241223, 23:00 – Hari ini w kembali bergabung dengan Komunitas Historia Indonesia untuk mengeksplore salah satu kota di wilayah Jabodetabek apakah itu, ada yang bisa jawab.
Iya
sesuai dengan judulnya pada hari ini w bersama kaka Arif dan kaka kaka hebat
lainnya di Komunitas Historia akan mengeksplore Kota Bogor atau yang dulunya dikenal sebagai
Buitenzorg
Jadi
karena baru dapat infonya Jumat 22 Desember 2023 malam dan untungnya udah bayar,
pada Minggu 24 Desember 2023 pagi sekitar pukul 06.45 w keluar dari rumah untuk
berangkat ke Stasiun Bekasi.
Lumayan
lama perjalanan hingga akhirnya w transit dan langsung dapat commuter line ke
arah Bogor sekitar pukul 7.15.
Cukup
lumayan lama berhenti di sekitar 10 atau 15 stasiun dan paling jauh antar
Stasiun itu mulai dari Citayam, Cibinong, Cilebut dan terakhir Bogor.
Sesampainya
di Bogor w pun langsung bergegas menuju tempat dimana titik kumpul berada
karena sudah diambang telat, w pun berlari dan untungnya baru mulai, maafkeun
saya kaka…
Oh perjalanan dimulai dari Stasiun Bogor dimana Bogor lahir pada 3 Juni 1482 dan stasiun Bogor yang berada di alun alun ini dibangun pada 31 Januari 1873 (ini berdasarkan keterangan dari ka Arif ya bukan w ngada ngada maaf kalau salah soalnya suaranya kecil dan situasi di alun alun rame banget
Stasiun
ini dahulu kalah ada tiga pintu dimana pintu pertama dikhususkan untuk para
tamu VIP yaitu Gubernur Jenderal dan lainnya, kemudian pintu kedua adalah warga
Eropa non Pribumi dan pintu ketiga ada untuk kaum pribumi yang digabung dengan
ternak dan hasil bumi.
Saksi
dari stasiun ini adalah Margonda (nama ini identic dengan apa hayo) dimana
dalam pertemuran Gedoran Depok dirinya selalu menggunakan stasiun ini untuk
berjuang namun sayang perjuangan berakhir dengan kematian.
Bahkan
dalam paparan Ka Arif, istrinya selalu menunggu di pintu masuk Stasiun Bogor
dan selalu bertanya kepada pejuang yang tiba apakah melihat suaminya hingga
beberapa tahun baru diketahui bahwa suaminya meninggal dan kabarnya sampai
sekarang kuburannya pun tidak ditemukan ini menurut Ka Arif ya..
Di
depan stasiun ini terdapat Delman sesuai dengan tujuan atau hotel tempat para
penumpang atau pelancong berkunjung misal Delman A menuju Hotel Bellevue
Dibetts dan lainnya.
Setelah
dari Stasiun, kami ber-11 berjalan menyusuri alun alun Kota Bogor yang dulunya
dikenal sebagai Taman Wihelmina, sempat melihat pembangunan Masjid Agung Kota
Bogor yang katanya sich kontraktornya sempat kabur.
Kami menyusuri sebuah jalan hingga tiba saatnya tiba di Jalan Arsitek F Silaban yang dulunya dikenal sebagai jalan Gedong Sawah karena dulunya adalah hamparan sawah dan hanya ada satu gedung yang menjulang tinggi yang kini kalau ndak salah sebuah sekolah.
Dan
di pintu masuk Jl Arsitek F Silaban terdapat gereja Kristen, bicara Friedrich
Silaban siapa beliau, ada yang tahu ?
Iya
F Silaban atau Friedrich Silaban adalah pegawai PUPR kala itu yang juga seorang
arsitek.
Karya
indahnya yang dapat kita saksikan bahkan mungkin pernah kita kunjungi yaitu
Gelora Bung Karno, Museum Nasional atau Monas dan Masjid Istiqlal dan masih
banyak lagi yang belum kita ketahui.
Dan
beruntung w bisa melihat dari dekat kediaman beliau yang w bilang cukup asri
dimana terdapat pohon duren dan tidak terpagar.
Yang menarik dari rumah ini adalah pertama, tegel atau lantai yang berada di areal pintu masuk hingga garasi, kalau ndak salah ya sama dengan tegel yang ada di komplek pemakaman pelukis Raden Saleh.
Yang
kedua adalah dimana ada kotak surat yang bertuliskan namanya F Silaban yang
masih ada di areal garasi.
Lepas dari kediaman F Silaban, kami lanjut menuju ke gedung Bakorwil Jawa Barat, namun sebelum itu kami melipir ke sebuah bangunan di pojokan dimana terdapat papan nama M Santoso.
Kabarnya
sebelum maraknya rumah sakit dan BPJS Kesehatan, klinik ini banyak dikunjungi
oleh warga Bogor dan katanya terbukti ampuh mampu menyembuhkan orang yang
sakit, dan klinik ini dikelola oleh anak anak dari M Santoso.
Lepas dari klinik M Santoso kami melihat gardu listrik jaman Belanda dimana listrik ketika itu berada di bawah tanah tidak seperti saat ini yang penuh dengan kesemrawutan dan tidak rapi.
Dan menariknya Gardu Listrik milik Belanda ini masih berfungsi dengan baik untuk menyinari tempat di Kota Bogor.
Lepas
dari Gardu Listrik, kami berjalan ke jalan besar namun masuk ke sebuah jalan
kecil dimana samping kirinya dalah Gedung Kejaksaan Kota Bogor.
Gedung
ini adalah gedung Bakorwil Jawa Barat yang memiliki nilai sejarah dimana gedung
ini dulunya adalah gedung asisten residen Bogor, Cianjur dan Sukabumi,
Berdiri
tahun 1908 yang sebelumnya digunakan sebagai gedung pembantu provinsi hingga
tahun 2000.
Gaya
gedung ini adalah perpaduan gaya Jawa berupa atapnya yang menyerupai Joglo dan
Eropa dengan tiang tiang tinggi dan lapisan kayu.
Di sebelah gedung Bakorwil adalah bangunan yang ditujukan untuk tempat kreatifitas anak anak muda Kota Bogor walau kabarnya jarang digunakan.
Yang
menariknya halaman kantor Bakorwil ini setiap hari pukul 7.00 digunakan oleh
SatLantas Polres Kota Bogor untuk apel sebelum melakukan tugas di jalan dan
juga digunakan untuk kegiatan uji emisi dan kegiatan Samsat lainnya.
Lepas
dari Kantor Bakorwil kami menepi di depan Hotel Salak yang dibangun sekitar
1850 dimana beberapa kali berganti nama hingga akhirnya menjadi Hotel Salak.
Bahkan
pernah dijadikan kamp militer pada jaman penjajahan Jepang dan dulunya bernama
Bellevue Dibetts. Pada 1980 hotel ini dikembalikan kepada Indonesia untuk
dikelola.
Hotel
Salak sendiri bukan berarti buah salak, namun berasal dari bahasa Sansekerta yaitu
Salaka yang artinya perak
W punya pertanyaan bagi warga Bogor, ada yang tahu ndak titik nol Kota Bogor dimana lokasinya ?
Iya
titik nol Kota Bogor berada di antara Hotel Salak dan kantor Walikota dan
seperti inilah wujudnya, jadi sekarang udah tahu kan dimana letak titik nol
kota Bogor.
Lepas
dari tugu titik nol Kota Bogor, kami kemudian masuk ke halaman Kantor Walikota
Bogor yang menariknya adalah ketika kami masuk sedang ada pameran keberhasilan
Bogor di tangan sang walikota Bima Arya yang kini telah purna tugas walaupun
masih diperpanjang hingga April 2024.
Ada
yang tahu arti tiang dan kata dalam bahasa Sunda yang ada di tiang yang lokasinya dekat dengan patung Kujang ?
Iya kata itu adalah Di Nu Kiwari Ngancik Nu Bihari Seja Ayeuna Sampeureun Jaga, dan kenapa ada 9 pilar di bawah kata kata tersebut, ada yang tahu artinya ?
Iya ke 9 pilar itu kalau ndak salah adalah menunjukkan ke 9 anggota tubuh yang wajib dijaga hingga akhir hayat.
Sedangkan tulisan di atas pilar tersebut
mengartikan bahwa apa yang kita perbuat hari ini untuk diwariskan di masa
depan.
Dalam
pameran ini juga ditampilkan deretan photo Wali kota Bogor dari yang pertama
kali menjabat yaitu Mr Bae Khuis pada 1905 sampai 1910 hingga saat ini Bima
Arya.
Lanjut
menuju ke areal pedestrian Istana Bogor dimana katanya setiap tanggal 3 Juni
tiap tahunnya Istana Bogor dibuka untuk umum, namun semenjak Jokowi tinggal
tradisi itu tidak lagi dilakukan.
Di
areal Istana Bogor ini terdapat ratusan rusa India yang didatangkan dari Nepal
oleh Gubernur Belanda kala itu Thomas Stamford Raffles.
Namun
para penjajahan Jepang, rusa ini diburu oleh para tentara Jepang untuk
dijadikan santapan harian mereka.
Rusa
Rusa India ini pun sempat ditransfer ke Ancol dan di daerah di Indonesia, jadi
katanya setiap kepala daerah yang meminta untuk didatangkan rusa pasti dikirim
dengan catatan ada pengajuan resmi melalui surat.
Namun
sayangnya w kelupaan photo rusa rusa ini, maafkeun saya…
Lanjut dari Rusa, kita menuju ke depan sebuah rumah kecil yang berada di areal Istana Bogor yang kabarnya adalah tempat tinggal dari Hartini istri terakhir dari Bung Karno.
Ada
kisah romantis dari hubungan mesra Bung Karno dengan Hartini ini, dimana ketika
Bung Karno sedang kunjungan ke Salatiga, Bung Karno disuguhkan sayur lodeh.
Dan
ternyata sayur lodeh itu nikmat sekali, Bung Karno pun bertanya siapa yang
memasak dan membuatnya, lalu keluarlah Hartini dan dijawab kalau dirinya lah
yang memasak sayur lodeh tersebut.
Cinta
pada pandangan pertama berkat sayur lodeh akhir berlabuh, agar tidak ketahun
oleh Ibu Fatmawati, Soekarno pun berkirim surat dengan sandi tertentu.
Dan
menariknya adalah Hartini adalah istri terakhir dan paling setia hingga
pengasingan dan akhir hayat Bung Karno di Wisma Yaso yang sekarang menjadi
museum Satria Mandala.
Lepas dari rumah kecil di komplek Istana Bogor, kami berjalan menuju simpang tiga dimana dari kejauhan terdapat Gedung Katedral Kota Bogor dimana setiap pukul 8 pagi dan 4 Sore lonceng gereja berbunyi menandakan waktu tersebut.
Dari
seberang, kami berjalan tepat di sebelah gedung Katedral Kota Bogor adalah
gedung SMP dan SMA 1 Kota Bogor dimana jaman penjajahan diguanakan sebagai kamp
tentara Gurkha yaitu tentara Inggris yang berasal dari India.
Lepas dari pandangan mata Gedung Katedral dan SMP dan SMA 1 Kota Bogor kami berjalan hingga tepat berada di gereja GPIB Zebaoth Kota Bogor dimana berdiri pada 1920 yang dikenal dengan gereja Ayam.
Karena
di atas puncak gereja terdapat penunjuka arah mata angin yang berbentuk ayam,
jaman dahulu pribumi dilarang memasuki gereja ini, bahkan jaman penjajahan
gereja ini dibiarkan kumuh dengan rumput menjulang tinggi dan dicat hitam.
Agar
terlihat bahwa bangunan ini telah dibom oleh musuh padahal tidak sama sekali,
yang fakta menarik adalah kalau ndak salah, salah satu jemaatnya adalah seorang mantan penyiar dan presenter terkenal lewat acara Yo Weiss yaitu Indy Barends.
Di
depan Gereja GPIB Zebaoth terdapat gedung perpustakan pertama di Kota Bogor
yaitu Biblica Bogoriencis yang sekarang pengelolaannya ditangani oleh BRIN.
Lepas
dari GPIB Zebaoth dan Biblica Bogoriencis, kami berjalan menuju Istana Bogor,
apa yang w idamkan dan penasaran akhirnya terwujud yaitu mengunjungi museum
kepresidenan atau Balai Kirti
Sempat
agak lama di pos penjagaan walau akhirnya kami masuk juga ke depan pos jaga
untuk dihitung ternyata dalam undangan berjumlah 12 orang dan ternyata hanya 11
orang saja.
Jadi teman teman sekalian, museum kepresidenan ini diresmikan pada 2014 oleh Presiden ke 8 Republik Indonesia (jangan lupakan jasa Asa’at dan Safruddin Prawiranegara terhadap negara ini) Susilo Bambang Yudhoyono atau Pak Beye.
Berada
diteras museum Keperesidenan, kita akan disambut oleh Patung Garuda Wisnu
Kencana yang diukir dengan kayu dari pemahat dari Bali.
Lepas
kami taruh tas di tempat penitipan barang, kami pun masuk ke dalam areal depan
museum Kepresiden. Yang disambut dengan layar besar beraudio tentang Indonesia.
Kemudian dibelakang dari diorama tersebut ada tujuh patung diri dengan ukuran dua kali lebih besar dari wujud aslinya para presiden RI.
Mulai
dari Bung Karno, Soeharto, BJ Habibie, Gus Dur, Megawati dan Susilo Bambang
Yudhoyono dan satu satu tempat yang nantinya akan ditempati oleh patung diri
Jokowi.
Sayangnya
keberadaan Asa’at dan Safruddin Prawiranegara tidak ada atau memang para tokoh
bangsa kita ini sudah lupa dengan jasa dari dua tokoh ini yang berperan agar
negara hadir walau dalam situasi perang.
Jadi ingat ucapan Bung Karno, Jangan Pernah Melupakan Sejarah atau Jas Merah, mari kita lanjutkan lagi.
Begitu di lantai atas, kita akan disambut dengan diorama dan barang barang pribadi mulaidari Sukarno hingga ruang Interaktif yang nantinya akan dijadikan ruang Jokowi.
Selain
itu ada tampilan beberapa prangko dan sampul hari pertama dengan edisi wajah
dari Bung Karno, menariknya disini ada daftar Honoris Causa dari lintas negara
yang jumlahnya sekitar 26 buah.
Lanjut ke diorama Soeharto, siapa yang tidak kenal sosok ini dikenal dengan sebutan bapak pembangunann karena jaman beliau banyak sekali pembangunan yang ia ciptakan bahkan mungkin kalian yang baca pernah mendengar dengan istilah Repelita atau Rencana Pembangunan Lima Tahun.
Sama
seperti Sukarno, pada hal Soeharto menampilkan koleksi pribadi dari beliau
mulai dari seragam kebesaran TNI tongkat komando hingga pena dan telepon dengan
lapisan emas.
Kemudian
beralih ke diorama selanjutnya yiatu BJ Habibie, sama halnya dengan dua
presiden terdahulu menampilan koleksi barang berupa miniatur pesawat CN 235 dan
N 250.
Namun sayang karena krisis moneter proyek pesawat beliau harus tertunda dan juga ilmu navigasi udara yang dirinya ciptakan dapat diaplikasikan dalam dunia penerbangan saat ini.
Dalam
koleksi pribadinya ada yang menarik yaitu ditaruhnya Kamera Leica milik beliau
karena hobi photografinya.Bahkan
kabarnya selendang dari Ibu Ainun baru saja diberikan dari pihak keluarga namun
belum diperkenalkan kepada publik.
Diorama
selanjutnya adalah Gus Dur siapa yang tidak kenal beliau ? guru bangsa walau
sedikit kontroversial namun selalu dikangeni oleh masyarakat terutama kaum
minoritas.
Dalam
dioramanya kali ini, pakaian, sarung, tongkat dan peci Gus Dur dipamerkan dalam
diorama khusus beliau termasuk kaca mata dan jam tangannya.
![]() |
| dok. Lorcasz |
Dan
kesempatan ini tidak w sia siakan untuk mengabadikannya untuk kalian semua dan
inilah photonya.
![]() |
| dok. Lorcasz |
Lalu
beralih ke Susilo Bambang Yudhoyono atau Pak Beye dimana menampilkan koleksi
photo bersama anak mantu dan cucu, kemudian koleksi pribadinya salah satunya
toga dalam pengukuhan Guru Besar bidang Ilmu Ketahanan Nasional dari
Univeristas Pertahanan.
Yang
menarik di diorama Pak Beye ini adalah ada sebuah ponsel Nokia series 9300
Communicator yang digunakan dalam menampung keluhan rakyat Indonesia dengan
nomor 9949, masih inget ?
Ya
di ponsel inilah keluhan kalian terhadap negara dan apapun ditampung dan
dibahas oleh Pak Beye bersama pihak terkait.
![]() |
| Dok. Lorcasz |
![]() |
| dok. Lorcasz |
![]() |
| dok. Lorcasz |
Selain itu ada helmet warna Biru ciri khas pasukan perdamaian PBB dimana Pak Beye pernah bertugas di Bosnia ketika menjadi Chief Military Observer pada tahun 1995 dengan pangkat Kolonel.
Bicara
pasukan penjaga perdamaian, lewat tangan dingin beliau Indonesia memiliki satu
satunya di dunia kamp pelatihan pasukan PBB di kawasan Sentul yang gestur
lokasinya hampir mirip dengan wilayah konflik.
Salah
satu anaknya Agus Yudhoyono pun mengikuti jejak sang ayah menjadi salah satu
komandan Pasukan Kontingen Garuda XXIII A untuk bertugas di Lebanon dalam misi UNIFIL.
Nah
berakhir sampai disini, kemudian ada satu ruang berisikan layar computer tempat
berinteraksi dan dan gambar dari seniman Yogyakarta yang mana karyanya selalu
menampilkan bentuk mata dan wajah yang sangat hitam sekali.
Di
ruang interaktif yang kabarnya akan menjadi diorama Pak Jokowi ini terdapat
podium yang biasa digunakan Pak Beye dan Pak Jokowi yang langsung dari Istana.
Selain
itu ada tiga gambar dimana gambar pertama adalah gambar ke 7 presiden, kemudian
gambar 7 presiden bersama wakil presiden.
![]() |
| Dok. Lorcasz |
![]() |
| Dok. Lorcasz |
Lepas dari ruang diorama dan koleksi pribadi Presiden, kami lalu ke ruang koleksi buku dari tokoh bangsa negeri ini dimana sebelum masuk ke ruangan tersebut di luarnya terdapat beberapa barang yang masuk dalam kategori warisan budaya yang diakui UNESCO
![]() |
| Dok. Lorcasz |
![]() |
| Dok. Lorcasz |
![]() |
| Dok. Lorcasz |
Berhubung
ada rombongan anak SMP yang jumlahnya banyak sekali sehingga kami tidak cukup
leluasa untuk mengeksplor buku yang menjadi favorit pada tokoh bangsa ini.
Oh
ya kalian pasti nanya bagaimana cara masuk ke museum Kepresidenan atau Balai
Kirti, sini w kasih tahu caranya.
Yang
pertama, calon pengunjung mengajukan surat permohanan berkunjung yang ditujukan
kepada :
Kepala
Museum Kepresidenan RI Balai Kirti
Komplek
Istana Kepresidenan Bogor
Jl.
Ir. H Juada No.1 Bogor.
Kemudian
jangan lupa mencantumkan nomor kontak telepon, email atau ponsel penanggung
jawab rombongan.
Lalu
melampirkan daftar nama calon pengunjung, kemudian surat pengajuan tersebut
bisa diantar langsung atau dikirim melalui email di museumkepresidenan@gmail.com atau museumkepresidenanIndonesia@gmail.com
Yang
terpenting adalah surat pengajuan berkunjung ini paling lambat tujuh hari
sebelum waktu berkunjung.
Karena
terkait protokler yang ketat dan dijaga oleh Pasukan Pengamanan Presiden a.k.a
Paspampres maka para calon pengunjung harus perhatikan hal berikut ini.
Tata
tertib Pengunjung
1.
Berpakaian
sopan dan rapi.
Pria : kemeja, celana panjang Tidak Jeans dan bersepatu
Wanita : baju berlengan, celana panjang/rok
panjang, gaun di bawah lutut dan bersepatu.
Tidak
diperkenakan memakai Kaos, baju tidak berlengan, celana pendek, rok mini,
jeans, pakaian tipis/ketat, dan memakai sandal.
Pengunjung
yang hadir harus sesuai dengan daftar nama yang diajukan.
DILARANG
Membawa
tas, ransel dan sejenisnya ke dalam museum
Membawa
makakanan dan minuman ke dalam museum
Menyentuh
dan atau memegang seluruh media atau koleksi yang ada di museum.
Membawa
senjata tajam dan obat obatan terlarang ke dalam museum.
Ini
yang penting, surat permohonan berkunjung dapat dibatalkan atau ditunda sewaktu
waktu apabila ada acara di lingkungan Istana Kepresidenan Bogor ataupun jika
pengunjung tidak menaati ketentuan pada Poin Poin yang telah ditentukan !.
Jam
kunjungan sendiri ada di hari Selasa hingga Jumat pada pukul 09.00 hingga 15.00
WIB atau Sabtu Minggu dari pukul 09.00 hingga 13.00 WIB.
Senin
dan hari libur nasional museum kepresiden atau Balai Kirti ini libur ya teman
teman.
![]() |
| Dok. Lorcasz |
Lanjut
ke utara menuju kantor pos di Stasiun Bogor dimana dulunya adalah Gereja karena
masifnya pendatang dari Eropa di Kota Bogor.
![]() |
| Dok. Lorcasz |
Dengan masifnya pendatang dari Eropa di Kota Bogor maka pemerintah Belanda menyetujui pembangunana Gereja yang bisa digunakan secara bergantian antar umat Kristen dan Katolik.
Namun
karena masing masing agama telah memiliki gereja maka bangunan ini
dialihfungsikan menjadi Kantor Pos.
![]() |
| Dok. Lorcasz |
Kemudian
beralih ke rumah dari maestro pelukis ternama yang gelar kepahlawanannya
dicabut karena standar ganda dikarenakan beliau menjadi pelukis istana di
Eropa. Yaitu Raden Saleh bin Jahja
Kediaman
Raden Saleh hingga akhir hayatnya kini menjadi Kantor KPP Pratama atau kantor
Pajak Kota Bogor.
![]() |
| Dok Lorcasz |
Sebelum
berakhir, kami menuju ke sebuah roof top dari mal terkemuka di Bogor yaitu BTM yang
dapat melihat keindahan dari Gunung Salak
Sebelum jadi BTM adalah sebuah hotel yang bernama Belle View yang menjadi hotel termewah di kala itu dengan viewnya adalah Gunung Salak.
![]() |
| Dok. Lorcasz |
![]() |
| Dok. Lorcasz |
Namun
ketika kami sampai disana kami tidak mendapati Gunung Salak karena tertutup
kabut atau polusi namun kami bisa melihat suasana kota Bogor termasuk alun alun
Kabupaten Bogor yang ditandai dengan pohon beringin di tengah kota.
Selain
itu ada kebun penelitian kelapa sawit milik IPB yang kami lihat di sebelah kiri
dari kami menatap pemandangan Kota Bogor.
bahkan lepas dari BTM kami diperlihatkan gambar view dari Kota Bogor di era penjajahan Belanda lengkap dengan beragam pohon.
Lepas
dari Mall BTM, kami menuju museum Zoologi dan museum tanah dimana Kota Bogor
mendapatkan julukan kota penelitian karena banyaknya pusat penelitian,
menariknya museum Zoologi dikenal masyarakat Kota Bogor adalah Museum Blauw
karena warnanya ynag biru.
Lepas dari Museum Zoologi dan Museum Tanah, kami akhirnya sampai di ikonik dari Kota Bogor yaitu Jalan SuryaKencana dengan berkunjung ke vihara Dhangun yang kebetulan hari ini sedang ada acara.
![]() |
| Dok. Lorcasz |
![]() |
| Dok.Lorcasz |
Ketika
yang lain memutuskan untuk wisata kuliner, w sendiri memilih kembali balik
walau dengan sepatu sedikit jebol dan harus mengganti dengan sandal yang sudah
w bawa dari rumah sembari menunggu angkot 03 menuju Stasiun.
![]() |
| dok. Lorcasz |
Tepat
pukul 15.30 w pun sampai di rumah, tanpa istirahat pun w mandi dan bersiap
untuk mengikuti kegiatan ibadah Natal I yang berlangsung di GKI Camar dekat
rumah dengan tema Natal yaitu Merayakan Kepedulian Allah pada Dunia.
Dan
tepat pukul 19.00 WIB w pun tiba di rumah dan akhirnya bisa selonjoran sembari
mengupdater sosial media dari photo yang w ambil.
Demikian
jalan jalan w mengeksplore Kota Bogor, maaf kalo panjang dan membuat kalian
bosan namun itulah yang terjadi.
Terima
kasih buat Ka Arif buat ceritanya soal Bogor yang membuat w terkesima dan juga
teman teman photographer Komunitas Historia yang telah mengabadikan photo serta
videonya….
Sampai jumpa di keseruan w lagi bersama kaka kaka hebat dari Komunitas Historia dan Kang Asep Kambali ***









































Tidak ada komentar:
Posting Komentar