16622,
19:30 - Sebagai bagian tata kunjungan kehormatan sebagai syarat sebagai kepala
perwakilan negara adalah menyerahkan Kredensial kepada pemimpin negara setempat
kemlu.go.id/nur-sultan
Adalah
Dubes LBBP RI untuk Republik Kazakhstan merangkap Tajikistan, Fadjroel Rachman
menyerahkan surat kepercayaan a.k.a. Letter of Credential kepada Presiden
Tajikistan, Emomali Rohman di Tajikistan sebagaimana ndut baca pada laman
sosial media KBRI Nur-Sultan.
Presiden
Emomali Rohman sampaikan ucapan selamat atas dimulainya secara resmi penugasan
dubes Fadjroel di Tajikistan dan mendapatkan dukungan dari pemerintah dalam
melaksanakan tugasnya untuk meningkatkan hubungan bilateral kedua negara
terutama bidang ekonomi, perdagangan, pendidikan, pariwisata dan budaya.
Presiden
yang pernah berkunjung ke Indonesia sebanyak tiga kali ini pada tahun 2003,
2005 dan 2016 mengundang perusahaan Indonesia untuk berinvestasi di negaranya.
Pada
kesempatan yang sama, Dubes Fadjroel sampaikan salam hormat dari Presiden Joko
Widodo kepada Presiden Emomali Rohman serta salam dari rakyat Indonesia kepada
rakyat Tajikistan, dan berharap suatu hari nanti Presiden Rohman bisa kembali
laksanakan kunjungan ke Indonesia begitu juga Presiden Joko Widodo bisa berkunjung
ke Tajikistan.
Di
akhir acara, mantan Pemred PedomanNEWS.com ini mengundang Presiden Rohman untuk
hadiri World Water Forum 2024 yang akan dilaksanakan di Bali, Indonesia.
Pada
kesempatan yang sama, Presiden Emomali Rohman juga menerima surat kepercayaan
dari Duta Besar Kazakhstan, Kyrgyzstan, Tiongkok, Hungaria, Spanyol, Thailand,
Maroko, Dominika dan Brazil.
Pertama-tama
ndut haturkan selamat bertugas kepada Mas Fadjroel sebagai Dubes LBBP RI untuk
Tajikistan semoga di tangan anda banyak kebijakan dan inovasi dalam memajukan
dan lebih harmonis lagi kedua negara.
Setahu
ndut, hubungan Indonesia dan Tajikistan sudah dimulai ketika Indonesia mengakui
kemerdekaan Tajikistan pada 28 Desember 1991 dan sudah berlangsung hingga saat
ini dengan kerja sama lintas sectoral walau mungkin sangat minim karena letak
geografis Tajikistan yang tidak miliki laut dan pelabuhan laut.
Banyak
produk Indonesia yang berada dan mungkin digunakan oleh warga setempat seperti serat
sintesis, produk produk sabun dan furniture dengan total nilai eksport kala
tahun 2015 yang ndut pernah baca sekitar
USD67,400, sedangkan produk Tajikistan yang beredar di Indonesia antara lain
kulit mentah dengan nilai sekitar USD2,400
Memang
sangat minim namun itu data 2015 dan belum diperbaharui lagi, namun banyak
potensi yang kita bisa dapatkan dari Tajikistan ini antara lain produk nasional
mereka menyuplai 17,3 persen dari output nasional pada tahun yang sama.
Ekspor
utama mereka ke negara tujuan seperti Turki, Kazakhstan dan Swiss adalah bijih
mineral, logam mulia, kapas dan alumunium, mungkin bisa di kembangkan lewat kerja
sama untuk lebih besar lagi potensi kedua negara.
Ndut
sich berharap di bawah kepemimpinan Mas Dubes Fadjroel dapat meningkatkan
kembali kerja sama lintas sector antara Indonesia dan Tajikistan termasuk
membuka KBRI di Dushanbe agar lebih focus dalam hal kerja sama teknis terutama
dalam hal ekonomi dan lintas sector lainnya bagi kedua negara.
Kita nantikan saja kerja nyata Mas Dubes Fadjroel dalam membawa hubungan Indonesia dan Tajikistan hingga masa akhir tugasnya dan banyak potensi yang tergali yang saling menguntungkan dan menyejahterakan rakyat kedua negara.
