Selasa, 27 Februari 2024

Krisis Makanan di Palestina Akibat Pasokan Makanan Tidak Masuk ke Gaza Utara Sebulan Terakhir

27224, 11:40 – Kelaparan mulai menghantui Gaza, akibat krisis makanan, di saat badan badan bantuan tengah berjuang mengirimkan makanan tersebut ke bagian utara.

Hal ini disampaikan kepala badan PBB untuk pengungsi Palestina (UNRWA),  Philippe Lazarini pada akun media sosialnya yang mengatakan bahwa bantuan kemanusiaan belum menjangkau masyarakat di Gaza utara lebih dari sebulan terakhir.

 “Terakhir kali UNRWA mengirimkan bantuan makanan ke Gaza utara adalah pada 23 Januari,” tulis Lazzarini di media sosial.

Badan badan pengirim bantuan tersebut menuding Israel telah halangi pengiriman bantuan makanan namun Tel Aviv membantah hal tersebut dan siap melaporkan ke Mahkamah INternasional (ICJ) mengenai langkah yang diambil untuk menghindari krisis pangan dan kelapran di wilayah yang terkepung.

Lazzarini mengatakan bahwa seruan untuk mengizinkan distribusi makanan di Gaza ditengah permusuhan yang terjadi antara Israel dan Hamas telah ditolak atau tidak didengarkan

Peringatan akan terancamnya bencara kelaparan, pejabat diplomat berpaspor Swiss Italia ini mengatakan bahwa situasi ini akan menjadi bencana buatan manusia.

Setidaknya 500.00 orang akan hadapi kelaparan, sementara hampri seluruh penduduk Gaza 2,3 juta orang alami kekurangan pangan akut berdasarkan angka dari kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan a.k.a. OCHA.

Seperti diketahui, seorang bayi laki laki Palestina berusia dua bulan meninggal dikarenakan kelaparan.

Israel yang control penyebrangan perbatasan gaza hanya membuka satu titik masuk ke wilayah tersebut sejak dimulainya perang dan berlakukan prosedur pemeriksaan tanpa akhir bagi truk bantuan yang lewat.

Pengunjuk rasa sayap kanan Israel juga memblokir konvoi bantuan di pintu masuk Karem Abu Salem yang dikenal Kerem Shalom oleh orang Israel ke Gaza Selatan dengan mengatakan bahwa rakyat Palestina tidak boleh diberikan bantuan bila sandera tidak dibebaskan.

Sejak 9 Februari 2024, rata rata truk yang masuk ke wilayah Gaza setiap hari sekitara 55 truk dibandingkan dengan 500 truk yang masuk sebelum konflik dimulai berdasarkan laporan OCHA sebagaimana dilansir dari Al Jazeera.

OCHA juga melaporkan bahwa aliran tersebut semakin berkurang tajam dalam beberapa hari terakhir.

Polisi Palestina juga telah berhenti berikan pengawalan setidaknya insiden tewanya 8 rekan mereka dalam serangan Israel di Rafah Selatan.

Akibat insiden tersebut banyak orang yang meninggalkan jabatan mereka sehingga membuka jalan bagi rusaknya tatanan sipil yang sudah dibentuk.

Pada pekan lalu dimana Program Pangan Dunia (WFP) umumkan penangguhan pengiriman bantuan ke Gaza utara usai kerumunan warga yag kelaparan melucuti barang barang dan melukai supir truk bantuan.

Konvoi truk bantuan juga harus berhadapan dengan rentetan tembakan dari Israel dengan video yang terverifikasi di mendia sosial dimana warga Palestina melarikan diri untuk berlindung ditengah desingan tembakan dan kepulan asap bom asap yang dilontarkan oleh pasukan Israel.

Kelaparan akut juga sebabkan anak anak Palestina menyendok tepung yang tumpah di tanah.

Berdasarkan OCHA, sebagai besar misi bantuan antara 1 Januari dan 15 Februari untuk Gaza Utara, 39-77 ditolak oleh Israel dan kurang dari 20 persen difasilitasi oleh otoritas Israel.

Namun Israel membantah pernyataan OCHA yang mengatakan pihaknya menghalangi pengiriman bantuan.

“Tidak ada batasan jumlah bantuan kemanusiaan yang dapat dikirim ke penduduk sipil di Gaza dan Gaza utara,” tulis kantor koordinasi Israel untuk kegiatannya di Palestina (COGAT) dalam sebuah postingan di X.

Israel pada Senin 26 Februari dijadwalkan untuk melaporkan kepada ICJ apa yang telah mereka lakukan untuk membuka jalan bagi peningkatan pengiriman bantuan kemanusiaan sebagai salah satu tindakan yang diperintahkan Israel untuk dipatuhi oleh pengadilan tinggi PBB bulan lalu demi mencegah genosida di Gaza.

Tetapi Human Right Watch katakan pada Senin  26 Februari 2024, bahwa Israel tidak patuhi perintah pengadilan tersebut, dengan alasan penurunan jumlah turk bantuan yang masuki wilayah Gaza setiap hari hingga 30 persen.

“Pemerintah Israel mengabaikan keputusan pengadilan, dan dalam beberapa hal bahkan meningkatkan penindasannya, termasuk lebih lanjut memblokir bantuan untuk menyelamatkan nyawa,” kata Omar Shakir, direktur badan tersebut untuk Israel dan Palestina.

Sementara itu dari New York dilaporkan bahwa Sekjen PBB Antonio Guterres peringatkan bahwa operasi militer Israel skala penuh di kota Selatan Rafah, akan menyebabkan kematian bagi program bantuan di wilayah Gaza. ***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar