Selasa, 12 Desember 2023

Pekerja Media Tuntut Akhiri Pembunuhan Jurnalis di Gaza

121223, 16:20 – Dua bulan konflik Israel Hamas setidaknya lebih dari 800 jurnalis dan pekerja media di seluruh dunia tanda tangani petisi yang menutut diakhirinya dengan segera pembunuhan Jurnalis di Gaza dan wilayah yang lebih luas.

Hal ini disampaikan oleh solidaritas media bertajuk untuk Rekan Kami meminta agar diakhirnya pembunuhan jurnalis yang meliput pemboman Israel di Gaza dan Lebanon serta meningkatnya aksi kekerasan di kawasan tersebut.

"Sebagai anggota komunitas jurnalis internasional, kami menyerukan diakhirinya pembunuhan jurnalis dan ancaman apa pun kepada media yang meliput pengeboman Israel di Gaza dan Lebanon dan meningkatnya aksi kekerasan di kawasan itu," demikian bunyi pernyataan yang ditandatangani solidaritas media bertajuk Untuk Rekan Kami.

"Kami menyerukan perlindungan bagi semua rekan kami oleh semua pihak," kata pernyataan itu lebih lanjut.

"Kami mendukung semua kolega kami dan mengecam pembunuhan jurnalis. Kami menyerukan komunitas internasional untuk menjunjung tinggi kebebasan pers dan melindungi kehidupan dan keselamatan anggota media. Kami menuntut diakhirinya impunitas dalam pembunuhan jurnalis dan kami menyerukan agar mereka yang bertanggung jawab untuk dimintai pertanggungjawaban," katanya.

"Jurnalis Palestina yang meliput di Gaza juga melakukan hal sama di tengah pembantaian dan kehancuran, mengungkap kengerian yang masih tak terlihat oleh dunia luar. Jurnalis di Gaza tidak hanya kehilangan rumah dan anggota keluarga selama pengeboman tetapi juga menghadapi kondisi hidup yang mengerikan, dengan terbatasnya makanan, air, dan listrik akibat pengepungan total," menurut pernyataan itu.

"Sementara itu, terbatasnya akses ke Gaza dan terputusnya komunikasi telah menekan arus informasi," menurut pernyataan itu lebih lanjut.

Sementara itu dari Istanbul, London dan Kampala serta lainnya berunjuk rasa menentang pelanggaran HAM Berat, kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan sebagaimana dilansir dari Antara.

"Delapan minggu terakhir ini telah menjadi yang paling mematikan bagi rekan-rekan kami sejak Komite Perlindungan Jurnalis (CPJ) mulai mengumpulkan data 30 tahun lalu. Hingga 5 Desember, sedikitnya 63 jurnalis telah tewas: 56 di Gaza, 4 di Israel, dan 3 di Lebanon," kata mereka.

"Itu berarti rata-rata lebih dari satu jurnalis terbunuh setiap hari. Di Tepi Barat yang diduduki, pasukan Israel menangkap sedikitnya 19 jurnalis - sebagian besar selama penggerebekan di rumah mereka - dan melecehkan, menyerang dan menahan banyak jurnalis," katanya lebih lanjut.

"Ini harus dihentikan. Jurnalisme memainkan peran penting dalam mendokumentasikan sejarah dan melayani kepentingan publik dengan mengungkap realitas yang sering kali dikaburkan oleh disinformasi dan misinformasi. Pelaporan kami dapat mengungkapkan dampak perang yang sebenarnya." ***

Indonesia Desak Para Pihak Konvensi Pengungsian PBB untuk Selesaikan Masalah Rohingya

infopublik.id
121223, 14:15 – Di tengan ancaman pengusiran warga Rohingya oleh warga Aceh, Indonesia mendesak komunitas internasional terutama pada negara pihak konvensi pengungsi 1951 untuk lebih bertanggung jawab dalam menyelesaikan masalah pengungsi Rohingya.

Hal disampaikan oleh Jubir Kemlu RI, Lalu Muhammad Iqbal dalam jumpa pewarta di Jakarta Selasa 12 Desember 2023.

Jubir Lalu Muhammad Iqbal mengatakan bahwa apa didesak oleh Indonesia tersebut akan disampaikan langsung oleh Menlu RI, Retno Marsudi dalam pertemuan Globa Refugee Forum yang akan dilaksanakan pada 13 -15 Desember 2023 di Jenewa Swiss.

"Kami melihat penanganan masalah ini khususnya resettlement (penempatan pengungsi ke negara ketiga yang mau menerima) berjalan sangat lambat selama ini,”

“Kami akan menegaskan kembali kewajiban internasional dari semua negara anggota PBB terutama para pihak Konvensi Pengungsi terhadap penanganan masalah Rohingya," Kata Lalu Muhammad Iqbal.

Sementara itu, Presiden Joko Widodo pada pekan lalu menyatakan adanya dugaan kuat keterlibatan jaringan tindak pidana perdagangan orang dalam peningkatan jumlah pengungsi Rohingya di Indonesia.

Presiden Joko Widodo mengarahkan agar bantuan kemanusiaan sementara kepada pengungsi diberikan dengan mengutamakan kepentingan masyarakat lokal.

Presiden Jokowi berjanji akan bekerja sama dengan organisasi-organisasi internasional, terutama UNHCR, untuk menangani masalah tersebut.

"Indonesia terus melakukan kerja sama dengan organisasi internasional, khususnya UNHCR dan IOM (badan migrasi PBB) untuk menangani masalah ini. Koordinasi itu terus dilakukan baik di level PBB maupun di lapangan," ujarIqbal.

Seperti diketahui, jumlah pengungsi Rohingya yang masuk ke wilayah Indonesia meningkat.

Badan PBB untuk urusan pengungsi (UNHCR) mengatakan ada lebih dari 1.200 orang Rohingya yang telah mendarat di Indonesia sejak November 2023, dengan setidaknya 300 orang tiba di Aceh pada pekan lalu.

Meskipun bukan pihak Konvensi Pengungsi PBB, namun Indonesia tetap membantu dan menampung sementara para pengungsi dengan alasan kemanusiaan.

Dengan masifnya para pengungsi Rohingya yang tiba di Aceh, Lalu Muhammad Iqbal kembali mengatakan bahwa akar masalah dari lonjakan jumlah pengungsi Rohingya ini adalah konflik berkepanjangan di Myanmar yang hingga saat ini belum selesai.

Untuk itu, menurut mantan Dubes RI untuk Turki ini mengatakan bahwa Indonesia akan melakukan semua upaya untuk membantu agar konflik di Myanmar dapat diselesaikan. ***