 |
| instagram.com/komunitashistoria |
29124,
21:00 – kembali lagi w melakukan jalan jalan bersama Komunitas Historia
Indonesia dan kali ini akan mengeksplore tentang Kebajoran yang pernah menjadi
Kota Satelit jaman Batavia.
W
pun keluar rumah pukul 05.50 dikarenakan dari pukul 23.30 malam sudah turun
hujan dan hujannya parah banget dach ditambah pukul 03.00 hujan turun lagi
sampai w berangkat.
W
pun tiba di Halte Masjid Agung pukul 06.53 dan melakukan perjalanan menuju Taman
Mataram yang sedikit keliru, pikir w taman mataram yang ada tulisannya ternyata
yang berada di dekat jalan besar.
Sesampainya
disana ternyata ada beberapa peserta juga sedang menunggu panitia dan singkat
cerita karena terjebak dengan hujan maka ka Arief pun datang pukul 08.00.
Setelah
berbasa basi dan perkenalan sejenak, perjalanan dimulai dari Taman Mataram
sendiri yang ternyata dulunya adalah SPBU atau Pom Bensin.
Kebayoraan
sendiri berasal dari bahasa Betawi yang artinya Kebayuran yang artinya tempat
penyimpanan kayu bayur, kayu bayur sendiri dianggap sangat kuat dan tahan
terhadap serangan rayap.
Kebayoran
sendiri sudah ada dalam peta tahun 1883, namun 1945 Hindia Belanda menjadikan
Kabayoran sebagai Kota Satelit yang lengkap dengan pertokoan hingga pusat
hiburan.
Ada
macam blok yang menghiasi wilayah Keboyoran ini seperti Gereja GPIB Effatha yang terletak di
Blok B, pasar Mayestik di Blok E
Bicara
taman Mataram di sini ada patung kosmonout Soviet yang pernah menjadi manusia
pertama di rungan angkasa selama 108 menit dan sekali mengelilingi orbit bumi
pada 12 April 1961 dengan menggunakan Wahana Vostok 1 siapa kah dia ?
Beliau
adalah Yuri Alekseyevich Gagarin, atas prestasi tersebut dirinya mendapatkan
penghargaan tertinggi kelas II dari Ir Sukarno pada Juni tahun 1961.
Patung
ini berdiri pada tahun 2021 dengan ditandatangani oleh tiga pejabat yaitu
Gubernur DKI kala itu Anies Baswedan, Dubes Rusia H.E. Mrs Lyudmila Vorobieva
dan H.E. Mr Mahendra Siregar selaku Wamenlu RI.
Patung
Yuri Gagarin ini dibuat oleh A.D. Leonov pada 2019 dan terbuat dari bahan
perunggu dengan berat 500 kg dan tinggi 282 cm.
Patung
Yuri Gagarin ini dihibahkan pemerintah dan rakyat Federasi Rusia kepada Pemerintah
dan rakyat Indonesia dalam rangkat 70 tahun hubungan diplomatic kedua negara
dan juga rasa persahabatan kedua negara.
Usai
dari taman Mataram, kami pun berjalan menyusri jalan dan berhenti pertama di
komplek Masjid Agung Al Azhar
Siapa
yang tidak kenal Masjid Agung Al Azhar ini, sejarahnya adalah bentuk inisiasi
dari 14 tokoh partai Masyumi Baru.
Atas
anjuran Menteri Sosial kala itu, Sjamsuddin Sutan Makmur, ke 14 tokoh partai
Masyumi Baru ini mendirikan Yayasan Pesantren Islam yang akan menaungi masjid
dan sekolah.
Pemerintah
DKI Jakarta sendiri menghibahkan tanah yang sekarang menjadi komplek Masjid
Agung Al Azhar seluar empat hektar di pinggiran Kabayoran Baru.
Menariknya,
seorang ulama dan aktivis Islam Buya Hamka ikut sumbang saran agar sebuah
masjid dibangun masjid dengan kantor terlebih dahulu ketimbang sekolah.
Alasan
Buya Hamkah kala itu, agar Masjid tetap beraktivitas penuh termasuk kelas pendidikannya.
Dengan
dasar itulah pada 19 November 1953 dimulailah pembangunan masjid dengan kantor
dan ruang rapat hingga selesainya pada tahun 1958.
Setelah
membangun masjid dan ruangan serta kantor barulah dibangun untuk pendidikan sekolah
yang pertama adalah Taman Kanak Kanak (TK) pada 1967 hingga Universitas Al
Azhar pada tahun 2000
Lalu
Kenapa namanya Al Azhar, sebagai info yang w baca di berbagai sumber ini adalah
pemberian dari Imam Besar Al Azhar Syekh Mahmud Syaltut dalam kunjungan
kenegaraannya ke Indonesia.
Dirinya
mengusulkan hal itu sebagai pengakuan atas peran dan ketokohan dari Prof. Dr.
H. Abdul Malik Karim Amrullah Datuk Indomo a.k.a Buya Hamka.
Masjid
Al Azhar ini pun sudah tercatat sebgaai cagar budaya lewat Peraturan Menteri
Kebudayaan dan Pariwisata RI Nomor PM 13/PW.007/MKP/05 dan juga SK Gubernur DKI
Jakarta No. 475/1993
Di
komplek ini terdapat puun korma namun tidak berbuah karena tidak cocok ditanam
di wilayah lembab dan basah karena harus di wilayah kering.
Ada
fakta sejarah dimana Buya Hamkah pernah ditangkap oleh aparat usai mengisi kegiatan
ceramah di Masjid Al Azhar dengan tuduhan makar.
Usai
dari Masjid Al Azhar kami pun beranjak keluar dan menuju depan Kantor ASEAN
dimana dulunya bernama CSW atau yang sekarang dikenal sebgaai Cakra Selaras
Wahana
CSW
sendiri adalah Centrale Stichting Wederopbouw atau dikenal dengan CSW, sebuah Yayasan
yang dibentuk oleh pemerintah Kotapraja pada 1 Juni 1948,
Yayasan
ini bertugas sebagai pelaksana kota baru di Onderdistrict Kebajoran Ilir
bersamaan dengan itu dimulai lah dengan pembangunan kota baru Kebajoran.
Usai
terjadi pengakuan kedaulatan pada 27 Desember 1949, CSW berganti nama menjadi
Jajaran Pemugaran Pusat.
Wilayah
ini dirancang oleh H. Moh Soesilo pada tahun 1948 dimana Soesilo sendiri adalah
murid Thomas Karsten, seorang arsitek Hindia Belanda yang ikut merancang kota
Bandung, Malang dan Bogor pada masa penjajahan.
Konsepnya
adalah Kota Taman dimana ruang terbuka hijau sebagai ruang milik publik
mendapatkan perhatian khusus.
Kantor
CSW ini dulunya berada di antara Kantor PLN, ASEAN dan Kejaksaan Agung yang sekarang
menjadi Halte transit besar Transjakarta.
Lanjut
ke pusatnya anak gaul Jakarta dan juga Jakarta Selatan saat ini apalagi kalo
bukan M Bloc Space.
Tempat
ini dulunya adalah gudang dari Perusahaan Uang Negara atau Peruri yang berdiri
pada tahun 1955 terbengkalai dan bak rumah hantu pada 1995 Peruri pun berpindah
ke Karawang.
Pada
akhirnya di tanggal 26 September 2019 komplek ini berubah menjadi tempat ajang
kreativitas anak muda.
Bangunan
dari perumahan Peruri ini tetap dilestarikan walaupun kondisinya yang w lihat
agak suram dan tidak terawat namun mungkin hal otentik itu kali ya yang dijual kepada wisatawan
asing.
Pada
bagian belakang terdapat mesin mesin yang dipakai oleh Peruri kala itu misalnya
terdapat mesin penghitung uang koin, kemudian ada mesin potong kertas,
timbangan.
Usai
dari ruang museum ini terdapat auditorioum untuk menggelar acara kreativitas
anak muda atau konser.
Konsep
M Bloc ini diprakarsai oleh sejumlah anak muda seperti Handoko Hendroyono,
Jacob Gatot Sura, Lance Mengong, Mario Sugianto, Wendi Putranto dan tentunya Musisi
legendaris Glenn Fredly.
Bentuk
bangunan tersebut yang ada di belakang tetap dijaga bahkan bentuk pemasangan
batu batanya pun sangat berbeda dengan jaman sekarang.
Usai
dari M Bloc Space kami pun berjalan sembari berhujan ria karena hujannya tidak
mau berkompromi.
Kami
pun masuk ke terminal paling legendaris di Jakarta yaitu terminal Blok M, namun
sebelum masuk w melihat ada sebuah bus yang cukup w kenal yaitu bus pemain dari
sebuah tim yang cukup dikenal di tanah Pulau Garam.
Tiada
lain tiada bukan adalah bus tim Madura United yang terparkir di pintu masuk
terminal Blok M, asusmsi w kalo ada bus tim berarti ada pemain Madura Unitednya
donk tapi dimana mereka menginap ?
Apakah
sedang menggelar latihan jelang pembukaan putaran kedua BRI Liga 1 ? mungkin
saja.
Kembali
ke terminal Blok M, adalah terminal kelas 2 di wilayah Jakarta dimana jaman
dahulu terdapat Bus tingkat, Metromini dan Kopaja serta PPD hingga akhir
masanya pada 2018.
Blok
M sendiri adalah kawasan bisnis dan perbelanjaan yang terdapat di Kebayoran Baru
dimana segala macam hal ada di wilayah ini, bahkan kalau pagi ada pasar subuh
dan sore ada warung lesehan.
Blok
M sendiri ternyata ada kepanjangan dari Bakal lokasi Mejeng. Bicara Blok M
tidak lepas dari cerita cerita masa lalu yang alami masa keemasan pada tahun 80-90an.
Dimana
lokasi ini menjadi tempat cabut para anak sekolah se jabodetabek, selain itu pernah
menjadi pusat preman dan tukang palak hingga akhirnya diberantas karena dulu
ada siswa polisi yang tengah kuliah di PTIK tewas ditikam preman Blok M.
Di
basementnya terdapat pusat perbelanjaan dengan hiruk pikuk dan dentuman keras
lagu lagu dari Dewa 19, PowerSlave atau Musisi rock luar negeri.
Namun
kini nasibnya merana dimana hanya sebagian saja toko yang buka sisanya hanya
meninggalkan senyap penuh kesepian dengan rolling door yang tertutup dan
jalanan koridor yang sepi.
Usai
dari Blok M, kami menyusuri jalan Melawai yang terkenal dengan julukan lintas
melawai pada era 80-90an.
Di
Melawai ini kami melihat dari Seberang restaurant KFC yang menampilkan menu
jadoel ketika mereka baru buka pertama kali di Indonesia yaitu combo classic.
Kami
pun masuk ke Melawai Plaza tempat pusat hiburan dan perbelanjaan dimana dulunya
terdapa pusat penyewaan video player, kemudian baju kerja dan juga ada permainan
kalo sekarang dikenal seperti timezone.
Sekarang
Melawai Plaza menjadi pusat emas dan perhiasan di DKI Jakarta.
Karena
hujan deras, perberhentian selanjutnya yang mesti kami datangi yaitu GPIB Effatha
dan makam Ade Irma Suryani harus dihentikan.
Namun
ka Arief menjelaskan bahwa Gereja Effatha didirikan oleh 14 keluarga dari
Maluku yang juga mantan tentara KNIL atau Koninklijk Nederlands-Indische Leger.
Sehingga
mau tidak mau mereka dan ke 69 tentara KNIL ini mengembangkan agama Kristen di
Batavia.
GPIB
Effatha sendiri berdiri pada 17 November 1985 dan berada di wilayah Melawai I/2
Jakarta Selatan
Nah
berhubung kita sudah berhenti maka Ka Arief telah menghitung langkah kita
sebanyak 2,98 km dengan habiskan 3,800 langkah dengan mengurangi kalori 1.280
cal.
Akhirnya
kami berpisah, w bersama tim Ka Arief, Ka Erent, Ka Erin dan Ka Milana berteduh
di KFC Melawai, sembari mencicipi menu jadoel khas mereka yaitu combo Classic
Dimulai
pada pukul 11.00 hingga akhirnya kami berpisah di terminal Blok M pukul 15.00,
w pun sampai rumah Pukul 17.00 WIB.
Bahkan sempat berphoto dulu sebelum berpisah
Itulah
keseruan w bersama tim Komunitas Historia Indonesia belajar sejarah kota
Kebajoran yang terkenal dengan Kota Satelit di jaman Hindia Belanda.
Untuk
materi berdasarkan ucapan Ka Arief dan w pun sedikit menambahkan dengan riset
ke sana kemari lewat mbah google.
Sampai
jumpa di perjalanan w lainnya…..