Rabu, 03 November 2021

Rekomendasi IDAI untuk Vaksinasi 6-11 Tahun

31121,  13.00  - Disaat 10 tahun berdirinya JKT48, angka kematian berada di angka 24 orang.

Perhari ini, pasien positif ada penambahan 801 pasien total 4,246,174 pasien, yang wafat bertambah 24 orang menjadi 143,481 orang, sedangkan yang sembuh bertambah 814 pasien menjadi 4,091,101 pasien.

Ikatan Dokter Anak Indonesia a.k.a. IDAI terbitkan rekomendasi pemberian vaksinasi anak usia 6 tahun ke atas.

Pemberian vaksinasi covid19 pada anak adalah merek Sinovac diberikan secara intramuscular dengan dosis 3ug atau 0,5ml, diberikan dua kali dengan dosis pertama dan kedua berjarak 4 minggu.

IDAI tidak rekomendasikan pemberian vaksin kepada pasien Defisiensi Imun primer atau penyakit auto imun tidak terkontrol, selain itu juga tidak diberikan kepada pengidap Gullian Barrie, myelitis transvera, acute demyelimating encephalomyelitis.

Anak yang sedang jalani kemoterapi / radioterapi, anak yang dapatkan pengobatan imunosupresan / sitostatika berat, anak dengan suhu tubuh 37,5 celcius atau lebih, baru sembuh covid19 kurang dari tiga bulan, pasca imunisasi lain kurang dari 1 bulan.

Ndut apresiasi dengan apa yang dilakukan IDAI dalam memberikan rekomendasi terhadap siap saja yang boleh dan tidak dapat vaksinasi untuk anak 6-11 tahun yang baru saja dapat izin penggunaan dari BPOM.

Kita tahu Indonesia adalah penyumbang covid19 dimana sebagaian kecil adalah anak-anak dan kalau tidak salah tertinggi di ASEAN, ini juga menjadi perhatian BPOM ditambah mulainya pembelajaran tatap muka dalam berikan izin penggunaan darurat.

Ndut berharap, orangtua izinkan anaknya divaksin dan jangan percaya pada hoax, bagaimanapun vaksin dan prokes adalah elemen penting untuk terhindar dari covid19, lagipula izin dari BPOM aman dan halal dari MUI, jadi segera vaksin bila sudah dimulai.

Kita nantikan tindakan nyata di lapangan dalam kegiatan vaksin usia 6-11 tahun agar Indonesia dapat berdamai dengan covid19 dengan hidup berdampingan, ayo vaksin karena ini giliran kamu dan disiplin protocol Kesehatan.

Dan kepada dokter, perawat dan tenaga Kesehatan lainnya yang mengurusi pasien covid seperti supir ambulance, kalian luar biasa dan kalian adalah orang pilihan untuk kerja seperti ini, salute ! *hormat ala Jepang* #bloggerlawancovid19 #terserahIndonesia


Kenalan Dengan Hara dan Wara, Maskot Perpanas Papua 2021

Istimewa

31121,  11:35  - Keberadaan maskot dalam setiap perhelatan olahraga ibarat sayur kurang garam. 

Sebesar apapun kegiatan olahraga itu digelar jika tidak disertai kehadiran maskot sebagai sosok pengingat, maka serasa ada yang hilang.

Sebagaimana ndut baca pada laman info public, keberadaan maskot pun ikut menyemarakkan Pekan Paralimpiade Nasional 2021 di Papua.

Seperti juga Pekan Olahraga Nasional (PON) yang digelar beberapa pekan sebelumnya di Bumi Cenderawasih, Pekan Paralimpiade Nasional (Peparnas) XVI di Papua ikut mengangkat satwa endemik sebagai latar belakang maskot.

Jika pada PON Papua lalu, burung cenderawasih (Paradisaeidae) dan kanguru pohon mantel emas (Dendrolagus pulcherrimus) dijadikan maskot bernama Drawa dan Kangpho, maka untuk Peparnas yang akan berlangsung pada 2-15 November 2021, dipilih satwa burung kasuari.

Satwa bernama Latin Casuarius ini dipilih karena mencerminkan motivasi hidup pantang menyerah dalam situasi apa pun, bertanggung jawab, mandiri, dan kecepatan untuk merespons setiap peluang dan kesempatan.

Hewan ini memiliki sejumlah makna mendalam ketika menjalani kehidupannya di alam Papua.

Kasuari jantan mampu mengambil fungsi si betina untuk mengerami telur dan membesarkan anaknya. Mereka sanggup berkomunikasi dengan suara berfrekuensi rendah.

Tidak seperti burung pada umumnya, kasuari dewasa mampu tumbuh dengan ukuran tubuh hingga 1,5 meter dan bobot mencapai 60 kilogram.

Seekor kasuari juga mempunyai keterbatasan. Ia tidak bisa terbang layaknya seekor burung karena ukuran sayap jauh lebih kecil dibandingkan tubuhnya. Hewan ini banyak mendiami kawasan hutan-hutan di pegunungan Papua.

Ia mengimbangi keterbatasannya dengan struktur sepasang kaki besar dan kokoh. Terdapat tiga kuku menyerupai cakar-cakar besar dan tajam di jari kaki. Kaki-kaki kokoh kasuari dipakai untuk berlari kencang dengan kecepatan hingga 50 kilometer per jam menembus rimbunnya hutan agar terhindar dari predator.

Kaki-kaki kekar kasuari juga menjadi senjata sangat ampuh untuk menendang para pengganggunya.

Kaki besarnya itu kerap dipakai untuk melompati celah selebar 1,5 meter atau dijadikan alat kayuh paling andal ketika berenang menyusuri sungai atau laut. Terdapat semacam tanduk di kepala untuk melindunginya dari rintangan kayu pohon ketika berlari di rimbunan pohon.

Hampir semua suku di Papua, baik di pegunungan atau pesisir pantai memiliki nama tersendiri untuk kasuari. Begitu juga masyarakat Tobati, suku asli Kota Jayapura dan Suku Asei di Kabupaten Jayapura.

Orang Tobati menyebut kasuari dengan nama Htwar, sedangkan masyarakat Asei menamainya Augangge. Bulu-bulu kasuari yang lebat dan didominasi warna hitam acap dijadikan pelengkap aksesoris adat kedua suku.

Karena itu pihak Panitia Besar Peparnas mempunyai cara unik untuk mengangkat kasuari sebagai maskot. Tidak hanya satu, melainkan sepasang kasuari, yakni jantan dan betina dibuatkan maskotnya. Maskot kasuari jantan dinamai Hara dan Wara untuk maskot betina.

Nama Hara dan Wara diambil dari gabungan kata panggilan kasuari di Suku Tobati dan Asei.

Keduanya digambarkan memakai seragam dengan motif angka 16 mencerminkan pelaksanaan Peparnas untuk ke-16 kali.

Kemudian di bagian dada terkalung noken ukuran kecil. Noken merupakan tas tradisional Papua yang terbuat dari serat kayu dan telah menjadi warisan budaya dunia takbenda oleh UNESCO.

Tak hanya maskot, unsur-unsur budaya lokal seperti rumah adat honai dan alat musik pukul tifa ikut mewarnai simbol-simbol Peparnas 2021. "Sehati Mencapai Tujuan, Ciptakan Prestasi" menjadi tema sentral Peparnas Papua.

Semoga kehadiran Hara dan Wara mampu menambah kemeriahan Peparnas pertama di provinsi paling timur dari Indonesia. Torang Bisa!