211223, 22:10 – Tampaknya kehadiran European Super League atau Liga Champions tandingan kian semakin nyata.
Hal
ini terlihat dari munculnya keputusan Mahkamah Agung Eropa (European Court of
Justice) yang keluarkan vonis bahwa FIFA dan UEFA telah menyalahgunakan kekuasaan
mereka.
Dimana
dua otoritas keolahragaan tersebut memaksakan dominasi dengan melarang penyelenggaraan
kompetisi Liga Super Eropa dan mengancam akan memberi sanksi bagi pihak yang
terlibat.
Karena
menurut Pengadilan bertentangan dengan hukum Uni Eropa yang menjamin kebebasan individu
atau lembaga tertentu untuk berkompetisi.
"Peraturan
FIFA dan UEFA yang membuat proyek sepak bola antarklub yang baru harus mendapat
persetujuan mereka, seperti Liga Super, dan melarang klub serta pemain untuk
tampil di kompetisi tersebut, adalah melanggar undang-undang," bunyi
pernyataan European Court of Justice (ECJ).
Seperti
kita ketahui, pihak Liga Super Eropa membawa kasus ke ini kepada ECJ sebagai
lembaga tertinggi Uni Eropa usai UEFA melarang rencana pembentukan kompetisi
yang digadang gang sebagai tandingan Liga Champion tersebut.
Vonis
dari Mahkamah Eropa ini memuat pihak A22 selaku lembaga dibalik pembentukan
Liga Super Eropa yakin mereka telah selangkah lebih tinggi dari UEFA dalam proses
menunjuk pembentukan ESL.
"Kami
telah memenangi hak berkompetisi. Monopoli UEFA telah usai. Sepak bola itu
bebas. Klub sekarang bebas dari ancaman sanksi dan bebas menentukan masa depan
mereka sendiri," kata CEO A22, Bernd Reichart.
Bern
Reichart klaim bahwa format Liga Super yang baru akan menjami keuntungan bukan cuma
untuk klub namun melainkan juga fans.
Para
penikat sepak bola di seluruh dunia diklaim dapat menyaksikan semua laga dan
cuplikannya secara gratis.
Seratus
persen pemasukan dari partisipasi para anggotanya akan masuk kantong klub, kejuaraan
juga dikelola oleh mereka sendiri bukan institusi terpusat seperti UEFA.
Sementara
untuk format baru yang akan dibentuk merupakan pengembangan rencana awal yang
digaungkan pada 2021 lalu.
Kalau
dalam format lama, Liga Super Eropa akan diikuti total 20 klub dengan rincian
12 klub pendiri (founding clubs) plu 3 anggota tambahan dan 5 klub lainnya yang
akan dirotasi berdasarkan penampulan tiap musim.
Para
peserta Liga Super Eropa ini dibagi ke dalam dua sistem liga yang masing masing
berisi 10 klub.
Para
klub pendiri tidak akan degradasi, namun kini deretan founding club tersebut
hanya menyisakan Barcelona dan Real Madrid.
Sedangkan
sepuluh lainnya sudah mencoret diri dari proyek Liga Super Eropa ini yaitu
Manchester United, Liverpool, Arsenal, Chelsea, Tottenham Hotspur, Atletico
Madrid, Manchester City, Inter dan AC Milan dan yang terakhir adalah Juventus.
Karena
inilah membuat Liga Super Eropa dihantam protes karena hanya mendewakan para klub
elite tesebut.
Lalu
bagaimana format baru Liga Super Eropa ? menurut pihak A22 dan ESL format terbaru
baka mewujudkan rencana mereka karena mengubah kompetisi menjadi sistem
kejuaraan terbuka.
Dalam
artian, sistem promosi dan degradasi akan diterapkan dalam tahap liga regular dan
fase gugur sehingga dapat menarik lebih banyak anggota dari berbagai level
kekuatan.
Setidaknya
64 klub peserta akan dibagi dalam tiga kelas liga yaitu, Star, Gold dan Blue, kelas
Star dan Gold akan berisikan 16 klub yang dibagi dalam dua grup dengan masing
masing 8 klub
Sedangkan
Liga Blue akan diikuti oleh 32 klub yang dibagi ke dalam 4 grup dengan berisikan
masing masing 8 tim.
Selama
fase liga di bulan Septemberl hingga April peserta akan bertemu dua kali secara
kandang-tandang, dengan total sekitar 14 laga dalam satu musim.
Empat
klub teratas di setiap grup pada Liga Star dan Gold akan lolos ke fase gugur
atau knock out, hal yang sama juga terjadi pada dua tim di Liga Blue.
Dikarenakan
menggunakan sistem terbuka, klub yang finis pada dasar klasmeen Liga Star akan
terdegradasi dan posisinya digantikan finalis dari Liga Gold.
Hal
yang sama juga berlaku pada liga lainnya, keikutsertaan klub dalam Liga Blue
tergantung pada penampilan mereka di liga domestic masing masing.
"Format
ini akan menjamin keterbukaan, tekanan kompetisi, dan kesuksesan berdasarkan
prestasi olahraga. Satu kompetisi untuk semua klub, pemain, dan semua
fan," tegas pernyataan A22.
Namun
menariknya dari putusan Mahkamah Agung Eropa tegaskan bahwa vonis mereka
terhadapa UEFA dan FIFA tidak lantas mendukung penyelenggaraan Liga Super Eropa.
Hal
inilah yang menjadi pegangan bagi UEFA sebagai modal optimisme dalam menggerus
ambisi Florentino Perez cs untuk kesekian kalinya.
"Keputusan
ini tidak menandakan dukungan atau validasi terhadap apa yang disebut Liga
Super Eropa," bunyi pernyataan UEFA.
"UEFA
tetap teguh dalam komitmennya untuk menegakkan piramida sepak bola Eropa,
memastikan bahwa piramida terus melayani kepentingan masyarakat yang lebih
luas," menambahkan. ***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar