Selasa, 02 November 2021

Pandangan Joko Widodo Terhadap Hutan Bagian dari Aksi Iklim Global

 21121, 18.30  - Presiden Joko Widodo menjadi pembicara di World Leaders Summit on Forest and Land Use yang digelar di Scottish Event Campus, Glasgow, Skotlandia pada 2 November 2021 waktu setempat.

Sebagaimana ndut baca di laman resmi presiden, ada tiga perspektif yang diutarakan Presiden terkait hutan sebagai bagian dari aksi iklim global.

Pertama, perhatian kita harus mencakup seluruh ekosistem hutan, tidak hanya hutan tropis tapi juga hutan iklim sedang dan boreal.

Seperti contoh kebakaran hutan berdampak pada emisi gas rumah kaca dan keanekaragaman hayati apapun jenis ekosistemnya di benua Amerika, Eropa dan Australia yang menjadi kekhawatiran bersama.

Presiden juga katakan siap berbagi pengalaman tentang keberhasilan Indonesia mengatasi karhutla dengan negara tersebut.

Terkait dengan pengelolaan hutan, Indonesia telah mengubah paradigmanya dari manajemen produk hutam menjadi manajemen lanskap hutan, hal itu menjadikan pengelolaan area hutan menjadi lebih menyeluruh.

Selain itu, Indonesia lakukan restorasi ekosistem mangrove yang berperan dalam menyerap dan menyimpan karbon, sebagai informasi Indonesia miliki lebih dari 20 persen total area mangrove dunia terbesar di dunia. Dan kabarnya Indonesia akan mendirikan pusat mangrove dunia.

Kedua, Presiden melihat mekanisme insentif harus diberikan bagi pengelolaan hutan secara berkelanjutan, sertifikasi dan standar produksi harus disertai market incentives sehingga mendorng pengelolaan hutan yang berkelanjutan bukan jadi hambatan perdagangan.

Sertifikat dan standar harus didasarkan pada parameter yang diakui secara multilateral, tidak dipaksakan, unilateral dan berubah-ubah, sertifikat juga harus berkeadilan sehingga berdampak pada kesejahteraan khususnya petani.

Ketiga, Presiden melihat perlunya mobilisasi dukungan pendanaan dan teknologi bagi negara berkembang, komitmen harus dilakukan melalui aksi nyata bukan retorika belaka.

Presiden tegaskan bahwa memberi bantuan bukan berarti dapat mendikte, apalagi melanggar hak kedaulatan suatu negara atas wilayahnya. Dukungan harus country-driven, didasarkan pada kebutuhan riil negara berkembang pemilik hutan.

Ndut apresiasi dengan apa yang dilakukan Jokowi di arena COP26 KTT Perubahan Iklim yang menjadi sorotan beberapa belakangan ini soal perubahan iklim yang semakin menggila.

Kita tahu apa yang dikatakan Jokowi adalah benar dan sesuai fakta di lapangan dimana dalam hal kebakaran hutan dan lahan kini tinggal beberapa titik saja tidak sebesar pada tahun-tahun lalu, karena sudah ada kesadaran dari warga.

Walaupun masih ada warga yang membuka lahan dengan membakar namun dengan adanya ketegasan dari apparat membuat warga berpikir berulang kali bila ingin membuka lahan dengan cara membakar.

Ndut berharap apa yang dikerjakan Indonesia dapat ditiru oleh negara anggota COP26 dalam menjaga bumi agar tidak panas dan perubahan iklim dapat ditekan seminimal mungkin agar tidak terjadi kepunahan seperti halnya kepunahan Dinosaurus, apakah kita mau senasib dengan dinosaurus yang punah karena perubahan iklim ?

Kita nantikan komitmen nyata dari para peserta COP26 dalam menanggulangi dan mengelola perubahan iklim di negaranya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar