 |
| Museum Fatahillah - Rhesza Ivan Lorca |
161023, 15:40 - Berawal
dari tayangan di Instagram kepunyaan komunitas historia soal jelajah museum
membuat w penasaran ingin mengikutinya.
Jujur
w udah lama banget ndak ikutan acara mereka terakhir itu sekitar 2012 atau 13 w
ikutin acara mereka klo ndak salah tour museum Sumpah Pemuda setelah w vakum
karena suatu hal.
Dan
pada hari Rabu tanggal 11 Oktober 2023 w
daftar ke WA mereka dan dibalas dengan menadapatkan no urut 16 namun w kaget
karena pembayaran hari ini adalah terakhir pukul 12.00 WIB
Tanpa
pikir panjang w pun meminta ade w untuk transferrin dana punya w ke rekening
komunitas Historia singkat cerita w diterima dan akan dimasukkan ke dalam list WAG.
Saat
hari H, w pun bermaksud datang lebih pagi karena mau ambil gambar di museum Wayang
untuk dokumentasi pribadi sekali iseng buat konten di Instagram w, pengen tahu
kan jenis wayang apa yang w pengen ambil photonya ? nungguin ya…. Huahahaha
Namun
beribu sayang begitu w sampai w lihat dari kejauhan kok ditutup seng museum
Wayang dan w coba dekati aada spanduk eh ternyata sedang renovasi, yo weis lah
w pun akhirnya menunggu sampai pukul 15.30 WIB di Indomaret.
Singkat
cerita acara pun berlangsung lancar dimana Ka Satria sebagai pemandu pun cukup
lancar menjelaskan satu persatu bangunan sejarah yang ada di kawasan Kota mulai
dari gedung Fatahillah yang sempat menjadi pusat pemerintahan Belanda,
Kemudian
Menara air yang berada di tengah tengah persi di depan gedung Museum Fatahillah
yang sudah tidak berfungsi namun sistem pipanya pun masih ada ketika proses
penggalian untuk keperluan MRT fase kedua.
Lalu
ada Meriam jagur yang sangat fenomenal karena adanya tanda yang bermaksud untuk
menyindir musuh namun kadang disalahgunakan untuk hal hal ya entahlah kalian
sendiri akan tahu bila melihatnya.
Setelah
itu bergeser dengan ditemukannya bekas rel trem ketika itu yang masih tertanam
dalam tanah dan saat ini sudah dipagari dengan kaca.
Setelah
itu bergeser ke museum Wayang yang ternyata dulunya adalah gereja untuk warga Belanda
di Batavia kala itu.
 |
| bekas trem - Rhesza Ivan Lorca |
 |
| Meriam Jagur - Rhesza Ivan Lorca |
Lalu
ada gedung (maaf w lupa) yang digunakan oleh bank terbesar nomor 3 di Batavia
kala itu, kemudian museum bank mandiri yang juga ternyata dulunya adalah gereja
Jawa pertama di Batavia (baru tahu kan lu ? makanya jangan Netflix-an mulu
sambil rebahan!)
Lalu
Kali Besar yang menjadi urat nadi sarana transportasi dan perdagangan kala itu walaupun
sekarang sudah menjadi kali yang sangat kecil.
Di
Kali Besar ini juga menjadi peristiwa pembantaian kaum China kala itu dimana
daerah ini menjadi bau amis karena darah tergenang tercampur air kali.
 |
| Kali Besar - Rhesza Ivan Lorca |
<<< Kemudian
ada gedung di pojokkan yang menjadi cikal bakal bank Standard Chatered lalu
toko merah yang menjadi rumah dengan perpaduan budaya Timur dan Barat dulu
dikenal dengan Rode Winkel.
Bergeser
ke arah sebelah Hotel Mercure ada bangunan yang ternyata dulunya adalah sebuah Kerajaan
/ keraton dimasanya yang sekarang menjadi pusat galeri milik pemerintah daerah.
Kemudian
bergeser ke bekas gedung kantor pusat Samudra Indonesia, kemudian jembatan Kota Intan, dimana pada masanya jembatan ini bisa terbelah
macam jembatan San Francisco di Amerika Serikat di saat kapal pengangkut rempah
rempah akan berangkat atau tiba untuk mengambil.
Setelah
itu, ke sebuah daerah yang dulunya menjadi pusat galangan kapal dan gudang
milik VoC, klo dibayangin bangunan ini cukup besar dan luas sekali serta pasti
sangat padat akan lalu lintas laut.
Namun
sayang, seakan ingin menyelamatkan namun menjadi sarana komersil dimana sebagian
besar bangunan dihancurkan dan sebagian lagi menjadi restaurant seafood yang
bernama My King dan juga sekolah music.
Setelah
melihat bekas peninggalan galangan kapal lanjut ke tugu berupa jangkar kapal
yang menjadi peringatan akan adanya jalur perdagangan laut perencanan pantura
Jakarta. (Maaf kalau salah ya… mohon dikoreksi)
Setelah
itu neng…ing…neng jeengjeeng….. Museum Bahari dimana kami sampai sebentar di Menara
syahbandar.
Sebelum
masuk ke museum Bahari, diperlihatkan lah wujud pasar Ikan jaman dulu yang sekarang
sudah bagus namun sayangnya ketika datang adzan maghrib berkumandang jadi
berhenti dulu, setelah itu barulah cerita tentang sejarah pasar ikan tersebut
yang sekarang dari luar tertutup pohon pohon besar.
Di
depan Pasar Ikan ada Kali Ciliwung yang menjadi urat nadi transportasi dan perdagangan
kala itu dimana kapal saudagar dan penjajah merapat untuk mengambil rempah
rempah untuk dijual kembali di Eropa.
Barulah
masuk ke museum Bahari dimana kita akan diperlihat bagaimana perkembangan sejarah
kelautan dan ekonomi Indonesia kala jaman penjajahan mulai dari bangsa portugis
hingga masuknya tentara kompeni Belanda termasuk Jepang.
Di
museum ini juga diperlihat banyak jenis kapal laut yang digunakan dalam beraktivitas
termasuk kapal Dewa Ruci lho, ada juga diorama patung patung tokoh bangsawan
dan lainnya yang pernah singgah ke Batavia termasuk Laksamana Sukardi eh salah
Laksamana Cheng Ho deng….
Selain
itu juga ada macam – macam rempah rempah yang diperebutkan oleh para saudagar
dan penjajah kala itu ada ketumbar, lada, pala, kunyit, lada yang kala itu
harganya sangat mahal karena untuk mengawetkan makanan agar lebih lama disimpan.
Setelah
itu, kami pun kembali ke Menara Syahbandar untuk beristirahat sejenak,
menikmati alunan music akustikan sembari menikmati kelapa muda langsung dari batoknya.
Karena
diperbolehkan w pun naik bersama Ka Wahyu dan Ka Astrid namun dalam tangga
kesekian, Ka Astrid mundur.
Kenapa
mundur ? karena tangga yang digunakan itu dari kayu dan tidak ada lapisan untuk
menutup antara satu tangga dengan tangga lainnya, karena kita bisa di lihat ke
bawah dari tangga, cukup seram emang.
W
pun menaiki tangga itu ada kali sekitar setara 4-5 lantai barulah sampai atas
dan memang pemandangan dari atas itu sangat indah sekali dimana gemerlapnya
lampu Jakarta bila dibandingkan kehidupan Masyarakat sekitar.
W
pun tidak luput untuk mendokumentasi pemandangan malam Jakarta dari Menara Syahbandar.
Jadi
dengan berada di atas Menara Syahbandar kita bisa membayangkan bagaimana kerja
syahbandar dalam mengawasi lalu lintas Kapal perdagangan jaman itu.
Setelah
berada di atas Menara syahbandar, w pun turun sama Ka Wahyu dan kembali
menikmati alunan music.
Kemudian
dikarenakan ka Aura Kasih hanya sampai pukul 20.00 WIB maka acarapun dimajukan,
kami pun bergeser ke aula rapat museum Bahari.
Ada
insiden kecil yang menimpa w bersama Ka Astrid dan ka Wahyu tapi sudah lah ini
menjadi catatan saja bagi kaka kaka komunitas historia agar tragedi Martabak
tidak terjadi lagi di kemudian hari ya ka hehehe…..
Acara
pun berlangsung dimana Ka Aura Kasih sebagai narasumber yang mengatakan bahwa kita
harus menjaga budaya kita dan juga pergunakan sosial media dengan bijak dan selalu
menyebarkan hal yang positif bukan sekedar bermain ala filter2an ditambahkan
oleh Ka Egha.
Oh
iya, selain w dan peserta jelajah museum Bahari ada juga sekitar 25 orang dari
peserta lomba debat se nasional yang datang dari Bali, Sulawesi, Kalimantan dan
terjauh Papua tepat dari Nabire.
Setelah
dilanjutkan oleh pemaparan dari Ka Yohana dari komunitas Nasionalis Radikal
a.k.a. Nakal yang mana ada satu yang menurut w sangat menohok sekali yang juga
w tulis di Instagram w.
Yaitu,
jangan pernah menunjuk atau protes terhadap suatu apapun, karena dengan menujuk, satu jari menunjuk ke depan, satu ke bawah dan tiga jari lagi menunjuk ke kita !
Dengan kata lain, mulai dari kita dulu sebelum
menunjuk apakah sudah sesuai dengan yang kita protes misalnya apakah kita tidak
korupsi waktu seperti sudah waktunya shalat subuh atau saat teduh tapi karena
ngantuk lantas terabaikan
Selain
itu ada pesan juga dari Ka Yosi dimana kalau buat konten yang positif dan
membangun walaupun viewer nya sedikit ndak apa daripada hoaks yang memancing debat
panas, tuch dengerin !
Dan
selalu menyebarkan kasih dan positif kepada setiap orang yang telah menjelekkan
kita tanpa perlu kita balas dengan serupa yang dia lakukan.
Tidak
terasa sudah pukul 23.15 selesai juga acara dari 15.30 sore tadi dan diakhiri
dengan photo bersama dan baru ngeh ketika melihat photonya serta menjadi
kebanggaan w bisa duduk bersebelahan dengan salah satu cucu pahlawan nasional
yang wajahnya sering kita lihat di uang pecahan Rp 5,000 yaitu Dr K.H. Idham
Chalid yaitu Ka Savier hehehe..
Dan
w pun kembali ke rumah dengan menumpang ojek online dari depan Menara Syahbandar
menuju Stasiun Kereta Jakarta Kota sembari melihat kehidupan malam di Kota yang
ternyata hanya bisa geleng geleng kepala huahahaha.
W
pun masih mengejar kereta dengan menumpang kereta ke arah Stasiun Depok sampai
ke Stasiun Manggarai untuk lanjut ke Bekasi.
W
tiba di Stasiun Kranji sudah pukul 00.15 WIB dan masih sempat mengabadikan
photo peron seperti dibawah ini.
Dan
akhirnyaaaa… w sampai dirumah pukul 01.30 WIB yang dilanjutkan makan karena laper
sembari melihat photo yang w ambil tadi.
Dan
tepat pukul 02.45 WIB w pun putuskan untuk beristirahat karena badan sudah tidak
bisa diajak kerja sama lagi.
Itulah
cerita perjalanan w dari sore hingga dini hari dalam mempelajari sejarah
kebaharian nasional yang selama ini w belum dapat.
Kalian
bisa lho kapan kapan ikut acara dari kaka kaka Komunitas Historia Indonesia ini
kalau menyukai sejarah atau pesanaran dengan sesuatu yang berbau sejarah.
Kalian
bisa ikuti sosial medianya di Instagram.com/komunitashistoria atau foundernya
Asep Kambali….
Sekali
terima kasih telah mampir dan membaca tulisan tulisan w di blog ini dan sampai
jumpa lagi di kegiatan w lainnya…
Silakan yang mau ambil photonya, tolong dan jangan lupa cantumkan credit titlenya ya... ingat Hak Kekayaan Intelektual dan publisher teman-teman.....
Bekasi, 16 Oktober 2023.....