27224, 11:40 – Kelaparan mulai menghantui Gaza, akibat krisis makanan, di saat badan badan bantuan tengah berjuang mengirimkan makanan tersebut ke bagian utara.
Hal
ini disampaikan kepala badan PBB untuk pengungsi Palestina (UNRWA), Philippe Lazarini pada akun media sosialnya
yang mengatakan bahwa bantuan kemanusiaan belum menjangkau masyarakat di Gaza
utara lebih dari sebulan terakhir.
“Terakhir kali UNRWA mengirimkan bantuan
makanan ke Gaza utara adalah pada 23 Januari,” tulis Lazzarini di media sosial.
Badan
badan pengirim bantuan tersebut menuding Israel telah halangi pengiriman
bantuan makanan namun Tel Aviv membantah hal tersebut dan siap melaporkan ke
Mahkamah INternasional (ICJ) mengenai langkah yang diambil untuk menghindari
krisis pangan dan kelapran di wilayah yang terkepung.
Lazzarini
mengatakan bahwa seruan untuk mengizinkan distribusi makanan di Gaza ditengah
permusuhan yang terjadi antara Israel dan Hamas telah ditolak atau tidak
didengarkan
Peringatan
akan terancamnya bencara kelaparan, pejabat diplomat berpaspor Swiss Italia ini
mengatakan bahwa situasi ini akan menjadi bencana buatan manusia.
Setidaknya
500.00 orang akan hadapi kelaparan, sementara hampri seluruh penduduk Gaza 2,3
juta orang alami kekurangan pangan akut berdasarkan angka dari kantor PBB untuk
Koordinasi Urusan Kemanusiaan a.k.a. OCHA.
Seperti
diketahui, seorang bayi laki laki Palestina berusia dua bulan meninggal
dikarenakan kelaparan.
Israel
yang control penyebrangan perbatasan gaza hanya membuka satu titik masuk ke
wilayah tersebut sejak dimulainya perang dan berlakukan prosedur pemeriksaan
tanpa akhir bagi truk bantuan yang lewat.
Pengunjuk
rasa sayap kanan Israel juga memblokir konvoi bantuan di pintu masuk Karem Abu
Salem yang dikenal Kerem Shalom oleh orang Israel ke Gaza Selatan dengan
mengatakan bahwa rakyat Palestina tidak boleh diberikan bantuan bila sandera
tidak dibebaskan.
Sejak
9 Februari 2024, rata rata truk yang masuk ke wilayah Gaza setiap hari sekitara
55 truk dibandingkan dengan 500 truk yang masuk sebelum konflik dimulai
berdasarkan laporan OCHA sebagaimana dilansir dari Al Jazeera.
OCHA
juga melaporkan bahwa aliran tersebut semakin berkurang tajam dalam beberapa
hari terakhir.
Polisi
Palestina juga telah berhenti berikan pengawalan setidaknya insiden tewanya 8
rekan mereka dalam serangan Israel di Rafah Selatan.
Akibat
insiden tersebut banyak orang yang meninggalkan jabatan mereka sehingga membuka
jalan bagi rusaknya tatanan sipil yang sudah dibentuk.
Pada
pekan lalu dimana Program Pangan Dunia (WFP) umumkan penangguhan pengiriman
bantuan ke Gaza utara usai kerumunan warga yag kelaparan melucuti barang barang
dan melukai supir truk bantuan.
Konvoi
truk bantuan juga harus berhadapan dengan rentetan tembakan dari Israel dengan
video yang terverifikasi di mendia sosial dimana warga Palestina melarikan diri
untuk berlindung ditengah desingan tembakan dan kepulan asap bom asap yang
dilontarkan oleh pasukan Israel.
Kelaparan
akut juga sebabkan anak anak Palestina menyendok tepung yang tumpah di tanah.
Berdasarkan
OCHA, sebagai besar misi bantuan antara 1 Januari dan 15 Februari untuk Gaza
Utara, 39-77 ditolak oleh Israel dan kurang dari 20 persen difasilitasi oleh
otoritas Israel.
Namun
Israel membantah pernyataan OCHA yang mengatakan pihaknya menghalangi
pengiriman bantuan.
“Tidak
ada batasan jumlah bantuan kemanusiaan yang dapat dikirim ke penduduk sipil di
Gaza dan Gaza utara,” tulis kantor koordinasi Israel untuk kegiatannya di
Palestina (COGAT) dalam sebuah postingan di X.
Israel
pada Senin 26 Februari dijadwalkan untuk melaporkan kepada ICJ apa yang telah
mereka lakukan untuk membuka jalan bagi peningkatan pengiriman bantuan
kemanusiaan sebagai salah satu tindakan yang diperintahkan Israel untuk
dipatuhi oleh pengadilan tinggi PBB bulan lalu demi mencegah genosida di Gaza.
Tetapi
Human Right Watch katakan pada Senin 26
Februari 2024, bahwa Israel tidak patuhi perintah pengadilan tersebut, dengan
alasan penurunan jumlah turk bantuan yang masuki wilayah Gaza setiap hari
hingga 30 persen.
“Pemerintah
Israel mengabaikan keputusan pengadilan, dan dalam beberapa hal bahkan
meningkatkan penindasannya, termasuk lebih lanjut memblokir bantuan untuk
menyelamatkan nyawa,” kata Omar Shakir, direktur badan tersebut untuk Israel
dan Palestina.
Sementara
itu dari New York dilaporkan bahwa Sekjen PBB Antonio Guterres peringatkan
bahwa operasi militer Israel skala penuh di kota Selatan Rafah, akan
menyebabkan kematian bagi program bantuan di wilayah Gaza. ***