12622, 04:05 – Timnas Indonesia harus mengakui keunggulan permainan timnas Jordannia dalam kualifikasi Piala Asia 2023.
Bertanding
di Jaber Al-Ahmad Internasional Stadium, Kuwait City, Jordania unggul pada
menit ke-48 lewat Yazan Al-Naimat manfaatkan umpan silang dari Mousa Al-Tamari.
Jordania
sempat mendapatkan penalty pada menit ke-79 lewat Mohammad Faisal Zraiq setelah
Asnawi jatuhkan pemain Jordan di kotak penalty, namun eksekusi Zraiq dapat
digagalkan kiper Nadeo Argawinata.
Dengan
hasil ini membuat Indonesia tertahan di peringkat kedua hanya unggul
head-to-head atas Kuwait di peringkat ketiga, dimana Kuwait menang atas Nepal
dengan skor 1-4.
Ndut
kecewa dengan hasil yang diraih oleh timnas, namun itulah yang terjadi dan pada
pertandingan terakhir melawan Nepal dengan target menang dengan skor besar.
Kita
tahu paska pertandingan lawan Kuwait, muncul ada wacana pelatih Shin Tae Yong
dikembalikan ke U20 dan juga mengatakan bahwa kemenangan ini tidak lepas dari
peran besar sang ketum yang ditulis entah ngaku sebagai Jurnalis Senior tapi
tidak dicantumkan nama media, apakah jurnalis ini kategori WTS-Wartawan Tanpa
Surat Kabar ?
Ndut
heran dengan situasi ini, dimana selalu ada saja drama jelang dan paska
pertandingan dan menonjolkan sosok tertentu yang merasa paling berperan atas
kemenangan ini, walaupun ndut belum melihat apakah sosok ini juga berperan dari
kekalahan ini.
Soal
training center, ndut heran dengan ucapan sang ketum yang meminta agar netizen
urunan untuk bangun training center, bukan kah itu tanggung jawab serta
kewajiban dari PSSI selaku federasi dalam memfasilitasi keperluan timnas,
kenapa harus netizen yang harus tanggung.
Toch
ketum dengan bangganya di dalam bus setelah Indonesia gagal juara Piala AFF
akan memberikan bonus Rp250 juta kepada pemain, kenapa sekarang minta netizen
kumpulkan uang untuk bangun training center, logikanya dimana pak Jenderal,
bukankah eloknya uang Rp250 juta di tabung untuk bangun training center
daripada berikan pemain sebagai bonus, kalah kok dikasih bonus, aneh ?!
Setahu
ndut ada dana FIFA kepada Indonesia untuk pengembangan sepakbola, kemana dana
itu apakah sudah dipakai benar untuk pengembangan sepakbola Indonesia,
logikannya dengan kalo benar dana itu di pakai, sepakbola kita bisa lebih maju
tapi nyatanya.
Apakah
pelatih STY perlu dievaluasi, ndut melihat yang harus dievaluasi adalah para
pengurus PSSI karena tidak mampu menghadirkan apa yang diminta oleh pelatih dan
pecinta sepakbola Indonesia, klo tidak sanggup ya lebih baik mundur dengan
ksatria, katanya pemimpin dengan latar belakang militer.
Bukankah
di militer itu, kalo tidak sanggup menjalankan tugas lebih baik mundur dengan
elegan daripada dipecat, apakah darah militernya sudah luntur lantaran sudah
pensiun ?
Ndut
sih berharap drama-drama sampah, omong kosong ini segera dihentikan dan cobalah
berkaca disetiap situasi apakah anda sebagai pengurus sudah beres mengurusi
sepakbola nasional, jangan bisanya melemparkan kesalahan anda itu kepada
pelatih.
Jangan
sampai ada ungkapan timnas Indonesia kalah pelatih dievaluasi, tapi giliran
menang pengurus yang merasa ikut andil besar dalam kemenangan itu padahalnya
nyatanya omong kosong.
Ndut
berharap drama-drama sampah ini sudah tidak ada lagi setiap jelang atau paska pertandingan
timnas sehingga para pemain dan pelatih dapat focus bermain demi raihan gelar
dan tuntutan federasi.
Kita nantikan saja pertandingan selanjutnya, semoga bisa raih kemenangan besar dari Nepal sehingga bisa raih satu tempat sebagai runner up terbaik, semoga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar