 |
| dok. pribadi |
7622,
19:30 – Hampir lebih dari lima tahun ndut tidak pernah nonton di bioskop, entah
kenapa kali ini ndut berkeinginan untuk nonton satu film yang mengisahkan
tentang budaya ndut sendiri yaitu Batak.
Ya
benar, ndut penasaran dengan film Ngeri-Ngeri Sedap sebuah karya manis dari
sutradara dan penulis handal yang juga komika, Bene Dion Rajagukguk dengan
bintangnya sederet komika yang katanya dilarang melucu di film ini seperti
Boris Thompson Manullang, Indra Jegel, Lolox dan Ghita Bhebhita Butar-butar,
serta penampilan Tika Panggabean sebagai ibu dengan Arswendi Nasution sebagai
bapak.
Ndut
sempat kesal, lantaran ditempat bioskop yang ndut tonton yaitu perusahaan
bioskop asal Korea Selatan tidak nampak poster dari film ngeri-ngeri sedap
kalah bersaing dengan Top Gun Maverick dan KKN Desa Penari.
Ndut
tidak akan spoiler di tulisan ini kalian mungkin sudah pada nonton berkali-kali
sampai hafal tiap adegan, tapi ndut mengapreasiasikan film ini kepada Bene Dion
yang mampu mengangkat permasalahan di tengah-tengah masyarakat seperti hubungan
anak laki-laki dengan bapaknya menjadi sebuah film.
Kita
tahu banyak anak lelaki yang selalu beda pendapat bahkan (maaf) tidak berbicara
sama sekali lantaran keduanya tidak mau saling mendengarkan tentang apa yang
mereka inginkan, di film ini pun terjadi seperti itu, walau ada juga yang akur
dengan bapaknya
 |
| Istimewa |
Dan
itulah yang terjadi dan ndut lihat pada masyarakat kita terutama Batak dimana
dengan arogannya sang bapak ingin anaknya mengikuti apa yang diinginkan namun
sang anak menolak dengan alasan ingin menjadi apa yang menjadi maunya si anak.
(maaf)
keras kepala itulah mungkin sifat dari seorang batak seperti yang ditampilkan
pada sosok ayah Arswendi Nasution yang tetap pada pendiriannya dan juga tidak
mau mengakui kesalahannya.
Walaupun
pada akhirnya mengakui kesalahnnya dan ini semua karena mengikuti apa yang
bapaknya lakukan ketika dirinya kecil yang mungkin tidak dapat dipakai dan
tidak sesuai lagi saat ini dengan era modern, namun masih bisa dipakai dalam
hal kedisiplinan waktu dan pendidikan yang cukup keras bagi orang batak.
Selain
itu rasa kangen dan ingin bercerita dengan bangganya yang tidak bisa diungkapkan
dengan kata-kata yang membuat sang bapak selalu nampak kesal dengan anaknya terutama
yang laki-laki selain tidak mau dengar apa katanya.
Namun
sangat beda ketika sang bapak memberikan perhatian dan cinta kasihnya kepada
anak perempuannya dan itu terjadi nyata pada kehidupan masyarakat batak
sehingga tidak ada kasih sayang diantara sesama anak laki-laki, benar tidak ?
Dari
segi tampilan warna dan gambar sangat indah sekali menunjukkan sangat batak
sekali dengan keindahan panorama yang menjanjikan untuk datang ke sana serta
menikmati hidup di perkampungan batak.
Bagi
orang batak dengan tampilan wajah dan pemandangan kampung halaman dalam film
membuat rindu untuk pulang kampung, walaupun permasalahan itu seperti dalam
film akan timbul ketika pulang hehehe…
Dengan
tampilan dan pengambilan gambar yang detail termasuk rumah khas kampung batak
dengan deretan photo anaknya yang sarjana sangat tipikal Indonesia sekali dan
mampu menjadi pelengkap dari film ini
Termasuk
adegan acara adat yang sangat detail di tampilkan termasuk gelaran music,
mangulosi hingga kebiasaan inang batak yang selalu membungkus makanan di tengah
pesta untuk di makan bersama dengan keluarganya dan itu sering terjadi pada
mamak ndut juga hehehe…
Dari
segi music, sangat kental sekali dengan nuansa batak dengan lagu-lagu batak
yang sangat familiar dan semakin rindu dengan kampung halaman, apalagi
ditangani oleh Lae Viky Sianipar apalagi dengan tampilan lagu Huta Namartuai dengan
visual nuansa kampung halaman menambah keinginan bagi para perantau untuk mulak
tu huta..
Ndut
rekomendasikan film ini untuk ditonton bersama keluarga, sehingga bapak tahu
apa yang anak minta dan anak pun bisa menyampaikan film ini sebagai pesan, ini
lho yang aku mau Pak.
Ndut
berharapa film ini dapat diputar terus di bioskop dan juga direkomendasikan
pada festival film Indonesia yang digelar oleh para KBRI di luar negeri, agar
menjadi khasanah serta memperkenalkan budaya batak kepada seluruh masyarakat
dunia sekaligus melepas rindu akan kampung halaman.
Serta
semoga dengan film ini, setidaknya ada 2-3 penghargaan yang diterima baik itu
dari luar atau dari dalam negeri seperti siapa tahu Tika Panggabean atau salah
satu dari empat anaknya meraih Piala Citra, aminnn…
Sekali
lagi selamat atas filmnya dan terima kasih dengan film ini telah banyak
orangtua yang sadar akan keinginan anaknya dan juga anaknya bisa menyampaikan
apa yang mereka mau dari orangtua.
Kita
nantikan seberapa panjang nafas film ini di bioskop, karena ndut mendengar
sudah ada beberapa film yang akan masuk seperti Jurasic World Dominion, Elvis,
dan karya anak bangsa Keluarga Cemara 2.