Selasa, 19 Maret 2024

Pewarta Al Jazeera Dipukuli dan Ditangkap oleh Pasukan Israel dari Rumah Sakit Al Shifa

19324, 03:10 – Pasukan paramiliter Israel menangkap dan memukuli pewarta Al Jazeera Arab Ismail al Ghoul di Rumah Sakit Al Shifa di Kota Gaza.

Al Ghoul berada di Rumah Sakit Al Shifa pada Senin pagi 18 Maret 2023 bersama kru dan perwarta lainnya untuk meliput serangan tentara Israel ke rumah sakit tersebut dimana warga sipil terjebak termasuk keluarga pengungsi, pasien dan staff medis.

Para saksi mata berkata kepada media bahwa repoter Al Jazeera diseret oleh pasukan paramiliter Israel yang juga menghancurkan kendaraan media di fasilitas medis tersebut.

Rumah sakit Al Shifa adalah rumah sakit terbesar di Jalur Gaza telah berfungsi sebagai titik kumpul para jurnalis untuk melaporkan perang Israel Hama selama lebih dari lima bulan di wilayah Palestina.

Hami Mahmoud dari Al Jazeera yang melaporkan dari Rafah mengatakan bahwa Al Ghoul telah disiksa, dipukuli dan ditahan oleh militer Israel bersama kru lainnya.

Dengan mengutip dari para saksi, Mahmoud mengatakan banyak warga Palestina yang dipukuli dan dicaci maki bahkan diantaranya ditutup matanya dan tangan mereka diikat ke belakang.

Setelah itu mereka dimasukkan ke dalam truk militer Israel dan dibawa ke lokasi yang sampai sekarang tidak diketahui keberadaannya

Sementara itu, Kementerian Kesehatan Gaza mengatakan bahwa pasukan Israel meluncurkan rudal dan lepaskan tembakan ke salah satu gedung rumah sakit dengan membunuh dan melukai warga Palestina dan sebagian halaman rumah sakit dibuldoser

Terkait rumah sakit Al Shifa, mnenurut Mahmoud, pasukan paramiliter Israel juga menangkap lebih dari 80 warga Palestina termasuk staf medis perempuan dan jurnalis lainnya,

Alasan Israel mengepung rumah sakit Al Shifa adalah dengan mengatakan bahwa Hamas kelompok bersenjata Palestina yang memerintahkan Jalur Gaza telah ‘berkumpul kembali’ di dalam Al Shifa dan menggunakan untuk memerintahkan serangan terhadap Israel.

Sementara itu, Mansour Shouman, jurnalis warga yang pernah melaporkan dari Rumah Sakit al Shifa dan Nassser di Gaza Selatan menggambarkan bahwa rumah sakit tersebut sebagai kota kecil bagi jurnalis yang berusaha menyampaikan berita ke dunia.

Terkait pewartanya yang ditangkap oleh Israel membuat Al Jazeera menuntut pembebasan segera terhadap al Ghoul dan jurnalis lainnya yang ditahan dalam sebuah pernyataan.

Media dari Qatar ini mengatakan bahwa para tentara Israel bertanggung jawab penuh atas keselamatan mereka.

“Jaringan tersebut menekankan bahwa penargetan ini berfungsi sebagai taktik intimidasi terhadap jurnalis untuk menghalangi mereka melaporkan kejahatan mengerikan yang dilakukan oleh pasukan pendudukan terhadap warga sipil tak berdosa di Gaza,” bunyi pernyataan tersebut.

Al Jazeera mengatakan bahwa pernargetan al Ghoul adalah bagian dari serangakaian seranga sistematis terhadap Al Jazerra temrasuk pembunuhan jurnalis veteran mereka Shireen Abu Akleh, Samer Abu Daqqa dan Hama Hadhouh serta pengeboman kantor mereka di Gaza.

Sedangkan menurut  Komite Perlindungan Jurnalis (CPJ) dan Institut Pers Internasional (IPI) mereka mengutuk penangkapan al Ghoul oleh pasukan paramiliter Israel.

Jodie Ginsberg, CEO CPJ mengatakan kepada Al Jazeera mengatakan bahwa pewarta memainkan peran penting dalam perang karena mereka adalah mata dan telinga yang kita perlukan untuk mendokumentasikan apa yang terjadi.

Selain itu Jodie Ginsberg juga mengatakan setiap pewarta yang terbunuh, tertangkap menguji kemampuan kita untuk memahami apa yang terjadi di Gaza berkurang.

Bahkan Jodie Ginsberg mengatakan bahwa konflik Israel Hamas adalah yang terburuk yang pernah didokumentasikan oleh CPJ dan situasinya semakin memburuk.

Sedangkan menurut Scott Griffen, wakil direktur IPI menyerukan pembebasan segera dan informasi yang tepat tentang kesejahteraannya saat ini.

Penahanan Al Ghoul menurut Scott Griffen menunjukkan risiko yang dihadapai oleh semua jurnalis di Gaza usai Israel membunuh banyak jurnalis selama perang tanpa pertanggung jawaban.

Hingga Senin 18 Maret 2024,ada 95 jurnalis dan pekerja media yang mana mayoritas adalah warga Palestina telah terbunuh sejak 7 Oktober 2023 dimulainya perang antara Israel dengan Hamas sebagaimana rilis dari CPJ. ***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar