Sabtu, 02 Maret 2024

Waduh, Lebih dari Satu Miliar Orang di Dunia Alami Obesitas

2324, 01:55 – Ini peringatan bagi kita semua agar tetap menjaga pola makan karena lebih dari satu miliar orang di seluruh dunia mengalami obesitas, suatu kondisi yang menurut perkiraan dari WHO dan kelompok penelitian internasional

Hal ini disampaikan oleh Majid Ezzati, penulis senior makalah yang diterbitkan The Lancet pada Kamis 29 Februari 2024 dan seorang professor di Imperial College London.

“Banyak sekali orang yang hidup dengan obesitas,” kata Majid Ezzati

Sebagai informasi Obesitas sangat umum terjadi sehingga menjadi lebih umum dibandingkan kekurangan berat badan di sebagian negara, termasuk banyak negara yang berpendapatan rendah dan menengah yang sebelumnya berjuang melawan kekurangan gizi.

Temua ini dianggap sebagai salah satu perkiraan secara independent yang paling otoritatif berdasarkan data lebih dari 220 juta orang lebih dari 190 negara.

Walaupun tingkat obesitas tidak banyak berubah di banyak negara kaya, angka tersebut meningkat pesat di negara lain.

Walaupun kekurangan berat badan semakin jarang terjadi secara global, di banyak negara hal ini masih menjadi masalah yang siginfikan sehingga banyak negara yang menghadapai yang disebut beban ganda malnutrisi.

“Dulu, kita menganggap obesitas sebagai masalah orang kaya. Obesitas adalah masalah dunia,” kata Francesco Branca, kepala nutrisi WHO, dalam konferensi pers.

Untuk diketahui, bahwa tingkat obesitas pada orang dewasa meningkat lebih dari dua kali lipat antara 1990 dan 2022 dan lebih dari empat kali lipat terjadi pada anak anak dan remaja pada usia 5-19 tahun

Di periode yang sama proporsi anak perempuan, laki laki dan dewasa yang dianggap kekuarangan berat abdan masing masing turun sebesar seperlima, sepertiga dan setengahnya.

Ezzati sebutkan bahwa peningkatan angka obesitas di kalangan anak anak sangat memprihatinkan dimana mencerminkan tren yang terjadi pada orang dewasa bahkan sebelum tahun 1990.

Disaat yang sama, katanya ratusan juta orang masih belum mempunyai cukup makanan untuk dikonsumsi.

Berat badan yang terlalu rendah juga sangat merugikan perkembangan anak anak dan paling ekstrem adalah mati kelaparan.

Orang dengan obesitas juga berisiko alami kematian dini dan kecacatan karena kaitan dengan timbulnya diabetes dini, ginjal, jantung dan kondisi kesehatan lainnya.

Peningkatan beban ganda ini paling besar terjadi di beberapa negara dengan pendapatan rendah dan menengah, seperti kawasan Karibia dan Timur Tengah.

Pada negara tersebut, tingkat obesitasnya lebih tinggi dibandingkan di banyak negara berpendapatan tinggi seperti di Eropa.

Beberapa negara Eropa seperti Spanyol, ada indikasi tingkat obesitas mulai menurun atau setidaknya stagnan.

Terkait obesitas, Dirjen WHO Dr Tedros Adhanom Ghbreyesus katakan bahwa penerapan langkah langkah seperti pajak atas produk tinggi gula dan promosikan makanan sehat di sekolah diperlukan dalam membantu atasi tingkat obesitas.

“Yang terpenting, hal ini memerlukan kerja sama dari sektor swasta, yang harus bertanggung jawab atas dampak kesehatan dari produk mereka,” tambahnya.

Menurut Bracan dan Ezzati bahwa obat obesitas baru yang ampuh seperti NOVOb.CO Wegovy dari Novo Nordisk dan LLY.N Mounjaro dan Zepbound dari Eli Lilly adalah alat yang dapat membantu, namun biaya dan ketersediaannya yang rendah berisiko semakin meningkatkan kesenjangan.

Selain itu adanya keterbatasan dalam penelitian tersebut, termasuk kurangnya data usai pandemi Covid19 serta penggunaan indek massa tubuh (BMI) untuk menentukan obesitas yang digambarkan sebagai ukuran tidak sempurna oleh para peneliti. ***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar