Senin, 16 Oktober 2023

Menikmati Senja dan Malam dari atas Menara Syabandar Jakarta


Museum Fatahillah - Rhesza Ivan Lorca

 161023, 15:40 - Berawal dari tayangan di Instagram kepunyaan komunitas historia soal jelajah museum membuat w penasaran ingin mengikutinya.

Jujur w udah lama banget ndak ikutan acara mereka terakhir itu sekitar 2012 atau 13 w ikutin acara mereka klo ndak salah tour museum Sumpah Pemuda setelah w vakum karena suatu hal.

Dan pada hari Rabu tanggal 11  Oktober 2023 w daftar ke WA mereka dan dibalas dengan menadapatkan no urut 16 namun w kaget karena pembayaran hari ini adalah terakhir pukul 12.00 WIB

Tanpa pikir panjang w pun meminta ade w untuk transferrin dana punya w ke rekening komunitas Historia singkat cerita w diterima dan akan dimasukkan ke dalam list WAG.

Saat hari H, w pun bermaksud datang lebih pagi karena mau ambil gambar di museum Wayang untuk dokumentasi pribadi sekali iseng buat konten di Instagram w, pengen tahu kan jenis wayang apa yang w pengen ambil photonya ? nungguin ya…. Huahahaha

Namun beribu sayang begitu w sampai w lihat dari kejauhan kok ditutup seng museum Wayang dan w coba dekati aada spanduk eh ternyata sedang renovasi, yo weis lah w pun akhirnya menunggu sampai pukul 15.30 WIB di Indomaret.

Singkat cerita acara pun berlangsung lancar dimana Ka Satria sebagai pemandu pun cukup lancar menjelaskan satu persatu bangunan sejarah yang ada di kawasan Kota mulai dari gedung Fatahillah yang sempat menjadi pusat pemerintahan Belanda,

Kemudian Menara air yang berada di tengah tengah persi di depan gedung Museum Fatahillah yang sudah tidak berfungsi namun sistem pipanya pun masih ada ketika proses penggalian untuk keperluan MRT fase kedua.

Lalu ada Meriam jagur yang sangat fenomenal karena adanya tanda yang bermaksud untuk menyindir musuh namun kadang disalahgunakan untuk hal hal ya entahlah kalian sendiri akan tahu bila melihatnya.

Setelah itu bergeser dengan ditemukannya bekas rel trem ketika itu yang masih tertanam dalam tanah dan saat ini sudah dipagari dengan kaca.

Setelah itu bergeser ke museum Wayang yang ternyata dulunya adalah gereja untuk warga Belanda di Batavia kala itu.

bekas trem - Rhesza Ivan Lorca

Meriam Jagur - Rhesza Ivan Lorca

Lalu ada gedung (maaf w lupa) yang digunakan oleh bank terbesar nomor 3 di Batavia kala itu, kemudian museum bank mandiri yang juga ternyata dulunya adalah gereja Jawa pertama di Batavia (baru tahu kan lu ? makanya jangan Netflix-an mulu sambil rebahan!)

Lalu Kali Besar yang menjadi urat nadi sarana transportasi dan perdagangan kala itu walaupun sekarang sudah menjadi kali yang sangat kecil.

Di Kali Besar ini juga menjadi peristiwa pembantaian kaum China kala itu dimana daerah ini menjadi bau amis karena darah tergenang tercampur air kali.

Kali Besar - Rhesza Ivan Lorca




<<< Kemudian ada gedung di pojokkan yang menjadi cikal bakal bank Standard Chatered lalu toko merah yang menjadi rumah dengan perpaduan budaya Timur dan Barat dulu dikenal dengan Rode Winkel.

Bergeser ke arah sebelah Hotel Mercure ada bangunan yang ternyata dulunya adalah sebuah Kerajaan / keraton dimasanya yang sekarang menjadi pusat galeri milik pemerintah daerah.


Kemudian bergeser ke bekas gedung kantor pusat Samudra Indonesia, kemudian jembatan Kota Intan, dimana pada masanya jembatan ini bisa terbelah macam jembatan San Francisco di Amerika Serikat di saat kapal pengangkut rempah rempah akan berangkat atau tiba untuk mengambil.

Setelah itu, ke sebuah daerah yang dulunya menjadi pusat galangan kapal dan gudang milik VoC, klo dibayangin bangunan ini cukup besar dan luas sekali serta pasti sangat padat akan lalu lintas laut.

Namun sayang, seakan ingin menyelamatkan namun menjadi sarana komersil dimana sebagian besar bangunan dihancurkan dan sebagian lagi menjadi restaurant seafood yang bernama My King dan juga sekolah music.

Setelah melihat bekas peninggalan galangan kapal lanjut ke tugu berupa jangkar kapal yang menjadi peringatan akan adanya jalur perdagangan laut perencanan pantura Jakarta. (Maaf kalau salah ya… mohon dikoreksi)


Setelah itu neng…ing…neng jeengjeeng….. Museum Bahari dimana kami sampai sebentar di Menara syahbandar.

Sebelum masuk ke museum Bahari, diperlihatkan lah wujud pasar Ikan jaman dulu yang sekarang sudah bagus namun sayangnya ketika datang adzan maghrib berkumandang jadi berhenti dulu, setelah itu barulah cerita tentang sejarah pasar ikan tersebut yang sekarang dari luar tertutup pohon pohon besar.

Di depan Pasar Ikan ada Kali Ciliwung yang menjadi urat nadi transportasi dan perdagangan kala itu dimana kapal saudagar dan penjajah merapat untuk mengambil rempah rempah untuk dijual kembali di Eropa.

Barulah masuk ke museum Bahari dimana kita akan diperlihat bagaimana perkembangan sejarah kelautan dan ekonomi Indonesia kala jaman penjajahan mulai dari bangsa portugis hingga masuknya tentara kompeni Belanda termasuk Jepang.


Di museum ini juga diperlihat banyak jenis kapal laut yang digunakan dalam beraktivitas termasuk kapal Dewa Ruci lho, ada juga diorama patung patung tokoh bangsawan dan lainnya yang pernah singgah ke Batavia termasuk Laksamana Sukardi eh salah Laksamana Cheng Ho deng….

Selain itu juga ada macam – macam rempah rempah yang diperebutkan oleh para saudagar dan penjajah kala itu ada ketumbar, lada, pala, kunyit, lada yang kala itu harganya sangat mahal karena untuk mengawetkan makanan agar lebih lama disimpan.

Setelah itu, kami pun kembali ke Menara Syahbandar untuk beristirahat sejenak, menikmati alunan music akustikan sembari menikmati kelapa muda langsung dari batoknya.

Karena diperbolehkan w pun naik bersama Ka Wahyu dan Ka Astrid namun dalam tangga kesekian, Ka Astrid mundur.

Kenapa mundur ? karena tangga yang digunakan itu dari kayu dan tidak ada lapisan untuk menutup antara satu tangga dengan tangga lainnya, karena kita bisa di lihat ke bawah dari tangga, cukup seram emang.

W pun menaiki tangga itu ada kali sekitar setara 4-5 lantai barulah sampai atas dan memang pemandangan dari atas itu sangat indah sekali dimana gemerlapnya lampu Jakarta bila dibandingkan kehidupan Masyarakat sekitar.

W pun tidak luput untuk mendokumentasi pemandangan malam Jakarta dari Menara Syahbandar.

Jadi dengan berada di atas Menara Syahbandar kita bisa membayangkan bagaimana kerja syahbandar dalam mengawasi lalu lintas Kapal perdagangan jaman itu.

Setelah berada di atas Menara syahbandar, w pun turun sama Ka Wahyu dan kembali menikmati alunan music.

Kemudian dikarenakan ka Aura Kasih hanya sampai pukul 20.00 WIB maka acarapun dimajukan, kami pun bergeser ke aula rapat museum Bahari.

Ada insiden kecil yang menimpa w bersama Ka Astrid dan ka Wahyu tapi sudah lah ini menjadi catatan saja bagi kaka kaka komunitas historia agar tragedi Martabak tidak terjadi lagi di kemudian hari ya ka hehehe…..

Acara pun berlangsung dimana Ka Aura Kasih sebagai narasumber yang mengatakan bahwa kita harus menjaga budaya kita dan juga pergunakan sosial media dengan bijak dan selalu menyebarkan hal yang positif bukan sekedar bermain ala filter2an ditambahkan oleh Ka Egha.

Oh iya, selain w dan peserta jelajah museum Bahari ada juga sekitar 25 orang dari peserta lomba debat se nasional yang datang dari Bali, Sulawesi, Kalimantan dan terjauh Papua tepat dari Nabire.

Setelah dilanjutkan oleh pemaparan dari Ka Yohana dari komunitas Nasionalis Radikal a.k.a. Nakal yang mana ada satu yang menurut w sangat menohok sekali yang juga w tulis di Instagram w.

Yaitu, jangan pernah menunjuk atau protes terhadap suatu apapun, karena dengan menujuk, satu jari menunjuk ke depan, satu ke bawah dan tiga jari lagi menunjuk ke kita !

Dengan kata lain, mulai dari kita dulu sebelum menunjuk apakah sudah sesuai dengan yang kita protes misalnya apakah kita tidak korupsi waktu seperti sudah waktunya shalat subuh atau saat teduh tapi karena ngantuk lantas terabaikan

Selain itu ada pesan juga dari Ka Yosi dimana kalau buat konten yang positif dan membangun walaupun viewer nya sedikit ndak apa daripada hoaks yang memancing debat panas, tuch dengerin !

Dan selalu menyebarkan kasih dan positif kepada setiap orang yang telah menjelekkan kita tanpa perlu kita balas dengan serupa yang dia lakukan.

Tidak terasa sudah pukul 23.15 selesai juga acara dari 15.30 sore tadi dan diakhiri dengan photo bersama dan baru ngeh ketika melihat photonya serta menjadi kebanggaan w bisa duduk bersebelahan dengan salah satu cucu pahlawan nasional yang wajahnya sering kita lihat di uang pecahan Rp 5,000 yaitu Dr K.H. Idham Chalid yaitu Ka Savier hehehe..




Dan w pun kembali ke rumah dengan menumpang ojek online dari depan Menara Syahbandar menuju Stasiun Kereta Jakarta Kota sembari melihat kehidupan malam di Kota yang ternyata hanya bisa geleng geleng kepala huahahaha.

W pun masih mengejar kereta dengan menumpang kereta ke arah Stasiun Depok sampai ke Stasiun Manggarai untuk lanjut ke Bekasi.

W tiba di Stasiun Kranji sudah pukul 00.15 WIB dan masih sempat mengabadikan photo peron seperti dibawah ini.

Dan akhirnyaaaa… w sampai dirumah pukul 01.30 WIB yang dilanjutkan makan karena laper sembari melihat photo yang w ambil tadi.

Dan tepat pukul 02.45 WIB w pun putuskan untuk beristirahat karena badan sudah tidak bisa diajak kerja sama lagi.

Itulah cerita perjalanan w dari sore hingga dini hari dalam mempelajari sejarah kebaharian nasional yang selama ini w belum dapat.

Kalian bisa lho kapan kapan ikut acara dari kaka kaka Komunitas Historia Indonesia ini kalau menyukai sejarah atau pesanaran dengan sesuatu yang berbau sejarah.

Kalian bisa ikuti sosial medianya di Instagram.com/komunitashistoria atau foundernya Asep Kambali….

Sekali terima kasih telah mampir dan membaca tulisan tulisan w di blog ini dan sampai jumpa lagi di kegiatan w lainnya…

Silakan yang mau ambil photonya, tolong dan jangan lupa cantumkan credit titlenya ya... ingat Hak Kekayaan Intelektual dan publisher teman-teman.....


Bekasi, 16 Oktober 2023.....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar