Minggu, 10 Juli 2022

AFF U19, Menang Besar Lawan Myanmar, Namun Tidak Lolos Semifinal

10722, 21:50 – Timnas Indonesia dipastikan gugur dalam fase grup setelah pertandingan terakhir menang besar 5-1 atas Myanmar.

Bertanding di Stadion Patriot Chandrabhaga, Kota Bekasi, timnas Indonesia sempat tertinggal dari Myanmar pada menit ke-6 lewat La Min Htwe setelah menerima umpan sepak pojok Zaw Win Thein.

La Min Htwe sukses taklukan Kiper Cahya Supriadi yang tak terkawal dengan tandukan kepalanya di tiang dekat.

Terkejut dengan gol Myanmar, timnas pun tidak terlalu panik bahkan mampu comeback dengan manis lewat dua gol dari Muhammad Ferrari di menit ke-16 dan 32.

Dimana dua gol ini sangat identic a.k.a. photocopy dimana manfaatkan umpan tendangan bebas yang berbeda adalah penyuplai dari tendangan bebas tersebut, kalau gol pertama yang menyuplai adalah Arkhan Fikri.

Sedangkan pemberi tendangan bebas kedua untuk bek usia 19 tahun ini adalah Zanadin Fariz.

Walaupun sudah unggul 2-1, timnas menambah gol lewat Arkhan Fikri pun ikut menyumbangkan golnya dengan sangat cantik pada menit ke-25 lewat tendangan keras kaki kanan setengah voli dari luar kotak penalty.

Tembakan ini mampu ditepis oleh Kiper Myanmar, Hein Htet Soe namun karena tembakan terlalu keras sehingga mantul ke belakang dan masuk ke gawang Myanmar, 3-1 untuk Indonesia.

Penyerang asal Kota Bekasi, Rabbani Tasnim pun ikut serta dalam gol selanjutnya pada menit ke-34 yang tidak kalah cantik dari Arkhan dimana menerima umpan dari Arkhan, Rabbani membuka ruang dan lolos dari jebakan offside langsung

Walau ditempel ketat oleh Bek Tengah Myanmar, Lan Sann Aung, Rabbani tetap berhasil lakukan akselerasi hingga ke kotak penalty, setelah dapat ruang tembak, Rabbani langsung lepaskan tendangan keras dengan kaki kanan dan meluncur deras di sisi kiri atas gawang Myanmar, 4-1 untuk Indonesia.

Dengan gol ke gawang Myanmar ini membuat Rabbani menambah koleksi golnya menjadi empat sepanjang gelaran Piala AFF U19 ini.

Ronaldo Kwateh menjadi penutup pesta gol Indonesia ke gawang Myanmar pada menit ke-72, setelah manfaatkan umpan terobosan dari Zanadin Fariz ke tengah kotak penalty yang langsung disambut Ronaldo dengan tembakan kaki kanan sukses taklukkan Hein Htet Soe.

Dengan hasil ini membuat Indonesia gagal melaju ke semifinal, lantaran di pertandingan yang sama di Stadion Madya, timnas Vietnam sukses berbagi angka dengan Thailand, 1-1 sehingga menurt regulasi AFF pasal 12.2.4 dalam bab system kometisi.

Jadi bila dibedah, maka seluruh pertandingan yang libatkan timnas Indonesia, Vietnam dan Thailand berakhir imbang dimana koleksi point timnas Indonesia, Vietnam dan Thailand identic dengan dua point.

Karena itu, selisih gol dipakai dalam menentukan posisi akhir timnas Indonesia, Thailand dan Vietnam, namun selisih gol tersebut serupa yaitu (0), setelah point dan selisih gol tidak bisa digunakan.

Satu-satunya yang dapat menentukan adalah agresivitas gol yang digunakan untuk menentukan posisi akhir timnas Indonesia, Vietnam dan Thailand, inilah yang membuat timnas Garuda Nusantara kalah bersaing dari Thailand dan Vietnam karena ketika berhadapan dengan dua negara kita ini berakhir tanpa gol (0-0)

Sedangkan Thailand dan Vietnam berhasil cetak satu gol ketika keduanya berhadapan di pertandingan terakhir Grup A.

Ya ndut menyayangkan dengan regulasi yang diterapkan oleh AFF yang jelas sekali merugikan Indonesia karena secara produktivitas gol Indonesia lebih unggul dari dua negara ini yaitu 17 gol memasukkan dan hanya dua gol kemasukan, namun itulah regulasi yang dibuat entah untuk memang menyingkirkan Indonesia dari ajang ini.

Ndut juga menyayangkan dengan adanya insiden penyalaan flare di tribun penonton saat jelang pertandingan, padahal sudah jelas flare dilarang di bawa masuk namun kenapa bisa jebol juga, ini menjadi pertanyaan kepada panitia dan pihak keamanan yang harus menjelaskan ini semua, bukan alasan terlalu panjang dan lama antrian untuk periksa satu-satu makanya diloloskan.

Kita tahu secara penampilan dan jumlah kartu Indonesia setahu ndut paling sedikit, namun lagi-lagi kita harus menerima kenyataan kalah dari dua negara ini, ndut setuju dengan pernyataan Pelatih Shin Tae-yong yang mengatakan mungkin Thailand dan Vietnam ketakutan ketika bertemu dengan kita di final karena sepakbola kita sudah membaik dari segi mental dan pola bermain.

Kita tidak boleh terlena dengan kekalahan ini, biarlah Tuhan yang menjawab itu semua, kita hanya bisa terus berlatih dan memantapkan konsep yang diberikan oleh Pelatih Tae-yong karena di depan sudah ada agenda selanjutnya yaitu kualifikasi Piala Asia U20 dimana Indonesia sebagai tuan rumah berhadapan dengan Vietnam, Timor Leste dan Hongkong, dan di situlah saatnya kita revans dan singkirkan mereka dengan elegan.

Belum lagi putaran final Piala Asia 2023 dan juga Piala Dunia U20 yang tentunya kita pun bisa memberikan kejutan walau peluang kita lolos belum tentu hanya keajaiban yang mampu kita lolos, paling tidak kita sudah berusaha dan mendapatkan ilmu.

Kita nantikan saja kiprah selanjutnya dari para pemain masa depan timnas kita ini di setiap ajang yang pastinya penuh kejutan lagi, dan tetap pertahankan Pelatih STY, karena dialah yang membuat sepakbola Indonesia maju dan lebih baik secara mental dan fisik…

Dua Gelar Dari Malaysian Master 2022

10722, 16:50 – Indonesia meraih dua gelar dalam gelaran bulutngkis super series 500 di Malaysia.

Pertandingan yang bertajuk Malaysian Master 2022 ini berlangsung di Axiata Arena, Kuala Lumpur, Malaysia ini lewat tunggal putera andalan Indonesia, Chico Aura Dwi Wardoyo dan Ganda Putra Muhammad Rian Ardianto yang berpasangan dengan Fajar Alfian.

Tunggal Putera Chico Aura berhasil kalahkan ganda putera HongKong, Ng Ka Long Angus lewat dua game langsung  22-20 dan 21-15 yang berlangsung selama 45 menit.

Ini menjadi gelar pertama bagi Chico dalam Super 500 dan menjadi pebulutangkis Papua pertama yang berhasil menjuarai tournament Super 500 tersebut.

Keberhasilan Chico memperdengarkan lagu Indonesia Raya kepada khalayak umum, juga diikuti oleh Pasangan Fajar / Rian. Dengan status ganda putera unggulan keenam duo ini mampu raih gelar Malaysia Master 2002 setelah tumbangkan senior mereka di pelatnas, Mohammad Ahsan dan Hendra Setiawan.

Duo FajRi ini sukses kalahkan senior mereka dengan dua gim langsung dengan angka 21-12 dan 21-19, gelar ini menjadi yang kedua setelah sebelumnya pada 2018 menjadi juara di tournament yang sama.

Ada pun runner up bagi Indonesia selain ganda Mohamaad Ahsan dan Hendra Setiawan, juga diikuti oleh ganda campuran Rinov Rivaldi yang berpasangan dengan Pitha Haningtyas Mentari harus akui permainan ganda campuran Tiongkok Zeng Si Wei / Huang Ya Qiong dengan dua gim langsung 17-21 dan 12-21.

Ndut ucapkan selamat kepada Pace Chico dan Fajar/Rian atas prestasi yang membanggakan membawa Indonesia kembali kepada jalur juara di kandang Malaysia, dan kepada Rinov dan Pitha jangan berkecil hati tetap berproses menuju juara nantinya.

Kita tahu bagaimana perjuangan Chico yang harus berjuang dari babak kualifikasi dan hingga sampai Juara tentu yang sangat panjang namun itu semua bisa dilalui dengan semangat juang yang tinggi dan kemauan yang kuat.

Bagi Fajri ini tentunya menjadi modal berharga dalam mengumpulkan point agar bisa tampil di ajang Olimpiade musim panas mendatang dengan sejumlah agenda yang padat belum lagi kondisi fisik yang harus prima dan kuat.

Ndut berharap, para pemain bisa menstabilkan dirinya agar tetap fit dengan pola makan dan tidur yang lebih cermat agar terhindar dari masalah fisik yang kurang prima sehingga nantinya ketika bertanding dapat hasil yang maksimal.

Karena kita tahu beberpa Series banyak pemain yang bertumbangan karena kelaleahan namun itu bisa disiasati dengan tidak memaksakan kehendak bila memang sudah lelah dengan istirahat yang cukup walaupun tidak mungkin.

Kita nantikan saja pertandingan Series berikutnya semoga bisa raih hasil maksimal lagi agar Indonesia Raya tetap berkumandang di setiap event.