Minggu, 06 Februari 2022

Penjara dan Ceritanya

6222, 16:05 – Dalam beberapa hari ini ada berita tentang curhatan seorang warga binaan yang harus menggunakan kardus untuk alas tidurnya di Lapas dengan uang yang diserahkan kepada petugas sipir.

Ndut yang baca curhatan ini di laman Kompas, ndut hanya senyum miris saja, karena apa yang dilakukan oleh WC, warga binaan itu ada curhatan dan yang terjadi di lapas dan itu bukan rahasia umum lagi.

Ndut pernah mendapatkan cerita dari seorang sahabat yang pernah dipenjara pada tahun 2015 hngga 2017 dimana sejak dari tahanan kepolisian pun tahanan sudah harus merogoh kocek recehan, mulai dari biaya kamar dengan banderol Rp1 juta dimana Rp300 ribu diberikan kepada petugas.

Lalu ada uang buka kamar atau istilahnya buka keong dengan harga Rp150 ribu untuk tahanan criminal dan Rp200 ribu untuk tahanan narkoba, belum lagi biaya untuk beli rokok satu bungkus 16 batang ditambah kopi itam harus keluarkan Rp55 ribu.

Kalau sampai tidak mengorder atau tidak buka keong selama berhari-hari siap-siap mendapatkan ‘tanda cinta’ dari petugas jaga.

Dan petugas jaga dibagi tiga tim berisikan tiga orang petugas, jadi bisa bayangkan berapa banyak Rupiah yang beredar di penjara kepolisian tingkat resort.

Kebetulan sahabat ndut ini masuk saat salah satu anggota kepolisian ini menjabat sebagai coordinator jaga rutan yang sekarang dimutasi di Humas Polda lantaran kasus membentak warga karena menolak ponselnya diperiksa petugas.

Ditingkat rutan pun hal yang sama juga terjadi dimana biaya kamar ada beberapa tarif, salah satunya Rp350 ribu perminggu dengan fasilitas isi kamar hanya lima orang walaupun saat sidak, semua warga binaan yang tidur di lorong dimasukkan ke dalam kamar udah kayak bandeng presto.

Sedangkan yang tidur di lorong di banderol dengan harga Rp50,000 tiap minggu dengan fasilitas menggunakan lemari secara bersamaan, hal yang sama juga terjadi di Lapas, terutama uang recehan beredar saat kunjungan keluarga itu mulai dari rutan Kepolisian hingga lapas.

Soal ponsel pun, mulai dari rutan hingga lapas pun ada ponsel dimana petugas yang melakukan itu semua, bahkan di lapas tempat sahabat ndut yang lokasinya dekat dengan Istana menjalani masa hukuman ada salah satu petugas yang bekerja di unit dapur mampu menyediakan ponsel sesuai keinginan warga binaan dengan tersegel dan baru !

Soal ponsel dan sabu ada kaitannya, dimana seorang sahabat ndut ini bercerita salah satu warga binaannya pernah mengorder pesanan barang sabu 50 kg untuk ditaruh di gudangnya dan dari lapas dia tinggal mengorder barang itu ditujukan kemana saja lewat ponsel.

Itu putaran uang untuk kalangan criminal biasa, beda lagi dengan para koruptor yang sudah pasti para koruptor ini akan dijadikan ATM berjalan para petugas dengan dalil apapun misalnya pembuatan lemari kamar, atau sekedar uang rokok dan minuman kemasan untuk tiap petugas yang menghampirinya.

Dan masih banyak lagi cerita penjara yang tak pernah hasil diungkapkan walaupun selalu dibantah keras oleh kementerian dan Ditjen PAS dengan bahasa redaksional yang seakan ditutupi tanpa ada penyelidikan lebih mendalam.

Ndut heran saja dengan pernyataan-pernyataan omong kosong dari kementerian dan Ditjen PAS soal kasus kardus dan ponsel di lapas Cipinang, padahal kalau mereka ingin bongkar bobroknya petugas di lapangan bisa kok.

Dengan cara cobalah salah satu anggota Inspektorat atau Ditjen PAS menyamar atau masuk sebagai tahanan taruhlah tiga bulan di penjara seperti film-film Hollywood, ndut yakin para anggota ini akan terbuka matanya bagaimana kerja kotor para petugas sipir dalam menyambung asap dapur mereka biar ngebul.

Para petinggi yang berbicara ini akan hanya tahu dari para pegawainya yang mencoba membela diri biar tidak dikenakan sanksi, tapi coba sedikit hanya sidak tanpa pengawalan, pasti apa yang beredar akan ketahuan juga.

Jangan selalu jadikan over kapasitas sebagai alasan, tapi tidak pernah ada solusi nyata untuk mencairkan yang over kapasitas itu seperti membangun lapas baru atau mengubahnya menjadi kerja sosial, mau sampai kapan over kapasitas dijadikan kambing hitam ?

Ndut sich berharap kasus WC ini diikuti dengan kesaksian dari sejumlah mantan tahanan yang merasakan juga hal yang sama agar tidak lagi pembelaan yang omong kosong dan tidak ada solusi nyata dalam membenahi penjara.

Semoga kasus WC ini menjadi pintu gerbang dalam merubah perilaku para petugas sipir penjara yang selalu memanfaatkan warga binaan untuk menstabilkan asap dapur mereka dan juga uang bensin motor mereka demi keluarga di rumah.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar