Rabu, 20 Maret 2024

Puluhan Pewarta dan Kru Media Tewas dalam Perang Hamas Israel

20324, 11:15 – Setelah ditahan selama 12 jam oleh tentara Israel, koresponden Al Jazeera, Ismail al Ghoul dibebaskan usai ditangkap di sekitaran Rumah Saki al Shifa di Kota Gaza.

Usai dibebaskan, Ismail al Ghoul kepada Al Jazeera mengatakan bahwa pasukan Israel menghancurkan peralatan media dirinya dan menangkap pewarta yang berkumpul di sebuah diruangan yang sering digunakan oleh tim media dalam mengirim berita.

Al Ghoul mengatakan bahwa para pewarta ditelanjangi dan dipaksa tengkurap dengan mata ditutup serta kedua tangan diikat.

Para tentara Israel tersebut tak segan lepaskan tembakan untuk menakuti mereka jika ada gerakan sebagaimana diutarakan oleh al Ghoul kepada Al Jazeera.

Dirinya juga telah mendengar ada beberapa rekannya yang dibebaskan namun tidak mememiliki informasi mengenai keberadaan mereka saat ini.

Sebagaimana diketahui, Ismail Al Ghoul tiba di Rumah Sakit Al Shifa pada Senin 18 Maret 2024 pagi bersama kru dan reporter lainnya untuk meliput serangan keempat pasukan paramiliter Israel mengepung ke rumah sakit tersebut.

Rumah sakit itu sendiri menampung ribuan warga sipil yang terjebak termasuk staf medis, pasien dan keluarga pengungsi.

Para saksi mata mengatakan bahwa pewarta Al Jazeera tersebut diseret pasukan Israel dan juga menghancurkan kendaraan penyiaraan kru berita yang ada di lokasi.

Setidaknya sudah ada 95 pewarta dan kru media tewas sejak Hamas menyerang Israel yaitu pada 7 Oktober 2023.

Bahkan hingga 6 Maret 2024, setidaknya sudah ada 32.000 orang telah tewas yang mayoritas adalah wanita dan anak anak dan 95 diantaranya adalah pewarta dan kru media.

Dari totak jurnalis dan kru media yang tewas dalam perang Hamas Israel ini, menurut Committee to Protect Journalist atau CPJ konfirmasikan bahwa 90 diantaranya dari Palestina, dua dari Israel dan tiga dari Lebanon.

Sementara itu, 16 orang lainnya alami luka luka, empat pewarta dinyatakan hilang dan 25 pewarta ditahan oleh pihak militer Israel.

Selain itu, para pewarta menjadi target dari serangan siber dan sensor dan juga anaman serta tidak hanya pewarta, keluarga mereka juga dilaporkan menjadi korban  pembunuhan.

Para pewarta di Gaza selalu menghadapi risiko yang sangat tinggi ketika mereka sedang meliput konflik di sana akibat serangan militer Israel dimana adanya kekurangan pasokan, komunikasi dan pemadaman Listrik.

Namun sayangnya perlindungan terhadap pewarta yang bertugas di Jalur Gaza masih sangat minim.

Seperti pada Oktober 2023 lalu misalnya Pasukan Pertahanan Israel (IDF) kabarkan kepada Reuters dan AFP lewat sebuah surat bahwa mereka tidak dapat menjami keselamatan para pewarta yang ada ada di wilayah Gaza.

Pernyataan IDF ini merupakan respon dari permintaan AFP dan Reuters untuk menjami pewarta mereka di gaza tidak akan menjadi sasaran serangan Israel.

Pernyataan itu menambahkan bahwa Hamas sengaja menempatkan operasi militer di sekitar pewarta dan warga sipil.

Maraknya kekerasan dengan target para pewarta mendapatkan kecaman dari para ahli hak asasi manusia.

Dimana para ahli menekankan pentingnya hak atas informasi sebagai hak untuk bertahan hidup selama masa konflik.

Karena menurut mereka, informasi dapat menjadi sandaran kehidupan warga sipil dalam keseharian.

Dalam hal ini pewarta memainkan paran yang sangat diperlukan sebagai sumber informasi yang penting, pembela HAM dan saksi kekejaman.

Para ahli juga peringatkan bahwa pewarta berhak mendapatkan perlindungan sebagai warga sipil berdasarkan humaniter internasional.

Serangan dengan target dan pembunuhan pewarta adalah kejahatan perang dan itu harus diperhatikan oleh para tentara Israel walau dalam situasi perang.

Para ahli juga meminta Mahkamah Internasional atau ICJ dan Mahkamah Pidana Internasional (ICC) untuk berikan perhatian khusus terhadap pola serangan yang berbahaya dan impunitas atas kejahatan terhadap pewarta.

Jelang akhir Februari, lebih dari 30 perusahaan media telah tanda tangani sebuah surat terbuka yang menyatakan solidaritas dengan pewarta yang bekerja di Jalur Gaza.

Selain itu masih dalam surat yang sama, mereka juga serukan perlindungan serta kebebasan para pewarta dalam meliput konflik termasuk di Jalur Gaza.

Surat bersama tersebut dikoordinasikan oleh CPJ dan ditanda tangani oleh beberapa kantor media global seperti AP, AFP, Reuters serta media dunia lainnya termasuk New York Times, BBC News, CNN, ABC News, KORE dan Guardians. ***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar