Jumat, 12 November 2021

Peparnas 2021, Sepakbola Papua Raih Emas

121121,  15:53 – Tim sepakbola Papua raih emas dalam cabang sepakbola cerebral palsy a.k.a. CP Pekan Paralimpik Nasional 2021 setelah kalahkan Kalimantan Selatan dengan skor 2-1

Sebagaimana ndut baca pada laman info public, laga ini dimainkan di Stadion Mahachandra Universitas Cenderawasih, Distrik Heram, Kabupaten Jayapura.

Papua unggul lebih dulu lewat kaki Diano Korwa lewat kemelut di muka gawang Kalsel yang dikawal Nasrullah. Gol tersebut disambut gemuruh penonton yang memadati tribun.

Gol kedua Papua lahir dari kaki Ongen Manani yang melakukan serangan cepat dari lapangan tengah tanpa bisa dihentikan pemain-pemain lawan. Sepakan keras Ongen menembus sudut kanan jala Kalsel.

Hanya beberapa menit kemudian, Kalsel membalas lewat gol Firman A Pedi dari sudut sempit Papua tanpa bisa ditahan kiper Dewa.

Pertandingan kemudian menjurus keras. Beberapa kali pemain belakang Kalsel menjegal Ongen Manani dan Albert Kafiar.

Begitu pula ketika pemain Kalsel Mahdianur disikut oleh Albert Kafiar. Tak hanya sekali, karena Kafiar sampai dua kali menyikut dada pemain Kalsel. Hakim garis menilai tidak ada pelanggaran.

Hal ini membuat juru taktik Berni Munkar melakukan protes keras kepada Inspektur Pertandingan Arifin Sholeh serta Komisi Wasit Achmad Tuharea.

Ketika wasit Andi Asri Aziz dari Sulawesi Selatan meniup peluit tanda berakhirnya babal pertama, tim juara bertahan memilih untuk tidak melanjutkan pertandingan dan langsung masuk ke ruang ganti. Selama lebih dari 20 menit, skuad asuhan Berni tak juga muncul untuk melanjutkan laga. Akhirnya wasit Andi memutuskan untuk memberikan kemenangan kepada tuan rumah.

Medali perak urung diberikan untuk Kalsel karena tindakan walk out yang mereka lakukan. Ketua panitia pelaksana cabang sepak bola CP Yan Runtini mengatakan bahwa pihaknya menghormati semua keputusan wasit.

Sementara itu seorang relawan yang tidak bersedia disebutkan namanya menyebutkan, ia sempat masuk ke ruang ganti para pemain Kalsel. Ia menggambarkan suasana begitu hening dan para pemain berlinangan air mata. Manajer tim Supriono dan coach Berni memeluk dan mengusap kepala anak-anak asuh mereka.

Sangat disayangkan partai final sepakbola Peparnas harus ternoda dengan walk out dari Kalimantan Selatan karena menganggap wasit berat sebelah dan tidak ada pelanggaran berat walaupun ada.

Mungkin ini menjadi pelajaran berharga agar di kemudian hari tidak terulang lagi, dan semangat permainan fair play itu harus ditegakkan dan juga nurani wasit pun dijalankan agar permainan tetap menarik.

Ndut berharap semua orang bisa berpikiran jernih dalam menyikapi suatu masalah, agar seperti kasus Kalsel ini tidak terulang lagi, bukankah semangat fair play yang digaungkan, kalau ada masalah bisa laporkan ke inspektur pertandingan atau federasi agar semuanya jelas.

Sekali lagi selamat buat Papua atas emas sepakbolanya, semoga bisa terus pertahankan di arena Peparnas selanjutnya… selamat..


Contohlah Singapura

Beberapa hari ini ada topik yang menarik terutama datang dari tetangga sebelah, Singapura dimana mulai 8 Desember 2021, semua pasien covid19 yang tidak divaksin karena pilihan pribadi atau menolak vaksin tanpa alasan khusus harus membayar tagihan medis mereka jika dirawat di Rumkit atau fasilitas pelayanan covid19.

Alasannya saat ini Singapura menanggung tagihan medis covid19 penuh dari semua warga Singapura, penduduk tetap dan pemegang izin jangka panjang, selain mereka yang yang dites positif segera setelah kembali dari perjalanan ke luar negeri.

Ndut pun apresiasi dengan apa yang dilakukan oleh Singapura dalam menekan penyebaran covid19, kita tahu banyak manusia yang menolak vaksin covid19 lantaran selain kepentingan pribadi atau percaya dengan hoax.

Ndut jadi inget pembicaraan seorang ibu dengan ibu yang lain yang tidak sengaja ndut dengar di rumkit pusat nasional, dimana sodaranya tidak percaya dengan vaksin, bahwa vaksin itu adalah produk kerjasama antara iluminati dan WHO untuk mencari keuntungan belaka.

Kemudian isi vaksin hanya berisikan air saja dan vitamin, namun akhirnya kata ibu itu sebut saja Ibu Ani bahwa sodaranya sekarang kebingungan lantaran harus ke Manado dan syarat penerbangan yang mengharuskan adanya surat vaksin.

Apa yang ndut ilustrasikan di atas membuktikan bahwa masih ada saja orang yang tidak percaya dengan vaksin dengan mengatakan hal yang tidak pernah bahkan percaya dengan kiriman hoax yang masuk dalam kotak masuk aplikasi pesan instan

Ndut setuju kalau Indonesia adopsi peraturan Singapura agar makin banyak orang yang sadar dan memilih untuk vaksin daripada percaya dengan hoax soal vaksin yang tidak-tidak tentunya dengan penerapan protocol Kesehatan.

Mungkin dengan cara ini, warga Indonesia yang menolak vaksin lantaran percaya hoax jadi berpikir berulang kali bila dirinya harus menanggung biaya berobat jika dirinya terkena covid dan akhirnya sadar.

Ndut mendukung bila Indonesia yang saat ini kabarnya sedang mengkaji apakah perlu peraturan Singapura dapat diterapkan di negeri ini agar target 70 persen warga sudah divaksin pada akhir tahun terwujud.

Kita nantikan saja apakah peraturan Singapura ini bisa diterapkan di Indonesia agar semakin banyak warga sadar dan percaya kepada pemerintah dalam hal vaksin, agar target pemerintah dapat terwujud.