Jumat, 05 November 2021

Pengiriman Ke-114

51121,  16.00 – Disaat peringatan 22 tahun berdirinya Kabupaten Kutai Barat, Indonesia kembali kedatangan vaksin baru.

Indonesia kedatangan 69,030 vaksin Pfizer yang menjadi tahap 114 tiba di terminal cargo bandara Soekarno-Hatta.

Ndut apresiasi dengan kerja keras pemerintah dengan diplomasi dalam memenuhi kebutuhan vaksin di dalam negeri.

Per-5 November 2021, jumlah orang yang terima dosis pertam sekitar 123,824,199 orang atau 59,45% sedangkan yang dosis lengkap capai 77,687,838 atau 37,30 %.

Kita tahu pemerintah dorong agar bagi masyarakat yang belum terima vaksin atau ragu-ragu agar bisa segera terima vaksin covid19 sehingga Indonesia bisa dengan segera capaia kekebalan komunal dan jangan percaya pada hoax.

Vaksin yang ada di Indonesia adalah aman, halal dan berkhasiat karena sudah dapat izin penggunaan darurat dari BPOM dan fatwa halal dari MUI, jadi tunggu apalagi segera vaksin untuk cegah covid19 dan melindungi dirimu dan orang sekitar.

Kita nantikan apakah target 70% warga sudah pada divaksin pada akhir tahun dapat terwujud atau tidak, perlu ada kolaborasi lintas sector agar ini terwujud dan membentuk kekebalan komunal di masyarakat.

4 Tempat Baru Gunakan Aplikasi PeduliLindungi

51121,  14:30  - Seiring dengan mobilitas masyarakat yang semakin meningkat dikarenakan relaksasi yang dilakukan pemerintah ditengah tren covid19 turun.

Sebagaimana ndut baca pada laman berita, Kemkes kini mewajibkan scan barcode PeduliLindungi di seluruh fasilitas pelayanan Kesehatan.

Hal ini tertuang dalam Surat Edaran Direktur Jenderal Pelayanan Kesehatan No HK.02.02/I/3933/2021 tentang QR code PeduliLindungi pada fasilitas pelayanan masyarakat, yang diwajibkan memasang scan PeduliLindungi meliputi

Puskesmas

Rumah Sakit

Klinik

Laboratorium Kesehatan

Ndut mengapresiasi dengan apa yang dilakukan oleh Kemkes dalam mengoptimalkan dan menjaga dari hal-hal yang tidak diinginkan seperti lonjakan gelombang ketiga.

Kita tahu tidak semua orang memiliki ponsel pintar terutama kaum orangtua, sementara yang berobat dengan mandiri itu adalah orangtua, apakah ini sudah dipikirkan sebelumnya oleh pemangku kepentingan ?

Jangan sampai ada kejadian orang sudah sekarat atau membutuhkan pertolongan harus tertunda lantaran ponselnya bukan ponsel pintar yang akhirnya menambah penderitaan si pasien, ini harus diperhatikan.

Atau kalau tidak ada ponsel pintar, bisa masuk hanya dengan menunjukkan kartu vaksin, lantas bagaimana menghitungnya kalau yang didalam Gedung tersebut apakah sudah over kapasitas atau belum ?

Ndut berharap, pihak Kemkes dan lainnya perlu memikirkan kelompok orang yang tidak memiliki ponsel pintar kalau pun ada tidak bisa menerima unggahan PeduliLindungi karena mungkin spesifikasi ponselnya edisi lama.

Kita nantikan bagaimana pelaksanaan dari keempat tempat ini dalam menjalankan aplikasi PeduliLindungi yang diterapkan oleh pemerintah disaat masih banyak yang tidak menggunakan ponsel pintar seperti kaum lansia…