yang juga seniman Tjokropranolo pada 7 Juni 1982.

Patung ini dibuat untuk merepresentasikan atau simbol perjuangan 16 daerah di Jakarta Timur Pasar Jangkrik, Paseban, Jatinegara, Kampung Melayu, Pulomas, Kampung Ambon, Pal Mariam, Gang Bunga, pinggir jalan Vidiaducht (jembatan dekat teater), Pasar Mode (Gang Kemuning), Leo Nilan (By Pass),

Kemudian Domis Park (Belakang stasiun Jatinegara) Kayumanis V Lama, Gang Nambru (pohon kelapa tinggi, Depo Jatinegara dan Klender.

Para rakyat ke 16 daerah di Jakarta Timur ini tergabung dalam pasukan Pemberontakan Rakyat Indonesia (PPRI) yang dipimpin oleh Haji Darip dan Bang Pi’i.

Dari Gereja Koinonia kami pun menutup acara siang itu, namun sejatinya kami akan dibawa ke Warung Makan Ibu Haji namun karena cuaca tidak mendukung kami pun berpisah.

W bersama rombongan Bekasi dan Tanah Abang pun memilih Stasiun Matraman untuk pulang.

Kami pun mendapatkan kereta pukul 12:48 dan w tiba di Kranji pada pukul 13.00 dan sampai rumah pukul 14.00 WIB.

Itulah sepenggal cerita tentang ngebolang w di Jatinegara bersama teman teman dan juga Mbak Yuli dari Timegap.id

Buat mbak Yuli terima kasih buat cerita sejarahnya tentang Jatinegara cukup menarik dan menantikan acara selanjutnya..

Sampai jumpa di cerita selanjutnya…

Jumat, 29 Desember 2023

Singapura Larang Vape, Kedapatan Bawa Siapkan Rp23 Juta untuk Denda

291223, 07:40 – Satu persatu negara mulai berlakukan larangan Vape atau rokok elektrik salah satunya adalah Singapura.

Iya Singapura menjadi salah satu negara yang mempunyai regulasi ketat mengenai penggunaan Vape atau rokok elektrik, salah satunya membuat aturan melarang siapapun membawa Vape ke wilayah negaranya.

Hal ini disampaikan oleh Kementerian Kesehatan (MoH) dan Health Sciences Authority (HSA) Singapura sebagaimana dilansir dari CNA pada Jumat 29 Desember 2023.

"Penumpang yang datang dapat diperiksa keberadaan e-vaporiser dan komponennya di ruang kedatangan, dan mereka yang ditemukan membawa e-vaporiser atau komponennya akan didenda," kata Kementerian Kesehatan (MOH) dan Health Sciences Authority (HSA)

Pelancong yang tiba di Singapura akan diperiksa apakah membawa Vape dan komponennya di ruang kedatangan dan mereka yang ditemukan membawa barang terlarang akan dedenda.

Para pelancong yang membawa Vape atau komponennya harus lewati Jalur Merah sehingga dapat deklarasikan dan membuang barang tersebut untuk hindari hukuman.

Untuk diketahui, Vaping adalah tindakan ilegal di wilayah jajahan Inggris tersebut dan pelanggarnya bisa dedenda hingga 2.000 USS atau Rp23,5 juta.

Pemeriksaan juga akan lebih banyak dilakukan di tempat umum seperti kawasan pusat bisnis, pusat perbelanjaan, taman dan area merokok, serta tempat hiburan umum seperti klub malam dan bar.

Pelanggar yang kedapatan membawa Vape dan komponennya akan dedenda ditempat oleh petugas penegak hukum,

Dimana sejak 1 Desember lalu, petugas penegak hukum Singapura juga berperan dalam mengambil tindakan keras terhadap individu yang menggunakan atau memiliki Vape dan kasusny telah dirujuk ke HSA. HAS sendiri bertanggung jawab mengatur penjualan dan penggunaan produk Vaping.

Sekolah dan lembaga pendidikan tinggi juga akan memperkuat upaya deteksi dan penegakan hukum terhadap Vaping.

Dimana siswa yang kedapatan membawa Vape akan disita barangnya dan dilaporkan kepada HSA,

Orang tua dari siswa tersebut akan diberitahu dan mereka ditempatkan pada program dukungan penghentian di mana konselor membimbing mereka untuk berhenti.

"Oleh karena itu kami mengambil langkah-langkah untuk melindungi populasi kami dan mencegah vape menyebar ke masyarakat kami," kata Kementerian Kesehatan dan HSA. ***