31223, 16.20 – PBB pada Jumat 2 Desember 2023 mengatakan bahwa perubahan iklim kian mengancam sektor pangan berbasis pertanian atau dikenal dengan agrifood.
Hal
ini berdasarkan rilisan laporan Organisasi Pangan dan Pertanian PBB, FAO di
sela sela pertemuan konferensi iklim PBB COP 28 yang berlangsung di Dubai UEA.
“Agrifood
menghadapi ancaman kerugian dan kerusakan yang meningkat akibat perubahan
iklim, dan berbagai tindakan, termasuk meningkatkan pendanaan, harus dilakukan
untuk melindunginya dari kerentanan,” menurut laporan Organisasi Pangan dan
Pertanian PBB yang dirilis di sela-sela pertemuan konferensi iklim PBB COP28 di
Dubai.
Laporan
FAO tersebut menyebutkan bahwa 35 persen rencana aksi iklim saat ini secara
nyata merujuk pada kerugian dan kerusakan yang terjadi.
FAO
juga tegaskan bahwa isu tersebut semakin relevan secara global di mana
pertanian dinilai sebagai sektor yang paling terdampak.
Dalam
laporan tersebut, menggarisbawahi pentingnya upaya terarah untuk atasi
kerentanan sistem agrifood yang memainkan pernan penting dalam pembangunan dan penghidupan
yang berkelanjutan.
"Pada
2020, agrifood mempekerjakan lebih dari 866 juta orang di seluruh dunia dan
mencatat omset sebesar 3,6 triliun dolar AS (sekitar Rp55,6 kuadriliun),” kata
laporan tersebut.
Laporan
tersebut tekankan kebutuhan yang mendesak untuk meningkatkan metodologi dan
alat untuk menilai dampak negatif perubahan iklim karena metode kontemporer
sering gagal menangkap peristiwa yang terjadi secara perlahan serta dimensi
kerugian dan kerusakan non ekonomi.
Laporan
ini sebagaimana dilansir dari Antara, mendesak adanya tindakan untuk memitigasi
dampak kerugian dan kerusakan pada agrifood, termasuk memperjelas arti kerugian
dan kerusakan bagi sistem agrifood nasional, meningkatkan penilaian risiko
iklim, berinvestasi dalam pengumpulan data dan penelitian, menerapkan
langkah-langkah adaptasi dan memperkuat tanggap darurat. ***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar